Sunday, September 24, 2017

294. AKHIRAT 2

MEMAHAMI  KEHIDUPAN AKHIRAT
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang Kehidupan Akhirat Menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Pengadilan dalam hari akhirat menggunakan “timbangan” yang sangat adil  sehingga tidak ada pihak yang teraniaya sedikit pun.
     Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 47.

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ

      “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, sehingga tidak ada orang yang dirugikan sedikit pun, dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pasti Kami mendatangkan (pahala) nya, dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan”.
     Apakah timbangan itu sesuatu yang bersifat material atau hanya kiasan tentang keadilan mutlak, tidaklah banyak pengaruhnya dalam akidah, selama diyakini bahwa ketika itu tidak ada lagi penganiayaan sedikit pun.
    Al-Quran surah Al-A'raf, surah ke-7 ayat 8-9.
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ ۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ
  
   “Timbangan pada hari itu adalah kebenaran (keadilan), maka siapa yang berat timbangan kebaikannya, maka mereka orang-orang yang beruntung, dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami”.
      Al-Quran surah Al-Haqqah, surah ke-69 ayat 19-31.

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ  إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ   قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ
وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ۜ
هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ خُذُوهُ فَغُلُّوهُ ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ.

     “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata, “Ambillah, bacalah kitabku (ini)”. Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku, maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai, dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lampau”.
     “Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.  Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu, hartaku sekali-kali tidak memberikan manfaat kepadaku, telah hilang kekuasaanku dariku”. (Allah berfirman), “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya, Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala”.
      Al-Quran surah As-Shaffat, surah ke-37 ayat 22-23 yang menjelaskan bahwa dalam perjalanan menuju surga atau neraka, maka manusia melalui jalan yang disebut “sirathal”.

۞ احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْجَحِيمِ.

     “(Kepada malaikat diperintahkan), “Kumpulkan orang-orang yang zalim dan  teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah, maka tunjukkanlah kepada mereka  jalan “sirathal” ke neraka”.
      Al-Quran surah Ya Sin, surah ke-36 ayat 66.
وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَىٰ أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّىٰ يُبْصِرُونَ
.
      “Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami menghapuskan penglihatan mata mereka, lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan, maka betapakah mereka dapat melihat (nya)”.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 71-72.
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
      “Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kepastian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”.
      Berdasarkan ayat Al-Quran di atas, maka sebagian ulama berpendapat bahwa terdapat jalan yang dinamakan “shirathal”, yaitu berupa “jembatan” yang harus dilalui oleh setiap orang yang akan menuju surga.
     Di bawah jalan berupa “jembatan” itu terdapat neraka dengan segala tingkatannya,  maka orang-orang mukmin akan melewatinya dengan kecepatan dan cara sesuai dengan kualitas ketakwaan mereka.
     Ada orang yang melewati jembatan “sirathal” bagaikan kilat, atau seperti angin berhembus, atau secepat lajunya kuda, dan ada yang merangkak, tetapi akhirnya sampai juga  di surga.
    Sedangkan orang-orang kafir akan melewati jembatan “sirathal” dan menelusurinya,   tetapi mereka berjatuhan ke dalam neraka yang sesuai dengan tingkat kedurhakaan mereka.
      Kata “sirath” berasal dari kata “saratha” yang arti harfiahnya adalah “menelan”, kata “sirath” bisa diartikan “jalan yang lebar”, karena lebarnya maka seolah-olah jalan itu menelan setiap orang yang berjalan melewatinya.
      Terdapat riwayat yang menjelaskan bahwa jembatan “sirathal” adalah jembatan yang lebih tipis daripada rambut yang dibelah tujuh dan lebih tajam dibandingkan dengan  pedang.
       Sebagian ulama yang sangat rasional menolak pendapat bahwa jembatan “sirathal” adalah “jembatan” yang lebih tipis daripada rambut yang dibelah tujuh dan lebih tajam dibandingkan dengan  pedang.
     Akidah Islam harus berdasarkan dalil Al-Quran dan hadis Nabi yang pasti, sedangkan penafsiran tentang adanya jembatan “sirathal” bukan termasuk masalah akidah.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment