YAKIN SELAIN ALLAH BISA
TENTUKAN HALAL HARAM ITU SYIRIK
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
Dasar penentuan halal
dan haram dalam Islam:
Asalnya segala sesuatu
yang diciptakan oleh Allah.
Hukumnya halal dan
mubah (boleh).
Yang berhak menentukan
halal dan haram.
Hanya Allah semata.
Islam memberi batas wewenang
menentukan halal dan haram.
Dengan melepas hak itu
dari manusia.
Artinya manusia tidak
berhak menentukan halal dan haram.
Betapapun tingginya
kedudukan manusia.
Dalam agama dan
dunianya.
Manusia tidak punya
hak menentukan halal dan haram.
Hak untuk menentukan
halal dan haram.
Hanya milik Allah
saja.
Sikap mengakui ada
pihak lain.
Bang bisa menentukan
halal dan haram.
Selain Allah.
Termasuk syirik.
Yaitu menyekutukan
Allah.
Sikap mengharamkan
yang halal.
Dan menghalalkan yang
haram.
Termasuk syirik.
Yaitu menyekutukan
Allah.
Rasulullah bersabda,
”Aku diutus oleh Allah
dengan membawa agama toleran.”
Islam agama teguh
dalam akidah tauhid.
Tapi toleran dalam hal
pekerjaan dan aturan.
Allah berfirman dalam
hadis qudsi,
“Aku menciptakan
hamba-hamba-Ku dengan sikap lurus.
Tetapi datang setan
membelokkan mereka dari agamanya.
Dengan mengharamkan
sesuatu yang Aku halalkan.
Dan menyekutukan Aku.
Dengan sesuatu.
Yang Aku tidak memberi
keterangan kepadanya."
Al-Quran menentang
sikap kaum musyrik Arab.
Yang mengharamkan
makanan dan hewan baik.
Padahal Allah tidak
mengizinkannya.
Misalnya, mereka
mengharamkan:
1) Bahirah.
Unta betina yang melahirkan
anak ke-5.
2) Saibah.
Unta betina yang
dinazarkan untuk berhala.
3) Washilah.
Kambing beranak 7.
4) Ham.
Unta jantan
membuntingi 10 kali.
Kaum Arab Jahiliah
beranggapan.
Bahwa unta
betina beranak 5 kali.
Dengan anak ke-5
jantan.
Unta itu telinganya
dibelah.
Tidak boleh
ditunggangi.
Khusus buat
berhala.
Tidak
disembelih.
Tidak dibebani muatan.
Diberi nama
Bahirah.
Yaitu unta dibelah
telinganya.
Jika orang datang dari
bepergian atau sembuh dari sakit.
Dia memberi tanda
kepada untanya.
Seperti yang diperbuat
terhadap Bahirah.
Diberi nama Saibah.
Jika ada kambing
melahirkan anak betina.
Maka anak kambing khusus
untuk berhalanya.
Tidak
disembelih.
Disebut Washilah.
Jika ada hewan
membuntingi anak-anaknya.
Maka hewan itu tidak
ditunggangi.
Tidak dibebani
muatan.
Disebut Haami.
Al-Quran surah
Al-Maidah (surah ke-5) ayat 103.
مَا جَعَلَ اللَّهُ
مِنْ بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلَٰكِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا
يَعْقِلُونَ
Allah
sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya Bahirah, Saibah, Washilah dan
Haam, tetapi orang kafir membuat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan
mereka tidak mengerti.
Al-Quran surah
Al-Maidah (surah ke-5) ayat 104.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا
وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
Apabila dikatakan
kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti
Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga
nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa
dan tidak (pula) mendapat petunjuk?
Al-Quran surah
Al-An’am (surah ke-6) ayat 143-144.
ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ ۖ مِنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَمِنَ
الْمَعْزِ اثْنَيْنِ ۗ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا
اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ ۖ نَبِّئُونِي بِعِلْمٍ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ
وَمِنَ الْإِبِلِ
اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِ ۗ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ
الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ ۖ أَمْ
كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ اللَّهُ بِهَٰذَا ۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ
افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ
اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
(Yaitu) 8 hewan
berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing. Katakan:
"Apakah 2 yang jantan yang diharamkan Allah atau 2 yang betina, atau yang
ada dalam kandungan 2 betinanya?" Terangkan kepadaku dengan berdasar
pengetahuan jika kamu memang orang benar, dan sepasang dari unta dan sepasang
dari lembu. Katakan: "Apakah 2 yang jantan yang diharamkan atau 2 betina,
atau yang ada dalam kandungan 2 betinanya. Apakah kamu menyaksikan waktu Allah
menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
membuat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?"
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang zalim.
Ayat Al-Quran di atas
mengajak diskusi mendetail.
Dengan gaya bahasa
menarik.
Terhadap prasangka
yang mengharamkan beberapa hewan.
Seperti: unta, sapi,
kambing biri-biri dan kambing kacangan.
Al-Quran surah
Al-A’raf (surah ke-7) ayat 32.
قُلْ مَنْ حَرَّمَ
زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ
قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Katakan:
"Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rezeki yang baik?" Katakan: "Semuanya itu (disediakan) bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di
hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui.
Al-Quran surah
Al-A’raf (surah ke-7) ayat 33.
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ
مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ
تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى
اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Katakan:
"Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, yang tampak atau tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak
manusia tanpa alasan benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu
yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui".
Seluruh diskusi adat
pada surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah).
Untuk mengkukuhkan
akidah tauhid.
Dan ketentuan di
akhirat kelak.
Masalah halal
dan haram dalam pandangan Al-Quran.
Bukan furu.
Yaitu cabang atau
bagian.
Tetapi termasuk ushul
(pokok dan kulli).
Di Madinah muncul
beberapa umat Islam.
Cenderung keterlaluan.
Dengan melebihkan dan
mengharamkan dirinya.
Dalam hal yang baik.
Sehingga Allah
menurunkan ayat-ayat muhkamah (hukum).
Untuk menegakkan batas
ketentuan Allah.
Dan mengembalikan ke
jalan lurus.
Al-Quran surah
Al-Maidah (surah ke-5) ayat 87.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ
مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
الْمُعْتَدِينَ
Hai orang-orang
beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan
bagimu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang melampaui batas.
Al-Quran surah
Al-Maidah (surah ke-5) ayat 88.
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
Dan makanlah makanan
yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.
Daftar Pustaka.
1. Qardhawi,
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi. Halal dan Haram dalam Islam. Alih bahasa: H.
Mu'ammal Hamidy. Penerbit: PT. Bina Ilmu, 1993
2. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com
online.
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
0 comments:
Post a Comment