PENERBANGAN INDONESIA TERMASUK BURUK DI ASIA
oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Kecelakaan pesawat Sriwijaya
Air Boeing 737-500 di perairan Kepulauan Seribu membuat
keamanan industri penerbangan di tanah air menjadi sorotan.
Dirangkum dari Associated Press, penerbangan Indonesia
salah satu yang terburuk di Asia.
Dengan jumlah kecelakaan maskapai
penerbangan sipil yang lebih banyak dibanding negara Asia lain sejak
1945.
Beragam faktor penyebab terjadinya kecelakaan
pesawat.
1.
Lemahnya pelatihan pilot dan perawatan pesawat.
2.
Kegagalan mekanis.
3.
Masalah pada kontrol lalu lintas udara.
Sejumlah ahli menyatakan adanya
perbaikan beberapa tahun terakhir.
Kecelakaan pesawat SJ-182 kembali
mempertanyakan kemajuan regulasi penerbangan di Indonesia.
Kombinasi
faktor ekonomi, sosial dan geografis sebagai penyebab banyaknya kecelakaan
pesawat di tanah air.
Pada
awal merebaknya industri penerbangan di tanah air.
Pasca kejatuhan Suharto akhir tahun 1990-an
pasar ekonomi, regulasi dan pengawasan industri penerbangan masih sangat minim.
Maskapai
bertarif rendah membanjiri pasar.
Menjadikan terbang dengan pesawat
sebagai cara bepergian bagi banyak orang.
Kendati wilayah di tanah air masih kurang
infrastruktur transportasi.
Menurut
data Jaringan Keselamatan Penerbangan (ASN), terjadi 104 kecelakaan pesawat maskapai
penerbangan sipil di Indonesia dan lebih dari 1.300 korban jiwa sejak tahun
1945.
Hal itu membuat Indonesia sebagai negara
paling berbahaya dalam hal penerbangan di Asia.
Amerika
Serikat (AS) melarang pesawat Indonesia beroperasi di AS tahun 2007 – 2016.
Karena Indonesia dianggap tidak punya
kelayakan cukup bidang:
1.
Keahlian teknis.
2.
Personel yang terlatih.
3.
Penyimpanan catatan penerbangan.
4.
Prosedur pemeriksaan.
Uni Eropa juga melarang penerbangan
lndonesia tahun 2007 – 2018.
Ahli
penerbangan dan pemimpin redaksi AirlineRatings.com Geoffrey Thomas menyatakan.
“Dalam beberapa tahun terakhir, industri
penerbangan Indonesia menunjukkan perbaikan dan pengawasan lebih ketat.”
Pada
2016, Pengawas Penerbangan Federal AS (FAA) memberi Indonesia peringkat Kategori
1.
Yang berarti Indonesia telah memenuhi
standar keselamatan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional.
Maskapai
Sriwijaya Air hanya punya catatan minor terkait kecelakaan pesawat di masa lalu.
Yakni seorang petani tewas saat salah
satu pesawatnya keluar dari landas pacu di Jambi akibat masalah hidrolis tahun
2008.
Presiden
Direktur Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena menyatakan.
SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan
Seribu berusia 26 tahun.
Dan sebelumnya dipakai oleh sejumlah
maskapai di AS dan layak terbang.
SJ-182 sebelumnya terbang pada hari yang
sama saat kecelakaan naas terjadi.
Para
ahli menyatakan, perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan pesawat laik terbang atau tidak.
Konsultan
penerbangan Indonesia Gerry Soejatman menyatakan.
Pemeriksaan penyebab jatuhnya pesawat bisa
berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
(Sumber internet)
0 comments:
Post a Comment