Monday, March 4, 2019

1968. KHALIFAH DI BUMI











KHALIFAH DI BUMI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang arti kata khalifah di bumi? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 30.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
     
      “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

2.    Para ulama mengupas ayat di atas dengan menggunakan metode tematik (berkaitan dengan tema), berpendapat bahwa kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling berkait, lalu ditambahkan unsur keempat yang berada di luar, tetapi amat menentukan arti kekhalifahan dalam pandangan Al-Quran.
a.    Unsur ke-1: manusia, yang disebut khalifah.
b.    Unsur ke-2: alam semesta sebagai “ardh”.
c.    Unsur ke-3: hubungan antara manusia dengan alam semesta.
d.    Unsur ke-4: yang berada di luar manusia adalah Allah yang memberikan penugasan.
3.    Pengangkatan Nabi Adam sebagai khalifah dijelaskan oleh Allah dalam bentuk tunggal, yaitu “inni” yang artinya “sesungguhnya Aku” dan dengan kata “jail” yang artinya “akan mengangkat”.
4.    Pengangkatan Daud menggunakan kata “inna”, yang artinya“Sesungguhnya Kami” dan dengan bentuk kata kerja masa lampau, yaitu  “jaalnaka” , yang artinya “Kami telah menjadikanmu”.
5.    Menurut kaidah yang menyatakan bahwa penggunaan bentuk plural menunjukkan makna keterlibatan pihak lain bersama Allah, maka berarti dalam pengangkatan Daud sebagai khalifah terdapat keterlibatan pihak lain selain Allah, yaitu masyarakat pengikutnya.
6.    Pengangkatan Nabi Adam ditampilkan dalam bentuk tunggal, karena  kekhalifahan yang dimaksud berupa rencana, yaitu “Aku akan mengangkat”, dan tidak ada pihak lain bersama Allah yang terlibat.
7.    Artinya Daud dan semua khalifah yang melibatkan masyarakat dalam pengangkatannya, dituntut untuk memperhatikan kehendak masyarakatnya.
8.    Hubungan antara manusia dengan sesama dan semesta, bukan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan, atau antara tuan dengan hambanya, tetapi hubungan kebersamaan dalam kepatuhan kepada Allah.
9.    Ketika manusia mampu mengelola alam semesta, hal tersebut bukan karena  kekuatan yang dimilikinya, tetapi karena Allah menundukkannya untuk manusia.

10. Al-Quran surah Ibrahim (surah ke-14) ayat 32.

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ

      “Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Allah mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Allah telah menundukkan bahtera bagimu supaya berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Allah telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai”.
11.            Al-Quran surah Az-Zukhruf (surah ke-43) ayat 13.
لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ


  
      “Agar kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya, dan agar kamu mengucapkan, “Maha suci Allah yang telah menundukkan semua bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.
12. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan dengan alam semesta sesuai dengan petunjuk Allah yang tertera dalam wahyu-Nya.
13. Semua itu harus ditemukan kandungannya oleh manusia sambil memperhatikan perkembangan dan situasi lingkungannya.

14. Al-Quran surah Az-Zukhruf (surah ke-43) ayat 32.
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
 
      “Apakah mereka yang membagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan  penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
15. Para ulama berpendapat kurang tepat apabila kata “sukhriya” diartikan“ menundukkan”, tetapi “al-taskhir” adalah hubungan dalam kedudukan yang sama, yang membedakan hanya partisipasi dan kemampuan masing-masing, serta logis apabila yang “kuat” lebih banyak memperoleh bagian.
16. Kata “sikhriya” dalam surah Al-Mukminun menggambarkan ejekan dan tekanan yang dilakukan oleh kelompok kuat terhadap kelompok lain yang disebut “mustadh'afin”, sedangkan kata “sukhriya” menjelaskan hubungan interaksi yang diridai Allah.
17. Para ulama menjelaskan prinsip pokok hubungan sesama manusia adalah sebagai sarana memenuhi kebutuhan sehingga terjadi keharmonisan.   
18. Islam tidak mengenal prinsip, “Anda boleh melakukan apa saja, asalkan tidak melanggar hak orang lain”, tetapi mengenalkan,”Mereka mendahulukan pihak lain atas diri mereka, meskipun mereka sendiri dalam kebutuhan”.

19. Al-Quran surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 9.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
     “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin). dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka orang-orang yang beruntung”.
20. Prof. Mubyarto mengemukakan lima hal pokok untuk mencapai keharmonisan hidup manusia sebagai khalifah di bumi.
1)    Ke-1, Kebutuhan dasar setiap masyarakat harus terpenuhi dan harus bebas dari ancaman dan ketakutan.
2)    Ke-2, Manusia terjamin dalam mencari nafkah, tanpa harus keterlaluan menghabiskan  tenaganya.
3)    Ke-3, Manusia bebas untuk memilih cara mewujudkan hidupnya sesuai dengan cita-citanya.
4)    Ke-4, Tersedia peluang untuk masyarakat dalam mengembangkan bakat dan minatnya.
5)    Ke-5, Partisipasi aktif dalam kehidupan sosial politik, sehingga seseorang tidak hanya menjadi objek orang lain.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
4.    Tafsirq.com online


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment