MUHAMMADIYAH
PAKAI METODE HISAB HAKIKI WUJUDUL HILAL
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
Zaman sekarang.
Ilmu astronomi
mencapai tingkat akurasi tinggi.
Misalnya.
Ketinggian
bulan.
Diketahui
sampai ukuran detiknya.
Rerata
bulan keliling matahari.
Yaitu 29
hari 12 jam 44 menit 2,5 detik.
Muhammadiyah adalah pelopor.
Metode hisab di Indonesia.
Dengan
ilmu hisab.
Bisa dihitung
posisi geometris benda langit.
Untuk menentukan
jadwal waktu di muka bumi.
Sehingga
dapat dibuat perhitungan awal bulan Kamariah.
Dan kalender.
Muhammadiyah
adalah pelopor penggunaan hisab.
Untuk
penentuan bulan Kamariah.
Terkait
ibadah.
Dalam
penentuan awal bulan Kamariah.
Muhammadiyah
tidak berdasar metode hisab urfi.
Karena
perhitungannya.
Berdasar
rerata peredaran bulan dan bumi.
Dalam
mengelilingi matahari.
Sehingga
menghitung umur bulan secara tetap.
Nama 12
bulan pada Tahun lslam Hijriah.
1.
Muharam.
2.
Safar.
3.
Rabiul awal.
4.
Rabiul akhir.
5.
Jumadil awal.
6.
Jumadil akhir.
7.
Rajab.
8.
Syakban.
9.
Ramadan.
10. Syawal.
11. Zulqkaidah.
12. Zulhijah.
Dalam bulan Hijriah.
1. Bulan ganjil 30 hari.
2. Bulan genap 29 hari.
3.
Terus menerus
dalam 1 tahun.
Selain
tahun kabisat.
Pada tahun
kabisat.
Bulan Zulhijah
30 hari.
ARTI HISAB
HAKIKI
Muhammadiyah
mengacu gerak faktual bulan di langit.
Yaitu awal
dan akhir.
Bulan
Kamariah.
Berdasar
posisi bulan.
Ini
disebut Hisab Hakiki.
Perhitungan
hisab hakiki.
Berdasar
peredaran bulan dan matahari.
Secara
tepat dan nyata.
HISAB HAKIKI
WUJUDUL HILAL
Muhammadiyah
memakai Hisab Hakiki.
Dengan
kriteria Wujudul Hilal.
Yaitu
matahari terbenam lebih dulu daripada bulan.
Meskipun
hanya berjarak kurang dari 1 menit.
Berdasar
Al-Quran surah Yasin (surah ke-36) ayat 39-40.
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ
مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,
sehingga (setelah dia sampai ke manzilah terakhir) dia kembali sebagai bentuk tandan yang tua.
لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا
أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ
يَسْبَحُونَ
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malam pun tidak dapat mendului siang. Dan masing-masing beredar pada garis
edarnya.
Syarat Hisab Hakiki Wujudul Hilal.
Ada 3
syarat, yaitu:
1. Terjadi ijtimak.
Sebelum matahari terbenam.
Ijtimak adalah bertemunya posisi bulan dan matahari.
Dalam 1 garis edar.
2. Saat matahari terbenam.
Posisi bulan di atas ufuk.
3. Jika salah satu syarat tak
dipenuhi.
Maka digenapkan 30 hari.
Dan awal bulan dimulai lusa.
Muhammadiyah
memakai bulan di atas ufuk.
Saat
matahari terbenam.
Sebagai
kriteria awal bulan baru.
Yaitu abstraksi
perintah rukyat.
Dan menggenapkan
30 hari.
Saat hilal
tidak terlihat.
Karena
hilal tidak mungkin terlihat.
Jika
di bawah ufuk.
Hilal
yang dapat dilihat.
Pasti
berada di atas ufuk.
Saat bulan
pada hari ke-29.
Berada
di bawah ufuk.
Sehingga
tidak terlihat.
Lalu bulan
digenapkan 30 hari.
Maka sore
hari ke-30.
Saat
matahari terbenam.
Untuk
kawasan normal.
Bulan pasti di atas ufuk.
Para
ahli belum sepakat.
Dalam
menentukan berapa derajat.
Tingginya
bulan di atas ufuk.
Untuk
dapat dilihat.
Majelis
Ulama Indonesia (MUI).
Diadopsi
Kementerian Agama (Kemenag).
Menyebut
tinggi bulan.
Saat terbenam
matahari.
Di
seluruh Indonesia.
Di
atas 2 derajat.
Maka
besoknya awal bulan baru.
Tapi lembaga
lain.
Punya pendapat
berbeda.
Hisab
hakiki wujudul hilal.
Lebih
memberi kepastian.
Dibanding
hisab lainnya.
Bagi
Muhammadiyah.
Posisi
bulan di atas ufuk.
Saat terbenam
matahari.
Di
seluruh Indonesia.
Berapa
pun tingginya.
Meskipun
hanya 0,1 derajat.
Maka
esoknya adalah hari pertama bulan baru.
(Sumber suara
Muhammadiyah )
0 comments:
Post a Comment