DISKUSI JEJAKA DAN
GADIS
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Gadis: Kenapa sih kamu
enggak mau bersentuhan tangan denganku? Emangnya aku ini hina, ya?
Jejaka: Bukan begitu, Mbak.
Justru saya lakukan itu, karena saya sangat menghargai, Mbak, sebagai seorang Gadis.
Gadis:
Maksudmu?
Jejaka:
Coba saya tanya sama, Mbak, apakah boleh seorang rakyat jelata menyentuh tangan
putri keraton yang dimuliakan?
Gadis:
(Sambil mengernyitkan dahi) Tentu gak boleh sembarangan dong!
Jejaka:
Nah, Islam mengajarkan bagaimana kami menghormati semua gadis, layaknya ratu
yang saya ceritakan tadi. Hanya pangeran saja yang layak menyentuh tuan putri.
Gadis:
(Sambil agak malu) Oh … terus kenapa sih mesti pakai menutup tubuh segala?
Pakai kerudung lagi, ‘kan jadi gak keliatan seksinya?
Jejaka:
(Mengupas kulit sebuah rambutan, lalu memakannya sebagian, dan mengambil sebuah
lagi, sambil menyodorkan 2 buah rambutan itu, pada Gadis tersebut)
Jejaka: “Kalau Mbak harus memilih, pilih rambutan yang sudah saya
makan, atau yang masih belum terbuka?”
Gadis:
(Sambil keheranan dan sedikit merasa jijik) Ih, ya jelas saya pilih yang masih
utuh, mana mau saya makan bekas, Mas.
Jejaka:
(Sembari tersenyum) Tepat sekali, semua orang pasti memilih yang utuh, bersih,
terjaga.
Begitupun dengan Gadis.
Islam mensyariatkan Gadis untuk berhijab dan menutup aurat, semata-mata untuk
kemuliaan Gadis juga.
Gadis:
Terima kasih, ya.
Aku semakin yakin
untuk berhijab dan menutup aurat, Islam memang sangat memuliakan Gadis.
Ngomong-ngomong, Mas sudah punya pacar belum?
Jejaka:
Mmm.. Saya belum punya, dan bertekad tidak akan punya pacar.
Gadis:
(Kebingungan) Lho, kenapa? Bukannya semua muda-mudi sekarang punya temen
istimewa?
Jejaka:
Begini, Mbak. Kira-kira, kalau Mbak diberi hadiah HP, ingin yang bekas atau
yang masih baru?
Gadis:
Ya jelas yang baru.
Jejaka:
Kalau suatu saat Mbak menikah, mau pakai baju loakan yang harganya Rp50.000
untuk tiga potong, atau gaun istimewa yang harganya Rp20 juta ke atas?
Gadis:
Ih, Mas ini. Ya pasti saya pilih gaun istimewa, mana mau saya pakai baju
loakan, sudah bekas dipegang orang, gak steril lagi.
Jejaka:
Nah, begitu juga Islam memandang pacaran, Mbak. Kami, diajarkan untuk
menjunjung ikatan suci bernama pernikahan.
Jejaka: Menjadi
pasangan yang saling mencintai karena Allah, yang menjaga kesucian dan
kehormatan dirinya sebelum akad suci itu terucap.
Jejaka: Karena kami
hanya ingin mempersembahkan yang terbaik untuk pasangan kami kelak.
Gadis:
(Hatinya berdebar-debar tak menentu, kata-kata Jejaka tadi menjadi embun bagi
hatinya yang selama ini hampa. Matanya pun menetes)
Gadis: “Mas, aku semakin merasa banyak dosa. Masihkah ada pintu taubat
untukku dengan semua yang sudah aku lakukan?” tanya sang Gadis.
Jejaka:
(Matanya berbinar, perkataannya berat) Mbak, jika diibaratkan seorang musafir
yang kehilangan unta beserta makanan dan minumannya di gurun pasir yang tandus.
Jejaka: Maka,
kebahagiaan Allah menerima tobat hamba-Nya, lebih besar daripada kebahagiaan
musafir yang menemukan untanya kembali, setelah dia berputus asa.
Jejaka: Kalau kita
datang dengan membawa dosa seluas langit, Allah akan mendatangi kita dengan
ampunan lebih besar lagi.
Gadis: (Berderai air
matanya, yang kemudian segera ia usap) Terima kasih, Mas, saya banyak
mendapatkan pencerahan hidup. Semoga saya bisa berubah lebih baik.
Jejaka: Aamiin allahumma
aamiin.
(Sumber:
internet)
0 comments:
Post a Comment