BADUI
DICINTAI ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya, “Mohon dijelaskan
tentang Zaid Al-Khoil seorang Badui yang dicintai oleh Allah?” Penulis Kisah
Para Sahabat menjelaskannya.
1. Zaid
Al-Khoil adalah seorang Badui pedalaman yang jauh dari Madinah yang telah
memeluk Islam.
2. Dia berangkat
menuju ke Madinah seorang diri dengan menunggang seekor unta, selama 15 hari
perjalanan.
3. Zaid
Al-Khoil tiba di Madinah, mengikat untanya di luar Masjid, dan masuk ke dalam
masjid menjumpai Nabi Muhammad.
4. Zaid
Al-Khoil berkata,”Ya Nabi, saya telah melelahkan untaku selama 9 hari, dan menuntunnya
selama 6 hari terus menerus tanpa berhenti.”
5. Zaid
Al-Khoil melanjutkan,”Saya berpuasa di siang hari, jarang tidur di malam hari,
sehingga untaku sangat lelah, semuanya saya lakukan untuk menanyakan dua hal
hingga saya sulit tidur.”
6. Rasulullah
memandang si Badui dengan kagum, dia seorang
muslim biasa, orang yang sederhana telah berjuang begitu beratnya dengan menempuh
perjalanan jauh, berjalan selama 15 hari untuk memperoleh penjelasan langsung dari
beliau.
7. Nabi
Muhammad bersabda, “Siapakah namamu?” Si Badui menjawab, “Nama saya, Zaid
Al-Khoil (Zaid, si unta)”.
8. Rasulullah
tampaknya kurang berkenan dengan nama itu, sehingga beliau bersabda,”Oh, jadi namamu Zaid Al-Khair (Zaid
yang penuh kebaikan).” Nabi ingin mengganti namanya.
9. Dia
berkata,”Benar, ya Nabi, nama saya Zaid Al-Khair.” Zaid Al-Khair sangat senang
dengan nama barunya, karena yang memberi nama adalah Rasulullah sendiri.
10. Nabi
Muhammad bersabda,”Sekarang, silakan bertanya kepadaku.” Zaid Al-Khair berkata,”
Ya, Nabi, saya ingin bertanya tentang tanda-tanda orang yang dicintai Allah dan
ciri-ciri orang yang dibenci Allah.”
11. Rasulullah
bersabda,” Untung, untung,…”
12. Nabi
Muhammad sangat gembira mendengar pertanyaannya, tidak keliru jika namanya Al-Khair
(yang penuh kebaikan).
13. Nabi
Muhammad bersabda,”Wahai Zaid Al-Khair, bagaimanakah keadaanmu sekarang?” Zaid Al-Khair menjawab,”Saya sekarang senang
dengan amal kebaikan, suka dengan orang-orang yang berbuat kebaikan, dan gembira
dengan tersebarnya kebajikan.”
14. Zaid
Al-Khair melanjutkan,”Saya menyesal, jika tidak ikut berbuat amal kebaikan. Saya
selalu rindu untuk berbuat kebaikan, karena jika saya berbuat kebajikan, pasti
Allah akan memberikan pahalanya.”
15. Rasulullah
bersabda, “Ya, itulah tanda-tanda orang yang dicintai oleh Allah. Jika Allah membencimu, maka kamu akan melakukan
yang berlawanan dengan itu. Yaitu kamu akan senang berbuat keburukan, suka
berbuat jahat, dan gembira dengan orang yang berbuat kejelekan.”
16. Zaid
Al-Khair berkata,”Sudah cukup, ya Nabi,” seolah-olah dia tidak ingin Nabi Muhamad
melanjutkan penjelasannya.
17. Zaid
Al-Khair mengucapkan terimah kasih, pamit keluar masjid, dia menunggang untanya,
dan kembali pulang.
18. Wajah
Rasulullah sumringah, tanda beliau amat gembira, karena seorang musafir datang
dari jauh, tidak bergaul dengan Nabi, tetapi dia merasakan nuansa kasih sayang
Allah yang begitu mendalam.
19. Seorang
Badui yang berasal dari daerah pedalaman, wilayah yang “adoh kawat”, tetapi
dapat menikmati kasih sayang Nabi, merasa dicintai oleh Allah seperti yang
dirasakan oleh para sahabat yang setiap hari berada di sekitar Nabi Muhammad.
Daftar
Pustaka
1.
Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah
Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.
Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid
Nabawi. Madinah 2004.
3.
Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah.
Mekah 2004
4.
Kisah Para Sahabat.
5.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an
Ver 3.
6.
Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment