AL-QURAN
DITURUNKAN
DALAM 7 BAHASA
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Al-Quran
diturunkan dalam 7 bahasa.
Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai.
Misalnya bahasa dari suatu daerah tertentu, kelompok sosial tertentu,
atau kurun waktu tertentu.
Al-Quran surah Ar-Rum (surah ke-30) ayat 22.
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ
فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda bagi orang yang mengetahui.
Al-Quran menghargai perbedaan bahasa dan warna kulit,.
Dan mengakui penggunaan bahasa lisan yang beragam.
Nabi Muhammad bersabda,
”Al-Quran diturunkan dalam 7 bahasa”.
Al-Quran surat Ad-Dukhan (surah ke-44) ayat 43-44.
إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّومِ
طَعَامُ الْأَثِيمِ
Sesungguhnya
pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa.
Ketika ada orang mengeluh sulitnya pengucapan atau pengertian
makna kata yang dipakai ayat tertentu.
Maka Allah menurunkan wahyu lagi yang berbeda kata-katanya.
Agar mudah dibaca dan dipahami.
Contohnya, Al-Quran surat Ad-Dukhan (surah ke-44) ayat 43-44.
Yang berbunyi, “Inna syajarataz zaqqum tha'amul atsim”
Pernah diturunkan mengganti kata “atsim” dengan “fajir”.
Kemudian turun lagi dengan kata “laim”.
Setelah bahasa suku Quraisy populer di seluruh masyarakat.
Maka atas inisiatif Khalifah Usman bin Affan bacaan dikembalikan
seperti dalam mushaf sekarang.
Pengertian “7 bahasa” bisa diartikan “7 dialek”.
Ayat Al-Quran diturunkan dengan dialek suku Quraisy.
Tetapi dialek suku Quraisy belum populer untuk seluruh anggota
masyarakat, ketika Al-Quran turun.
Pengertian lain dari “7 bahasa” adalah Al-Quran memakai kosa
kata dalam “banyak bahasa”.
Seperti bahasa Romawi, Persia, dan Ibrani.
Misalnya kata:
1.
Zamharir.
2.
Sijjil.
3.
Qirthas.
4.
Kafur”.
5.
Dan
lainnya.
Nabi Muhammad sering memakai bahasa menyesuaikan dialek mitra
bicaranya.
Untuk menghargai perbedaan gaya bahasa dan dialek.
Hal itu menunjukkan Al-Quran dan Nabi Muhammad sangat menghargai
keragaman bahasa dan dialek.
Allah menjadikan keragaman adalah bukti Allah Maha Esa lagi Maha
Kuasa.
Bahasa adalah jembatan penyalur perasaan dan pikiran dari
seseorang.
Kesatuan bahasa bisa mendukung kesatuan pikiran.
Masyarakat yang bisa menjaga bahasanya.
Artinya bisa menjaga identitasnya, dan bukti keberadaannya.
Para penjajah sering berusaha menghapus bahasa anak negeri yang
dijajahnya.
Dan diganti dengan bahasa penjajah.
Al-Quran menuntut setiap pembicara agar hanya mengucapkan hal
yang diyakini, dirasakan, dan yang sesuai dengan kenyataan.
Al-Quran sering memakai kata “qala” atau “yaqulu”.
Yang artinya “dia berkata”.
Dalam arti dia meyakini yang dikatakannya.
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 116.
وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ
وَلَدًا ۗ سُبْحَانَهُ ۖ بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ كُلٌّ
لَهُ قَانِتُونَ
Mereka
(orang-orang kafir) berkata,”Allah punya anak”. Maha Suci Allah, bahkan apa
yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.
Al-Quran surah Al-Furqan (surah ke-25) ayat 65.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا
اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
Dan
orang-orang berkata,
“Ya
Tuhan kami, jauhkan azab Jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya adalah
kebinasaan yang kekal”.
Salah satu sifat hamba Allah yang baik adalah yang berkata,
“Ya Allah, jauhkan kami dari siksa api neraka jahanam.
Sesungguhnya azab Allah adalah kebinasaan yang kekal.”
Perkataan semacam ini bukan hanya sekadar dengan ucapan lidah
atau doa permohonan saja.
Tetapi juga untuk peringatan sikap, keyakinan, dan perasaan
mereka.
Bahasa pada hakikatnya berfungsi menyatakan perasaan, pikiran,
keyakinan, dan sikap pengucapnya.
Dalam konteks paham kebangsaan, maka bahasa pikiran, dan
perasaan, jauh lebih penting dibanding bahasa lisan.
Tetapi bukan berarti mengabaikan bahasa lisan.
Karena bahasa lisan adalah jembatan perasaan.
Al-Quran surah Al-Hasyr (surah ke-59) ayat 14.
لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا
إِلَّا فِي قُرًى مُحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ ۚ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ
شَدِيدٌ ۚ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ
قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
Mereka
tidak akan memerangimu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam
kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama
mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka
berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang
tidak mengerti.
Kesimpulannya.
Al-Quran mengakui bahasa bisa dijadikan alat perekat dan unsur
kesatuan umat.
Bahasa dengan keragamannya adalah salah satu bukti bahwa Allah
Maha Esa dan Allah Maha Besar.
Daftar
Pustaka
1. Shihab,
M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab,
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan
Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab,
M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment