MASA BALITA NABI MUHAMMAD
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Lahirnya Rasulullah
Muhammad SAW
Senin pagi, 9 Rabiul Awal tahun Gajah (20 atau 22 April 571 Masehi?) Rasulullah lahir
dalam keluarga Bani Hasyim di Mekah.
Sebagian
riwayat menjelaskan saat Rasulullah lahir, dari rahim Bunda Aminah keluar cahaya
yang menerangi istana di Syam.
Runtuhnya
balkon istana Kisra, padamnya api yang disembah kaum Majusi, dan beberapa
gereja Buhairah ambles ke dalam tanah.
Setelah
Rasululah lahir, Bunda Aminah mengutus orang menyampaikan kabar gembira kepada
Abdul Muththalib.
Abdul
Muththalib segera membawa cucunya ke dalam Kakbah.
Dan
memberi nama Muhammad, sebuah nama yang belum dikenal pada zaman itu.
Rasulullah
dikhitan pada hari ke-7, seperti kebiasaan orang-orang Arab lainnya.
Sebagian
riwayat menjelaskan, Rasulullah lahir sudah dalam keadaan dikhitan.
Wanita
pertama yang menyusui Rasulullah adalah Bunda Aminah dan Tsuwaibah, budak Abu
Lahab.
Saat
itu, Tsuwaibah menyusui anaknya sendiri yang bernama Masruh.
Tsuwaibah
juga pernah menyusui Hamzah bin Abdul Muththalib dan Abu Salamah bin Abdul
Asad.
MASA BALITA NABI MUHAMMAD
Pada
zaman itu, orang-orang Arab di Mekah mencari wanita dari desa yang bisa
menyusui bayinya.
Halimah
dari Bani Sa’ad bin Bakr menyusui bayi
Rasulullah hingga umur 4 tahun sampai terjadi pembedahan dada.
Rasulullah
tinggal bersama Halimah dan suaminya, Harist bin Abdul Uzza di perkampungan
Bani Saad, sekitar 80 km dari Mekah.
Halimah berkisah.
Pada
musim paceklik, Halimah, suaminya (Harist bin Abdul Uzza), dan anaknya yang
masih disusuinya meninggalkan kampung halaman bersama rombongan Bani Sa’ad.
Halimah
naik keledai betina warna putih dan membawa seekor unta tua yang tak bisa
diambil susunya.
Sepanjang
malam Halimah tak bisa tidur karena menjaga bayi yang terus menangis kelaparan.
Halimah
tak pernah turun, sehingga keledainya tampak kelelahan.
Akhirnya,
rombongan tiba di Mekah dan langsung mencari bayi yang bisa disusui.
Tiap
wanita yang ditawari menyusui pasti menolaknya, karena tahu Muhammad bin
Abdullah anak yatim.
Para
wanita yang menyusui ingin mendapat imbalan layak yang dianggapnya sulit
dipenuhi jika merawat anak yatim.
Semua
wanita dalam rombongan sudah mendapat bayi untuk disusuinya, kecuali Halimah.
Rombongan
bersiap-siap kembali pulang.
Halimah
berkata kepada suaminya,
”Demi
Allah, aku tidak ingin pulang tanpa membawa bayi untuk disusui.
Aku
ingin mendatangi bayi anak yatim itu dan membawanya.”
Suaminya
berkata,”Ya aku setuju kamu melakukan hal itu, semoga membawa berkah”.
Halimah
segera menemui bayi itu dan menggendongnya.
Halimah
berkata,
“Aku
menggendong bayi itu seakan-akan tanpa beban sama sekali.
Aku
menghampiri hewan tungganganku. Ketika puting susuku kusodorkan kepada bayi
itu, dia minum sesukanya dan bayiku juga minum hingga puas lalu mereka tidur
pulas.
Padahal
sebelumnya, aku tak bisa tidur karena mengurus bayiku.
Suamiku
menghampiri untanya yang kurus ternyata susunya penuh.
Kami
segera memeras susunya dan minum sepuasnya hingga kenyang.
Malam
itu sungguh menyenangkan dan paling indah bagi kami.
Esok
paginya suamiku berkata: Kamu telah mengambil bayi yang penuh berkah.
Demi
Allah, aku juga berharap demikian.”
Kemudian mereka bersiap
unuk pulang.
Semua
barang bawaan dinaikkan di atas punggung hewan.
Setelah
menempuh perjalanan cukup jauh, tentu hewan itu kelelahan.
Ternyata
hewan tungganganku tidak merasa lelah sedikit pun.
Teman-temanku
berkata,”Bukankah keledaimu ini yang kamu bawa saat berangkat dahulu?”
Halimah
menjawab,”Ya, benar.”
Mereka
berkata,”Keledaimu tambah perkasa.”
Nabi Muhammad tinggal di perkampungan
Bani Sa'ad.
Halimah
berkata,”Sejak saat itu, kebunku tambah subur, susu hewanku melimpah, sehingga
kami bisa minum sepuasnya.
Tetapi para tetangga kami hewannya tidak mengeluarkan susu, sehingga penggembalanya
dimarahi.
Halimah
menyusui Nabi Muhammad selama 2 tahun lalu menyapihnya.
Nabi
Muhammad tumbuh dengan baik dan cepat melebihi teman-teman sepermainannya.
Setelah
2 tahun, Nabi Muhammad dibawa ke Mekah untuk menemui keluarganya.
Halimah
merayu agar diperkenankan membawa lagi ke kampungnya dan permintaannya dikabulkan.
NABI MUHAMMAD DIBELAH
DADANYA
Muslim
meriwayatkan dari Anas,
“Nabi
Muhammad sedang bermain dengan beberapa anak kecil lainnya.
Malaikat
Jibril datang memegang Nabi Muhammad dan menelentangkannya.
Lalu
membelah dada dan mengeluarkan segumpal darah dari dada Nabi Muhammad.
Malaikat
Jibril berkata: Ini bagian setan yang ada padamu.
Lalu
mecucinya dengan air Zam-zam dan mengembalikannya lagi.”
Anak-anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susuannya, sambil berkata,”Muhammad
telah dibunuh.”
Mereka
menghampiri Nabi Muhammad yang wajahnya makin berseri-seri.
Nabi Muhammad kembali ke
bundanya.
Setelah
peristiwa pembedahan dada, Halimah khawatir terhadap keselamatan Nabi Muhammad.
Nabi
Muhammad segera dikembalikan kepada orang
tuanya di Mekah.
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury.
Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah
Masjid Nabawi. Madinah 2017.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah
Mekah. Mekah 2017
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.
5. Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment