Saturday, January 2, 2021

8261. MANUSIA ASALNYA TAK ADA AKAN KEMBALI TAK ADA

  


MANUSIA ASALNYA TAK ADA KEMBALI TAK ADA

Oleh:Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

 

 

Segala yang ada ini, awalnya tidak ada.

 

 

Saya sebagai manusia asalnya tidak ada.

 

 

Apalagi, ketika kedua orang tua saya belum menikah.

 

 

Tentu, saya tidak ada.

 

 

 

Belum berupa apapun yang bisa disebut.

 

 

 

Begitulah istilah yang dipakai dalam Al Qur’an.

 

 

 

Al-Quran surah Al-Insan (surah ke-76)  ayat 1.

 

 

 

هَلْ أَتَىٰ عَلَى ٱلْإِنسَٰنِ حِينٌ مِّنَ ٱلدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْـًٔا مَّذْكُورًا


 

 

 

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedangkan dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?


 

 

 

Setiap manusia pernah berada pada fase tidak eksis.

 

 

Alias, tidak ada.

 

 

 

Manusia adalah makhluk.

 

 

Yang diciptakan.

 

 

Bukan Khaliq.

 

 

Yang menciptakan.

 

Menariknya, ketiadaan itu bukan hanya saat kita belum lahir.

 

 

Melainkan, bergerak seiring waktu.

 

 

Tubuh kita ini terus menerus berubah.

 

 

 

Tidak pernah sama, dari waktu ke waktu.

 

Tubuh kita hari ini, berbeda dengan tubuh kemarin.

 

 

 

Karena, triliunan sel tubuh kita telah menua.

 

 

Rusak.

 

 

 

Dan berganti.

 

Apalagi, dibandingkan setahun yang lalu.

 

 

Sepuluh tahun yang lalu. Puluhan tahun yang lalu.

 

 

Cermin Anda akan membuktikannya.

 

 

 

Atau, foto-foto Anda.

 

 

 

Dari masa ke masa.

 

 

Bahwa, Anda hari ini bukanlah Anda di masa lalu.

 

 

 

Tubuh kita kemarin, telah musnah.

 

 

 

Berganti tubuh hari ini. Sebagaimana tubuh bayi dan kanak-kanak kita pun telah musnah.

 

 

 

Berganti tubuh dewasa hari ini.

 

 

 

Ternyata, kita terus menerus menempati tubuh yang berbeda.

 

 

 

Bahkan setiap jam.

 

 

 

Setiap menit.

 

 

 

Dan setiap detik yang berlalu

 

Bukan hanya manusia.

 

 

 

Binatang dan tumbuhan di sekitar kita pun demikian.

 

 

 

Semua mereka tersusun dari miliaran dan triliunan sel.

 

 

 

Yang juga berubah.

 

 

 

Secara terus menerus.

 

 

Semakin tua.

 

 

 

Dan, kemudian musnah.

 

 

Al-Quran surah Az-Zumar (surah ke-39)  ayat 21.

 

 

 

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَسَلَكَهُۥ يَنَٰبِيعَ فِى ٱلْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِۦ زَرْعًا مُّخْتَلِفًا أَلْوَٰنُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُۥ حُطَٰمًا ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ


 

 

 

 

 

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.


 

 

 

Bahkan, bukan hanya makhluk hidup.

 

 

Melainkan, juga segala zat dan benda mati.

 

 

Setiap saat mengalami perubahan.

 

 

 Bersintesa menjadi senyawa yang lebih kompleks.

 

 

 

Atau, sebaliknya terurai menjadi zat yang lebih sederhana.

 

Menariknya, semua berubah menjadi lebih buruk.

 

 

 

Makanan dan minuman membusuk seiring waktu.

 

 

 

Logam-logam mengeropos.

 

 

 

Kayu dan bangunan melapuk.

 

 

 

Mobil, sepeda motor, barang rumah tangga, lingkungan hidup, bahkan planet bumi beserta segala isinya.

 

 

 

Semuanya sedang berubah secara massal untuk menjadi lebih buruk.

 

 

 

Dan lebih buruk.

 

 

 

Akhirnya, hancur berderai.

 

Termasuk, ketika kita melihat dalam skala jagat raya.

 

 

 

Semua benda langit mengalami kelahiran dan kematian.

 

 

 

Bintang-bintang baru terlahir.

 

 

 

Membesar menjadi matahari.

 

 

 

Kemudian meledak menjadi supernova.

 

 

 

Mengerut menjadi bintang kate.

 

 

 

Menjadi bintang neutron.

 

 

 

Dan, kemudian mati.

 

 

 

Menjadi lubang hitam.

 

Yang demikian itu terjadi pada miliaran benda pengisi jagat raya.

 

 

 

Alam semesta terus berubah.

 

 

 

 

Dari masa bayinya, belasan miliar tahun yang lalu.

 

 

 

Ketika ia masih berbentuk lautan energi.

 

 

 

Sop kosmos.

 

 

 

Yang menjadi cikal bakal benda-benda pengisi jagat raya.

 

 

Kemudian meledak.

 

 

Membesar.

 

 

 

Dari skala mikrokosmos.

 

 

 

Sepermiliaran sentimeter.

 

 

 

 

Menjadi makrokosmos.

 

 

 

Yang berdiameter miliaran tahun cahaya.

 

 

 

Alam semesta tumbuh mengembang.

 

 

 

Sambil terus menuju keadaan yang memburuk.

 

 

 

Menua.

 

 

Dan kelak bakal mati.

 

 

 

Sebagaimana eksistensi apapun di jagat raya.

 

 

Dalam Fisika Modern, keadaan ini digambarkan sebagai sebuah keniscayaan.

 

 

 

Dikarenakan, alam semesta yang mengembang akan menyebabkan peningkatan entropi.

 

 

 

Alias. Peningkatan kekacauan.

 

 

 

Dan, puncaknya adalah kemusnahan.

 

 

 

Secara parsial.

 

 

Ataupun, secara menyeluruh.

 

Maka, segala makhluk di langit maupun di bumi adalah fana.

 

 

Dulu pernah tidak ada.

 

 

 

Kemudian diadakan oleh Sang Maha-Ada.

 

 

 

Dan kelak, bakal berakhir.

 

 

Menuju ketiadaan.

 

 

 

Musnah sesuai kehendak-Nya. MasyaAllah ..

 

 

 

 

Al-Quran surah Al-Hadid (surah ke-57)  ayat 20.

 

 

 

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ


 

 

 

 

 

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.




 

 

 

 

(Sumber Agus Mustofa)

0 comments:

Post a Comment