HARAM UNTUK SEMUA
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan
tentang sesuatu yang diharamkan akan berlaku dan mengikat semua orang?” Syekh
Yusuf Qardhawi menjelaskannya.kat
1. Hukum haram dalam pandangan syariat Islam
mempunyai ciri menyeluruh dan mengikat semua pihak.
2. Tidak ada hal yang diharamkan hanya untuk non-orang
Arab, tetapi halal buat orang Arab.
3. Tidak ada sesuatu yang dilarang untuk orang
kulit hitam, tetapi halal buat orang kulit putih.
4. Tidak ada suatu rukhsah (keringanan) yang
diberikan kepada suatu tingkatan, kelompok, atau golongan manusia tertentu.
5. Bahkan tidak ada seorang muslim pun yang
mempunyai keistimewaan khusus yang dapat menetapkan sesuatu hukum haram yang
berlaku untuk orang lain, tetapi halal buat dirinya sendiri.
6. Artinya hukum haram atau halal dalam Islam akan
mengikat dan berlaku untuk semua manusia, tanpa kecuali.
7. Dalam Islam, tidak berlaku hukum seperti
keistimewaan pendeta, pastor, raja, dan orang suci yang dapat bebas dari ikatan
halal dan haram untuk dirinya, tetapi hanya berlaku untuk pihak lainnya.
8. Hukum syariat halal dan haram dari Allah
berlaku untuk semua manusia secara menyeluruh, tanpa membedakan bahasa, suku,
ras, dan golongan.
9. Setiap yang dihalalkan Allah dengan ketetapan
undang-undangnya, berarti halal untuk segenap umat manusia.
10. Dan apa saja yang diharamkan oleh Allah, haram
juga berlaku untuk seluruh umat manusia sampai hari kiamat.
11. Misalnya, mencuri hukumnya adalah haram, tanpa
melihat pelakunya orang muslim atau bukan, dan barang yang dicuri itu milik
orang Islam atau bukan.
12. Hukumnya pun berlaku untuk setiap pencuri,
tanpa memandang jabatan, pangkat, keturunan, dan kedudukannya.
13. Rasulullah bersabda,”Demi Allah! Kalau
sekiranya Fatimah binti Muhammad yang mencuri, pasti akan kupotong
tangannya."
14. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi suatu
peristiwa pencurian yang dilakukan oleh seorang muslim, tetapi terjadi perselihan
antara sorang Yahudi dan orang Muslim.
1) Keluarga pencuri yang beragama Islam menuduh
seorang Yahudi dengan beberapa data yang dibuatnya, padahal pencuri aslinya
adalah salah seorang keluarganya yang beragama Islam.
2) Dia mengadukan hal tersebut kepada Nabi Muhammad
dengan harapan dapat bebas dari segala tuduhan dan hukuman, karena sesama beragama
lslam.
3) Waktu itu turunlah ayal-Quran menyingkap kejahatan tersebut, dan membebaskan
orang Yahudi yang dituduh dari segala dakwaan.
4) Rasulullah mencela keluarga Islam tersebut dan menghukum pencurinya.
15. Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 105-106.
إِنَّا
أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ
اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا
وَاسْتَغْفِرِ
اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا
Sesungguhnya
Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu
mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan
janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianat, dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
16. Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat
107-108.
وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِينَ
يَخْتَانُونَ أَنْفُسَهُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا
يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ
وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَىٰ
مِنَ الْقَوْلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا
Dan
janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi
bergelimang dosa, mereka
bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal
Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan
rahasia yang Allah tidak ridai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya)
terhadap apa yang mereka kerjakan.
17. Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 109.
هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ جَادَلْتُمْ
عَنْهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَمَنْ يُجَادِلُ اللَّهَ عَنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
أَمْ مَنْ يَكُونُ عَلَيْهِمْ وَكِيلًا
Beginilah
kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka
dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk
(membela) mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang jadi pelindung mereka
(terhadap siksa Allah)?
18. Pernah terjadi suatu anggapan dalam agama
Yahudi, bahwa riba hanya haram untuk seorang Yahudi, jika berutang kepada sesama
orang Yahudi, tetapi berutang kepada selain orang Yahudi tidaklah termasuk riba.
19. Artinya, mereka membolehkan berbuat khianat
terhadap orang non-Yahudi dan hal semacam itu dipandang tidak salah dan tidak
berdosa.
20. Al-Quran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 75.
هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ جَادَلْتُمْ
عَنْهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَمَنْ يُجَادِلُ اللَّهَ عَنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
أَمْ مَنْ يَكُونُ عَلَيْهِمْ وَكِيلًا
Di
antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang
banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu
mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya padamu, kecuali jika
kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan:
"Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang umi. Mereka berkata dusta
terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.
21. Pengarang Qishshatul Hadharah menceriterakan,
bahwa hampir semua kelompok manusia mempunyai anggapan yang menunjukkan golongan
mereka lebih baik dibandingkan golongan yang lain.
1) Misalnya bangsa Indian di Amerika, mereka
menganggap dirinya sebagai hamba Tuhan yang terbaik.
2) Tuhan menciptakan mareka sebagai manusia berjiwa
besar khusus untuk dijadikan sebagai teladan, dan manusia lainnya harus menaruh
hormat kepadanya.
3) Salah satu suku Indian itu ada yang menganggap
dirinya sebagai manusia istimewa yang tidak ada bandingaannya.
4) Dan suku yang lain beranggapan, bahwa sukunya
adalah manusia yang asli, sedangkan suku yang lain dianggapnya bukan manusia.
5) Manusia primitif dalam mengatur cara
pergaulannya dengan golongan lain tidak menggunakan jiwa etika yang lazim
seperti yang biasa dipakai dalam berhubungan dengan kawan sesukunya.
22. Kesimpulannya, dalam Islam suatu hal yang
diharamkan akan berlaku universal, menyeluruh, dan mengikat setiap manusia tanpa kecuali.
Daftar Pustaka.
1. Qardhawi, Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi. Halal
dan Haram dalam Islam. Alih bahasa: H. Mu'ammal Hamidy. Penerbit: PT. Bina
Ilmu, 1993
2. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment