KREATIFNYA PENGURUS MASJID
ZAMAN NOW
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M
Masjid Friendly
Pagi ini membaca spanduk berbeda.
Di Musalla Al-Ghoffar.
Jalan Raya Losari 86.
Singosari, Malang, Jawa
Timur.
.
Beredar di media sosial dan
menarik.
Kalimatnya kira-kira begini:
“Mampir salatnya di sini saja.
Bisa mandi gratis.
Toiletnya bersih.
Bisa ngecas HP gratis.
Ada kopi, teh seduh, air mineral.
Dan makanan kecil.
Semuanya gratis.
Boleh menumpang untuk istirahat.
Ada sarung, baju takwa.
Mukena, sajadah.
Semuanya bersih.
Dan sering dicuci.
Sedia loker barang.
Agar bawaan aman.
Salat tenang, hati pun
riang.
Siapa pun boleh mampir.
Seperti: musafir, anak
kecil, kurir, ojek online, pemulung, sales.
Bahkan pengemis, pengamen.
Siapa pun boleh.
Asalkan muslim beriman.”
Juga ada pendahulunya.
Seperti Masjid Raya Al-Insan.
Patal Senayan, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan.
Yang bertransformasi
menjadi Masjid Friendly.
Dewan Kemakmuran Masjid,
membuka masjidnya 24 jam.
Untuk tamu Allah.
Masjid ramah untuk Backpacker
dan Musafir.
Pengurus masjid menyebarkan
info di media social.
Seperti ini:
“Untuk sahabat salih semua.
Yang butuh tempat bermalam.
Di sekitar Jakarta Selatan.
Khususnya wilayah dekat
Kebayoran Lama.
Senayan, Palmerah.
Dan Sekitarnya.
Dapat menghubungi Pengurus
Masjid Raya Al-Insan.
Panitia masjid menyiapkan:
1. Tenda jaring
anti nyamuk .
2. Kasur
busa untuk tidur.
3. Loker
penyimpanan barang dan kuncinya.
4. MCK
dan toilet bersih..
Cukup menghubungi pengurus
Masjid.
Menyerahkan kartu Identitas.
Bisa langsung bermalam di
Masjid.
Maksimal 2 malam.”
Nara Hubung:
1. Rudy
Priyanto
087875662400
2. Ari
Kuncoro
08987899727
Makin banyak masjid
friendly.
Ada Masjid Jogokariyan.
Yang terkenal dengan saldo
kasnya NOL.
Dan berbagai masjid.
Yang telah lebih dulu inisiatif.
Konsep lama pengelolaan
masjid.
Yang berlomba membangun
masjid megah.
Mulai bergeser.
Menjadi masjid makmur dan
megah.
Saldo kas masjid ratusan
juta di deposito.
Secara bertahap bergulir
kembali kepada para jamaah.
Masjid terkunci rapat.
Hanya buka waktu salat saja.
Terkadang jamaah masbuk.
Di tunggu pengurus masjid.
Agar cepat selesai salatnya.
Karena masjid dikunci lagi.
Ada pengumuman dilarang
bawa anak-anak.
Dan berbagai cara dulu.
Tampaknya makin kurang
relevan.
Dengan perkembangan zaman.
Sekarang zamannya.
Pengurus masjid membuka masjidnya
seluasnya.
Kepada para jamaah.
Dengan pelayanan maksimal.
Disediakan sarapan.
Setelah salat Jumat disiapkan
nasi kotak.
Ada teh, kopi, camilan.
Dan berbagai pelayanan lainnya.
Seperti wifi dan semacamnya.
Lebih mendekati esensi.
Hadirnya masjid di masyarakat.
Yaitu masjid menjadi pusat
aktivitas pendidikan.
Muamalah dan peradaban.
Sebagian jemaah awalnya.
Karena motif makanan, minuman,
kenyamanan.
Dan lainnya.
Seiring berjalannya waktu.
Masjid akan menjadi solusi
masyarakat.
Menjadi pusat pendidikan,
muamalah, dan peradaban.
Masjid sebagai pusat ibadah
mahdah.
Akan menjadi lebih
bervariasi.
Dengan hadirnya.
Kegiatan muamalah lainnya.
Bahkan urusan negara.
Juga bisa dibahas di
masjid.
Dampak Sosial Ekonomi
Secara bertahap.
Aktivitas masjid akan berdampak besar.
Bagi sosial ekonomi.
Masyarakat akan merasakan.
Bahwa masjid adalah solusi.
Masjid bisa jadi langkah
awal.
Kembali guyubnya masyarakat.
Dan keluarga.
Saat masjid menjadi pusat
pendidikan, muamalah.
Dan peradaban.
Maka tingkat iman dan
kekeluargaan.
Akan makin kental.
Jika ada yang berpikir.
Saat orang makin mudah
mendapat tempat menginap.
Akan mengancam industri
hotel.
Justru sebaliknya.
Dengan difungsikan masjid pelayanan
prima.
Akan muncul segmen baru.
Kunjungan bisnis dan
pariwisata.
Yang makin mudah dan murah.
Industri pariwisata dan
hotel perlu selaras ramah muslim.
Artinya tidak akan
menganggu industri hotel.
Menurut Sistem Informasi
Masjid Kementerian Agama.
Jumlah masjid di seluruh
Indonesia 277.927 unit.
Dengan perincian.
1) 1 masjid
Negara.
2) 33
masjid raya.
3) 423
masjid agung.
4) 4.793
masjid besar.
5) 226.152
masjid jamik.
6) 966
masjid bersejarah.
7) 45.553
masjid publik.
Jika pengelolaan 277.927 masjid.
Makin muslim friendly.
Maka ekonomi bergerak makin
kencang.
Perjalanan makin murah.
Beribadah semakin baik.
Mutu perjalanan makin
bermakna.
Di tunggu kreatifitas.
Dan inovasi pelayanan masjid
selanjutnya.
Mari jadikan masjid menjadi
pusat ibadah.
Pendidikan, muamalah dan peradaban.
Dengan mudah dan murah.
(Sumber Jaharuddin)
Komisi Pemberdayaan Ekonomi
Umat MUI Pusat.
0 comments:
Post a Comment