ORANG MAKRUH TAK MENAMBAH DAN TAK KURANGI APA PUN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Pepatah
Jawa.
Timun Wungkuk
Jaga lmbuh.
Arti harfiahnya.
Ketimun
bengkok (cacat) untuk persiapan bonus tambahan.
Timun wungkuk.
Yaitu mentimun
yang bentuknya bengkok.
Atau tak
sempurna.
Timun wungkuk
bentuknya tidak lurus memanjang.
Tapi
melengkung.
Bahkan
timun wungkuk ada yang bentuknya nyaris melingkar.
Jenis
timun ini kurang diminati konsumen.
Karena
rasanya kurang enak.
Dan bentuknya
tidak menarik.
Biasanya
timun wungkuk hanya sebagai bonus tambahan saja.
Bonus tambahan.
Yaitu jika
timbangan untuk pembelian mentimun baik
dan normal.
Ternyata
kurang beberapa gram.
Maka
timun wungkuk akan ditambahkan.
Terkadang
penambahan.
Dilakukan
berlebih daripada seharusnya.
Sehingga
pembeli merasa diuntungkan.
Terkadang
meskipun timbangan sudah pas.
Tapi timun
wungkuk tetap diberikan kepada pembeli.
Terkesan
penjualnya murah hati.
Pepatah ini ingin mengajarkan.
Tentang sosok orang yang hadirnya pada sebuah komunitas.
Atau kegiatan tertentu.
Tidak dianggap terlalu penting.
Dia juga
sadar.
Bahwa dirinya hanya seperti timun wungkuk.
Hanya sebagai
pelengkap saja.
Dia mirip
orang makruh.
Tak menambah
dan tak mengurangi apa pun.
Dia hanya
menghabiskan jatah umur saja.
Dia akan
berguna.
Ketika
sudah tidak ada orang lain lagi.
Yang bisa berfungsi.
Kesadaran semacam ini.
Dalam kacamata Jawa.
Sering dianggap bentuk merendahkan diri.
Dengan menyatakan.
Bahwa dirinya tidak lebih hebat daripada orang lain.
Dia hanya timun wungkuk.
Yang hanya bisa dipakai untuk
bonus tambahan saja.
Meskipun tidak tepat benar.
Pepatah ini mirip.
Dengan
pepatah.
Tidak ada rotan, maka akar pun jadi.
(Sumber FB)
0 comments:
Post a Comment