Monday, October 5, 2020

5695. ISLAM PERPADUAN AKAL DAN JIWA


 

PERBEDAAN AKAL DAN JIWA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

1.  Terdapat ungkapan yang menyatakan tentang Timur dan Barat, yaitu bahwa Timur adalah Timur dan Barat adalah Barat dan keduanya tidak dapat bertemu.

 

2.  Sampai sekarang ini kita masih sering mendengarkan penilaian negatif pihak Barat terhadap kebijakan dan sikap masyarakat yang berada di belahan Timur dunia ini.

 

 

3.  Masalah hak asasi dan demokrasi serta beberapa perincian agama Islam, munculnya perbedaan penilaian disebabkan oleh kacamata yang digunakan pihak Barat tidak sepenuhnya sama dengan kacamata yang digunakan oleh pihak Timur.

 

4.  Pada zaman dahulu dan mungkin sampai sekarang, belahan Timur dunia terutama Timur Jauh seperti India dan Cina, mengandalkan intuisi dan penyucian jiwa guna mencapai kebenaran.

 

 

5.  Penduduk bumi belahan Timur hampir-hampir saja mengabaikan penalaran akal dan analisis, sehingga mereka memandang segala sesuatu dengan jiwa bukannya dengan akal.

 

6.  Orang-orang yang berada di belahan timur pada umumnya bagaikan membiarkan perincian segala sesuatu berserakan, bahkan menikmati perincian seperti seseorang yang menikmati keindahan bunga tanpa melihat duri yang mengelilinginya, seperti pandangan seniman atau sufi dan memang demikian halnya jiwa manusia.

 

 

7.  Manusia yang berada di belahan barat dunia pada umumya, mengandalkan penalaran akal dan analisis untuk membaca fenomena alam, sehingga membuat mereka sering kali melupakan nilai spiritual.

 

8.  Pada tahun 1972, “Club of Rome” dalam laporannya yang berjudul “Reconstituting the Human Community” menekankan perlunya pihak Barat menggali nilai spiritual dan agama dari pihak Timur.

 

 

9.  Kabarnya, salah satu tujuan utama Alexander The Great (356-324 SM) dalam upaya dan keberhasilannya menaklukkan Timur dan Barat adalah untuk mempertemukan kedua cara pandang berbeda itu.

 

10.      Ajaran Islam mengajarkan perpaduan antara jiwa dan akal, sebagian ahli menilai posisi umat Islam disebut “ummatan washatan” (umat pertengahan).

 

 

11.      Mungkin cara pandang Timur dan Barat, seperti telah dikemukakan di atas tidak lagi sepenuhnya benar, tetapi yang pasti, karena semakin menyempitnya dunia, sisa-sisa cara pandang itu masih terasa hingga kini.

 

12.      Kalau mereka memandang sesuatu terlepas dari subjektivitas dan kepentingan, itu patut dihargai.

 

 

13.      Tetapi apabila pandangan itu sedemikian sehingga kemampuan nalar mereka dapat mengemas tujuan subjektivitas itu dalam kemasan yang diduga sebagai ilmiah dan objektif, hal itu patut kita cermati.

 

14.      Kepentingan studi kebaratan bukan hanya untuk mengetahui cara pandang Barat terhadap Timur dan sebab-sebab kelemahan serta keistimewaan mereka.

 

 

15.      Tetapi  dalam rangka memadukan kedua potensi yang dimiliki manusia (potensi jiwa dan akal), yang kini sering  terasa hanya ditekankan pada satu sisi, yaitu sisi penalaran akalnya saja.

 

Daftar Pustaka

1.  Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   

2.  Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.  Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.  Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.  Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment