TSA’LABAH
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan
tentang Tsa’labah bin Abdurrahman sahabat Nabi Muhammad? Syekh Shafiyurrahman
menjelaskannya.
1. Tsa’labah
bin Abdurrahman adalah sahabat Nabi dan pelayan Nabi Muhammad.
2. Pada
suatu hari dia berjalan di depan sebuah rumah milik wanita Ansar dengan pintu
rumah terbuka dan Tsa’labah memandang ke dalamnya.
3. Wanita
Ansar sedang mandi, Tsa’labah terpesona beberapa saat melihat pemandangan
tersebut, beberapa waktu kemudian dia tersadar, ketakutan, dan malu kalau Rasulullah
mengetahui perbuatannya.
4. Apalagi
jika turun wahyu yang menjelaskan perbuatan maksiatnya, maka Tsa’labah segera berlari menjauh bersembunyi di
pegunungan, di antara Mekah dan Madinah.
5. Pada
riwayat lain, Tsa’labah telah terjerumus perzinaan.
6. Nabi
Muhammad merasa kehilangan sahabatnya, mencari-cari pelayannya, dan menanyakan
kepada para sahabatnya, tetapi tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya.
7. Tsa’labah telah menghilang secara misterius.
8. Waktu
berjalan 40 hari, Nabi Muhammad mendapatkan wahyu, malaikat Jibril memberi
tahu Rasulullah bahwa Tsa’labah bersembunyi di pegunungan yang
terletak di antara Mekah dan Madinah.
9. Nabi
Muhammad mengutus Umar bin Khattab dan Salman Al-Farisi untuk mencari dan membawa
Tsa’labah pulang ke Madinah.
10. Kedua
sahabat mencari Tsa’labah, tetapi keberadaannya sulit ditemukan, hingga pada
malam hari mereka bertemu seorang pengembala yang bernama Dzufafa.
11. Umar
bin Khattab bertanya kepadanya, Dzufafa berkata,”Mungkin yang kalian maksudkan
adalah seorang pemuda yang melarikan diri dari neraka Jahanam?”
12. “Bagaimana
kau tahu, dia lari dari neraka Jahanam?” tanya Umar bin Khattab.
13. “Biasanya
pada tengah malam, dia akan keluar dari kelompok kami, naik ke atas bukit dan menangis
tersedu-sedu sambil meletakkan tangan di atas kepalanya,” jawab Dzufafah.
14. Dia
menangis histeris,”Ya Allah, ampunilah dosaku. Ya Allah, janganlah Engkau
menelanjangiku di pengadilan akhirat nanti.” “Ya, benar, orang itu yang kami
cari” kata Umar bin Khattab dan Salman Al-Farisi serentak.
15. Dzufafa
mengantar kedua sahabat menuju tempat Tsa’labah berada, ketika bertemu
Tsa’labah mereka menyampaikan salam Rasulullah dan menjelaskan tugas yang
diberikan kepada mereka.
16. Tsa’labah
berkata,”Apakah Rasulullah mengetahui dosaku?” “Aku tidak tahu,” kata Umar bin
Khattab, tetapi Nabi Muhammad menyebut namamu dengan suara lirih dan mengutus
kami dengan sembunyi untuk menjemputmu.”
17. Tsa’labah
berkata,”Wahai Umar, pertemukan aku dengan Nabi Muhammad ketika beliau sedang salat
atau Bilal sedang ikamah.” Umar bin Khattab menjawab,”Baiklah.” Mereka bertiga
kembali ke Madinah.
18. Mereka
langsung menuju masjid ketika Nabi Muhammad sedang salat, tetapi begitu mendengar suara Rasulullah, Tsa’labah langsung
pingsan.
19. Tsa’labah
sangat rindu mendengarkan suara Nabi Muhammad dan sangat kangen berjumpa dengan
beliau, tetapi juga merasa ketakutan akan dimarahi karena perbuatan dosanya.
20. Konflik
perasaan begitu mendalam yang mencapai puncaknya ketika mendengar suara Rasulullah,
Tsa’labah jatuh pingsan.
21. Nabi
Muhammad menutup salatnya dengan mengucap salam dan beliau melihat Umar bin
Khattab dan Salman Al-Farisi.
22. Nabi
Muhammad diajak menjumpai Tsa’labah yang sedang pingsan, mengangkat kepalanya di taruh di pangkuan
beliau, dan berusaha menyadarkannya.
23. Begitu
tersadar, Nabi Muhammad bersabda,”Wahai Tsa’labah, apakah yang membuatmu lari
dariku?” “Dosaku, ya Rasulullah,” kata Tsa’labah.
24. Rasulullah
bersabda,”Maukah kamu kuajarkan suatu bacaan yang dapat menghapus dosa dan
kesalahanmu.” Tsa’labah mengiyakan.
25. Nabi Muhammad bersabda,”Allahumma rabbana
atina fiddunya hasanah wafil ahirati hasanah, waqina adabannar.”
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Allah, bahagiakan hidup kami di dunia
dan di akhirat, serta jauhkan kami dari siksa api neraka.”
26. Tsa’labah
berkata,”Ya Rasulullah, dosaku lebih besar daripada itu.” Nabi bersabda,”
Tetapi ampunan Allah lebih besar daripada dosamu.”
27. Tsa’labah
diam saja, karena dia merasa dosanya sangat besar, lalu Nabi Muhammad menyuruh
Tsa’labah pulang.
28. Tsa’labah
jatuh sakit, selama tiga hari dia berbaring di tempat tidurnya.
29. Salman
Al-Farisi melaporkan kondisi Tsalabah kepada Nabi Muhammad, lalu Nabi mengunjunginya, kepala Tsa’labah ditaruh
di pangkuan beliau.
30. Tsa’labah
menarik kepalanya dari pangkuan Nabi yang bersabda,”Tsa’labah, mengapa kamu menarik
kepalamu dari pangkuanku?” Karena saya penuh dosa, ya Rasul,” jawab Tsa’labah.
31. Nabi
Muhammad bersabda,”Apakah yang kamu rasakan?” “Saya merasakan banyak semut
merayap di sekujur kulit dan tulangku, ya Nabi,” kata Tsa’labah.
32. Rasulullah
bersabda,”Apakah yang kamu inginkan?” “Ampunan Allah,” jawab Tsa’labah.
33. Nabi
Muhammad memberikan pengajaran tentang hakikat dosa dan tobat, tentang keluasan
rahmat Allah Yang Maha Pengampun, sehingga manusia dilarang berputus asa dari
rahmat Allah.
34. Tsa’labah
sangat menyesal telah berbuat dosa, air matanya bercucuran, wajahnya
menampakkan penyesalan mendalam, mendadak teringat dosanya, berteriak penuh
ketakutan, dan dia meninggal dunia.
35. Nabi
Muhammad mengajak para sahabat mengurus jenazahnya dengan memandikan, mengafani, menyalati, memikul jenazah
Tsa’labah, dan Rasulullah berjalan sambil berjinjit dengan ujung jari kaki saja
yang berjejak.
36. Sahabat
bertanya,”Wahai Rasulullah, saya melihat engkau berjalan berjinjit, apakah yang
terjadi?”
37. Nabi
Muhammad bersabda,”Aku hampir tidak dapat meletakkan kakiku di tanah, karena banyaknya
malaikat yang ikut mengiringi jenazahnya.”
Daftar Pustaka
1. Syaikh
Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta.
2006.
2. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Kisah
Para Sahabat.
5. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
6. Tafsirq.com
online
0 comments:
Post a Comment