MANUSIA ASALNYA TAK ADA KEMBALI
TAK ADA
Oleh:Drs.
H. M. Yusron Hadi, M.M.
Segala yang ada ini, awalnya tidak ada.
Saya sebagai manusia asalnya tidak ada.
Apalagi, ketika kedua orang tua saya
belum menikah.
Tentu, saya tidak ada.
Belum berupa apapun yang bisa disebut.
Begitulah istilah yang dipakai dalam Al
Qur’an.
Al-Quran surah Al-Insan
(surah ke-76) ayat 1.
هَلْ
أَتَىٰ عَلَى ٱلْإِنسَٰنِ حِينٌ مِّنَ ٱلدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْـًٔا مَّذْكُورًا
Bukankah
telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedangkan dia ketika itu belum
merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Setiap manusia pernah berada pada fase
tidak eksis.
Alias, tidak ada.
Manusia adalah makhluk.
Yang diciptakan.
Bukan Khaliq.
Yang menciptakan.
Menariknya, ketiadaan itu bukan hanya
saat kita belum lahir.
Melainkan, bergerak seiring waktu.
Tubuh kita ini terus menerus berubah.
Tidak pernah sama, dari waktu ke waktu.
Tubuh kita hari ini, berbeda dengan
tubuh kemarin.
Karena, triliunan sel tubuh kita telah
menua.
Rusak.
Dan berganti.
Apalagi, dibandingkan setahun yang lalu.
Sepuluh tahun yang lalu. Puluhan tahun
yang lalu.
Cermin Anda akan membuktikannya.
Atau, foto-foto Anda.
Dari masa ke masa.
Bahwa, Anda hari ini bukanlah Anda di
masa lalu.
Tubuh kita kemarin, telah musnah.
Berganti tubuh hari ini. Sebagaimana
tubuh bayi dan kanak-kanak kita pun telah musnah.
Berganti tubuh dewasa hari ini.
Ternyata, kita terus menerus menempati
tubuh yang berbeda.
Bahkan setiap jam.
Setiap menit.
Dan setiap detik yang berlalu
Bukan hanya manusia.
Binatang dan tumbuhan di sekitar kita
pun demikian.
Semua mereka tersusun dari miliaran dan
triliunan sel.
Yang juga berubah.
Secara terus menerus.
Semakin tua.
Dan, kemudian musnah.
Al-Quran surah Az-Zumar (surah
ke-39) ayat 21.
أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ
مَآءً فَسَلَكَهُۥ يَنَٰبِيعَ فِى ٱلْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِۦ زَرْعًا مُّخْتَلِفًا
أَلْوَٰنُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُۥ حُطَٰمًا ۚ إِنَّ
فِى ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
Apakah
kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit,
maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya
dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering
lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
Bahkan, bukan hanya makhluk hidup.
Melainkan, juga segala zat dan benda
mati.
Setiap saat mengalami perubahan.
Bersintesa menjadi senyawa yang lebih
kompleks.
Atau, sebaliknya terurai menjadi zat
yang lebih sederhana.
Menariknya, semua berubah menjadi lebih
buruk.
Makanan dan minuman membusuk seiring
waktu.
Logam-logam mengeropos.
Kayu dan bangunan melapuk.
Mobil, sepeda motor, barang rumah
tangga, lingkungan hidup, bahkan planet bumi beserta segala isinya.
Semuanya sedang berubah secara massal
untuk menjadi lebih buruk.
Dan lebih buruk.
Akhirnya, hancur berderai.
Termasuk, ketika kita melihat dalam
skala jagat raya.
Semua benda langit mengalami kelahiran
dan kematian.
Bintang-bintang baru terlahir.
Membesar menjadi matahari.
Kemudian meledak menjadi supernova.
Mengerut menjadi bintang kate.
Menjadi bintang neutron.
Dan, kemudian mati.
Menjadi lubang hitam.
Yang demikian itu terjadi pada miliaran
benda pengisi jagat raya.
Alam semesta terus berubah.
Dari masa bayinya, belasan miliar tahun
yang lalu.
Ketika ia masih berbentuk lautan energi.
Sop kosmos.
Yang menjadi cikal bakal benda-benda
pengisi jagat raya.
Kemudian meledak.
Membesar.
Dari skala mikrokosmos.
Sepermiliaran sentimeter.
Menjadi makrokosmos.
Yang berdiameter miliaran tahun cahaya.
Alam semesta tumbuh mengembang.
Sambil terus menuju keadaan yang
memburuk.
Menua.
Dan kelak bakal mati.
Sebagaimana eksistensi apapun di jagat
raya.
Dalam Fisika Modern, keadaan ini
digambarkan sebagai sebuah keniscayaan.
Dikarenakan, alam semesta yang
mengembang akan menyebabkan peningkatan entropi.
Alias. Peningkatan kekacauan.
Dan, puncaknya adalah kemusnahan.
Secara parsial.
Ataupun, secara menyeluruh.
Maka, segala makhluk di langit maupun di
bumi adalah fana.
Dulu pernah tidak ada.
Kemudian diadakan oleh Sang Maha-Ada.
Dan kelak, bakal berakhir.
Menuju ketiadaan.
Musnah sesuai kehendak-Nya. MasyaAllah
..
Al-Quran surah Al-Hadid (surah
ke-57) ayat 20.
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ
وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ
ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا
ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ
وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu.
(Sumber Agus Mustofa)
0 comments:
Post a Comment