(Seri
ke-2)
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan
tentang riba yang dimaksudkan oleh
Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1. Kata
“riba” dari segi bahasa artinya “kelebihan”, sehingga bila kita hanya berhenti kepada
arti “kelebihan” tersebut, logika yang dikemukakan oleh kaum musyrik cukup beralasan.
2. Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275 hanya menjawab pertanyaan mereka dengan menyatakan
“Tuhan menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
3. الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا
يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ
الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ
رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ
فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
4. Pengharaman
dan penghalalan terhadap sesuatu pasti terdapat “sesuatu hal” yang membedakannya,
dan “sesuatu hal” itu yang menjadi penyebab keharamannya.
5. Dalam
Al-Quran ditemukan kata “riba” terulang sebanyak 8 kali yang terdapat dalam 4 surah,
yaitu:
1) Al-Baqarah
(surah ke-2) ayat ayat 275, 276, 278, 279 dan 280.
2) Ali
Imran (surah ke-3) ayat 130.
3) An-Nisa
(surah ke-4) ayat 161.
4) Ar-Rum
(surah ke-30) ayat 39.
6. Surah
ke-1, ke-2, dan ke-3 adalah Madaniyah (turun di Madinah), setelah Rasulullah hijrah
dari Mekah ke Madinah.
7. Surah
ke-4 adalah surah Makkiyah (turun di Mekah), ketika Rasulullah masih di Mekah, sebelum
hijrah ke Madinah.
8. Artinya
secara urutan kronologis ayat tentang riba adalah berikut:
5) Ke-1:
Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.
6) Ke-2:
Ali Imran (surah ke-3) ayat 130, yang secara jelas melarang riba yang berlipat ganda.
7) Ke-3:
An-Nisa (surah ke-4) ayat 161, yang berisi kecaman terhadap orang Yahudi yang
memakan riba.
8) Ke-4:
Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275, 276, 278, 279 dan 280.
9. Ayat tentang riba yang turun ke-1 adalah
Al-Quran surah Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.
وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا
لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ ۖ وَمَا آتَيْتُمْ
مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu
berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang
yang melipatgandakan (pahalanya).
10. Ayat
Al-Quran tentang riba yang turun ke-2 adalah Ali Imran (surah ke-3) ayat 130,
yang secara jelas melarang riba yang berlipat ganda.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.
11. Ayat
Al-Quran tentang riba yang turun ke-3 adalah sura An-Nisa’(surah ke-4) ayat
161, yang berisi kecaman terhadap orang Yahudi yang memakan riba.
وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ
نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ
مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Dan disebabkan mereka memakan riba,
padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka
memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.
12. Para
ulama berpendapat bahwa ayat terakhir tentang riba yang turun kepada Nabi
Muhammad adalah surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275, 276, 278, 279 dan 280.
13. Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275.
14.
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا
كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ
بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ
الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ
فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ
فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
15. Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 276.
16.
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ ۗ
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan
selalu berbuat dosa.
17. Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 278.
18.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا
مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman.
19. Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 279.
فَإِنْ
لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ
رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
20. Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 280.
وَإِنْ
كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ
ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan jika (orang berutang itu) dalam
kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
21. Para
ulama berpendapat tahap pengharaman terhadap riba mirip dengan pengharaman terhadap
minuman keras.
1) Pada
tahap ke-1, sekadar menggambarkan adanya unsur negatif minuman keras.
a. Unsur
negatif riba, yaitu Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.
2) Pada
tahap ke-2, isyarat tentang keharaman minuman keras.
b. Isyarat
keharamannya riba, yaitu An-Nisa (surah ke-4) ayat 161.
3) Pada
tahap ke-3, secara jelas dinyatakan keharaman minuman keras salah satu bentuknya.
a. Secara
jelas keharamannya riba, yaitu Ali Imran (surah ke-3) ayat 130.
4) Pada
tahap terakhir, diharamkannya minuman keras secara total dalam berbagai bentuknya.
a. Diharamkannya
riba secara total, yaitu Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 278.
22. Para
ulama cenderung hanya menetapkan dan membahas ayat pertama dan terakhir menyangkut
riba, kemudian menjadikan kedua ayat yang tidak jelas kedudukan tahapan turunnya
sebagai tahapan pertengahan.
23. Hal
ini tidak banyak berpengaruh dalam memahami pengertian atau esensi riba yang
diharamkan Al-Quran, karena ayat Al-Nisa' (surah ke-4) ayat 161 adalah kecaman kepada
orang Yahudi yang melakukan praktik riba.
24. Surah
Ali Imran (surah ke-3) ayat 130 menggunakan redaksi larangan secara tegas terhadap
umat Islam agar tidak melakukan praktik riba secara “adh’afan mudha’afah” (berlipat
ganda).
25. Sebagian
ulama berpendapat Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39 adalah ayat ke-1 yang berbicara tentang
riba, tetapi tidak berbicara tentang riba yang diharamkan, sehingga mereka menyebut
riba halal atau mubah.
26. Para
sahabat ada yang menafsirkan riba dalam ayat tersebut sebagai “hadiah” yang
dilakukan oleh orang yang mengharapkan imbalan berlebih.
27. Sebagian
ulama lain menafsirkan perbedaan penulisan
dalam mushaf Al-Quran, yaitu kata “riba” pada surat Ar-Rum ditulis tanpa menggunakan
huruf Arab “wau”, sedangkan dalam surah lainnya menggunakan huruf Arab “wau”.
28. Para
ulama berpendapat pembahasan secara singkat tentang riba yang diharamkan
Al-Quran dapat ditampilkan dengan menganalisis dan memahami kata kunci pada ayat
tersebut.
1) Kata
kunci ke-1 : “adh’afan mudha’afah” (berlipat ganda).
أَضْعَافًا
مُضَاعَفَةً ۖ
2) Kata
kunci ke-2 : “maa baqiya minar ribaa” (tinggalkan sisa riba).
مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا
3) Kata
kunci ke-3 : “falakum ru’usu amwaa likum, laa tazhlimuuna wa laa tuzhlamuun” (maka
bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak dianiaya).
فَلَكُمْ
رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
29. Dengan
memahami kata kunci tersebut, diharapkan dapat ditemukan jawaban tentang riba
yang diharamkan Al-Quran, yaitu “Apakah hal yang menjadikan kelebihan tersebut hukumnya
haram”.
29.
Daftar Pustaka
1.
Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat.
Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2,
5.
Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment