PENYEBAB ORANG MASIH PERCAYA
PADA DUKUN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Mistik adalah hal gaib yang
tak terjangkau akal manusia.
Magi adalah sesuatu atau
cara tertentu.
Yang diyakini yang bisa
menimbulkan kekuatan gaib.
Termasuk alam pikiran dan
tingah laku manusia.
Magis terkait hal atau
perbuatan magi.
Kata “dukun” dalam KBBI
bisa diartikan:
1. Orang
yang mengobati.
2. Menolong
orang lain.
3. Memberi
jampi-jampi, guna-guna, mantra, dan lainnya.
Hal yang berbau magi dan mistis.
Seperti dukun dan sejenisnya.
Ternyata masih dipercaya
oleh sebagian orang modern.
Guru Besar Antropologi
Budaya Universitas Gadjah Mada.
Heddy Shri Ahimsa-Putra mengatakan.
Bahwa orang masih suka
beragam hal magis.
Seperti sihir, santet, hingga
babi ngepet.
Karena ingin cepat
menyelesaikan masalah.
Intinya pola pikir seperti itu.
Ingin cepat masalahnya selesai.
Misalnya.
Saya ingin cepat kaya.
Maka datang ke dukun.
Dan saya jadi kaya.
Hal itu bukti.
Bahwa pola pikir dukun itu
benar," kata Heddy.
"Kasus itu dianggap
bukti.
Dari kebenaran pola pikir
tadi.
Selain bukti.
Kemudian asosiasi anggota.
Dan bukti pendukungnya.
Sehingga tetap
dipercaya," lanjutnya.
Ada 4 pola pikir manusia,
yaitu:
1. Akal sehat.
2. Magi.
Lewat pendekatan dengan makhluk
gaib.
3. Sains.
4. Agama.
Tiap manusia punya pola pikir
berbeda.
Penyebab orang percaya dukun.
1. Ingin mendapat
jawaban dengan cepat, murah, dan praktis.
2. Jika pakai
agama.
Maka tak bisa menyentuh Tuhan.
3. Jika pakai
sains dan teknologi.
Maka harus kerja keras dan butuh waktu lama.
4. Pranata
sosial yang normal.
Tak mampu mengatasi masalah
dengan cepat.
Tiap manusia punya pola
pikir dominan yang berbeda.
Akademisi Antropologi Universitas Indonesia.
Imam Ardhianto mengatakan.
Bahwa orang masih percaya
dengan magi.
Seperti babi ngepet dan
santet.
Karena dianggap berfungsi.
Juga bukti.
Bahwa lembaga modern.
Gagal dalam mobilitas
sosial, kesehatan, dan psikologis.
"Lembaga kepolisian.
Tidak selalu memecahkan
soal pidana.
Rumah sakit tidak
menjangkau semua masyarakat.
Karena teknologi dan biayanya.
Dan lembaga psikiatri.
Tak mampu menjawab tekanan social.
Dan semua masalah warga, " katanya.
Akademisi FIB Universitas Jember.
Heru SP Saputra menulis.
Bahwa magi.
Seperti mantra adalah alternatif
pranata sosial tradisional.
Saat pranata formal.
Tidak mampu akomodasi
kepentingan masyarakat.
"Tujuan jahat manfaat mantra.
Yaitu kompensasi orang tidak
berdaya.
Dalam memecahkan masalahnya.
Ketika pranata formal.
Tidak mampu menampung
konflik masyarakat.
Maka muncul kompensasi.
Pranata sosial tradisional.
Untuk menyelesaikan masalah
itu," tulisnya.
(Sumber detik)
0 comments:
Post a Comment