BERITA
PERLU DICEK KEBENARANNYA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Info
adalah kebutuhan manusiasejak manusia tercipta.
Karena
adanya naluri dan sifat ingin tahu.
Yang
menghiasi makhluk manusia.
Nabi
Adam tertipu oleh rayuan Iblis.
Karena
naluri ingin tahunya.
Al-Quran surah Thaha (surah
ke-20) ayat 120.
فَوَسْوَسَ
إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ
وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya,
dengan berkata,”Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan
kerajaan yang tidak akan binasa?”
Info
Iblis ini ternyata salah dan menyesatkan Nabi Adam.
Al-Quran
mengingatkan agar dalam menerima info.
Tiap
orang untuk menimbang, mengecek.
Dan
menyelidiki dengan saksama info yang disampaikan.
Terutama
berita dari orang yang tidak terpercaya.
Al-Quran
surah Al-Hujurat (surah ke-49) ayat 6.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ
تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksa dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 70.
Memerintahkan umat Islam agar menyampaikan perkataan
yang benar.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Hai orang-orang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan katakan perkataan yang benar.
Kata
“sadid” bukan hanya artinya “benar”.
Tetapi
kata “sadid” dalam berbagai bentuknya.
Pada
akhirnya bermuara kepada makna “menghalangi” atau “membendung”.
Artinya
menghalangi dan membendung yang tidak sesuai.
Sehingga
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Semua
ucapan umat Islam.
Apa
pun bentuk dan isinya harus memenuhi syarat:
1)
Sesuai dengan fakta.
2)
Harus bermanfaat bagi masyarakat.
3)
Tidak menjerumuskan orang ke dalam kesulitan.
Kemudian
muncul istilah terkenal.
”Li
kulli maqam maqal wa likulli maqal maqam”.
Untuk
tiap tempat ada ucapan yang sesuai.
Dan
untuk tiap ucapan ada tempat yang sesuai.
Mungkin
ada suatu kebenaran.
Tetapi
perlu ditunda penyampaiannya kepada masyarakat.
Untuk
kemaslahatan bersama.
لكلّ
مقام مقال ولكلّ مقال مقام
Setiap tempat ada ucapan yang sesuai dan setiap ucapan
ada tempatnya yang sesuai.
Umar
bin Khattab melihat Abu Hurairah berjalan tergesa-gesa.
Kemudian
menegurnya,
”Wahai
Abu Hurairah, kamu hendak pergi ke mana?”
“Aku
akan menuju ke pasar.
Untuk
menyampaikan hal yang kudengar dari Rasulullah.
Yaitu
siapa yang mengucapkan kalimat,
“La
ilaha illa Allah”.
Maka
dia akan masuk surga”, jawab Abu Hurairah.
Umar
bin Khattab menarik tangan Abu Hurairah.
Dan
diajaknya untuk menemui Nabi Muhammad.
Untuk
menguji kebenaran info itu.
Nabi
Muhammad membenarkannya.
Tetapi
Umar bin Khattab mengusulkan.
Agar
berita itu tidak disampaikan kepada sembarang orang.
Karena
khawatir menimbulkan salah paham.
Ternyata
Nabi menyetujuinya.
Para
ulama menjelaskan pada umumnya manusia tampak bodoh.
Karena
tidak mampu dalam memilah, memilih tempat, waktu.
Dan
bahan info yang tepat guna.
Manusia
sering berlaku aniaya.
Termasuk
orang yang dianggap berilmu, yaitu:
1)
Tercermin dalam ucapan dan infonya yang keliru.
2)
Memutar balik fakta.
3)
Menimbulkan selera rendah.
4)
Melucukan yang tidak lucu.
5)
Menyesatkan masyarakat.
Daftar Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah
Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir
Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment