MARI
TERTAWA YANG WAJAR
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan
tentang tertawa yang wajar?” Dr. Aidh Al-Qarni menjelaskannya.
1. Tertawa
yang wajar itu bagaikan obat bagi kesedihan, dan laksana pil kuat untuk kegalauan.
2. Pengaruh
tertawa yang wajar amat kuat, akan membuat hati bergembira berbahagia, dan lingkungan menjadi menyenangkan.
3. Sahabat
Nabi berkata, ”Nabi Muhammad kadang kala tertawa, sehingga tampak gigi geraham
beliau.”
4. Tertawa
adalah puncak kegembiraan, titik tertinggi keceriaan, dan ujung perasaan kesenangan.
5. Al-Quran surah
An-Naml (surah ke-27) ayat 19.
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا
وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ
وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ
الصَّالِحِينَ
Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan
tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya
Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal shaleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".
6. Salah
satu nikmat yang diberikan oleh Allah untuk penghuni surga adalah tertawa
7. Al-Quran
surah Al-Mutaffifin (surah ke-83) ayat 34.
8. فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ
الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ
Maka pada hari ini, orang-orang yang
beriman menertawakan orang-orang kafir
9. Tetapi
jangan tertawa berlebihan, karena Nabi Muhammad
bersabda,“Jangan engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hatimu.”
10. Mari
kita tertawa yang wajar saja.
11. Jangan
tertawa sinis dan penuh kesombongan, sebagaimana dilakukan orang-orang kafir
12. Al-Quran
surah Az-Zukruf (surah ke-43) ayat 47.
13. فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِآيَاتِنَا إِذَا هُمْ
مِنْهَا يَضْحَكُونَ
Maka tatkala dia datang kepada mereka
dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka
mentertawakannya.
14. Pada
umumnya, semua orang senang dengan wajah yang murah senyum, suka dengan muka
yang selalu tampak ceria.
15. Hal
itu merupakan cermin kemurahan hati dan kelapangan dada, serta kedermawanan.
16. Pada
dasarnya, Islam dibangun berdasarkan prinsip keseimbangan, serta moderat dalam hal
akidah, ibadah, budi pekerti, dan perilaku.
17. Islam
mengajarkan pertengahan dalam bersikap, tidak mengenal kemuraman yang
menakutkan, maupun tertawa lepas tidak beraturan.
18. Islam
senantiasa mengajarkan kesungguhan penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah
19. Islam
menganjurkan perbuatan yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
20. Imam
Gazali melontarkan humor, “Benda apakah yang paling tajam di dunia ini?”
21. Para
muridnya menjawab dengan berbagai jawaban, ada yang menjawab: pisau, silet,
pedang dan semacamnya.
22. Imam
Gazali menjawab, “Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam, tetapi ada
yang lebih tajam daripada itu semua, yaitu lidah”.
23. Abu
Hurairah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau pernah bersenda gurau?”
24. Nabi
Muhammad menjawab,” Benar, hanya saya selalu berkata benar.”
25. Nabi
Muhammad bergurau, “Naikkan barang-barangmu ke atas punggung anak unta di
sebelah sana!”
26. Sahabat
Nabi bingung, “Ya Rasulullah, bagaimana anak unta mampu memikul beban yang berat?”
27. Nabi
Muhammad bersabda,”Saya tidak bilang anak unta itu kecil, karena semua unta pasti
lahir dari ibu unta.”
28. Seorang
wanita tua bertanya, “Ya Rasulullah, apakah wanita tua seperti saya layak masuk
surga?”
29. Nabi
Muhammad bersabda, “Maaf Bu, di dalam surga tidak ada wanita yang tua”.
30. Wanita
tua itu langsung menangis, lalu Nabi Muhammad menjelaskan,”Semua orang yang
masuk surga, akan menjadi muda kembali.”
31. Mendengar
penjelasan Nabi Muhammad, maka wanita tua itu tersenyum gembira.
32. Sungguh,
manusia membutuhkan senyuman, memerlukan humor yang menghibur yang tidak menghina
siapa pun, dan tidak merendahkan apa pun.
33. Semua
orang senang dengan wajah yang selalu berseri-seri, hati yang lapang dalam menerima
perbedaan, budi pekerti yang luhur, perilaku yang lembut, dan pembawaan yang tidak kasar
34. Jadi,
janganlah kita bersedih, mari kita lontarkan humor yang cedas
35. Mari
kita munculkan humor cerdik yang tidak menyinggung siapa pun, dan tidak menghina
apa pun.
36. Mari kita tersenyum dan tertawa yang wajar,
maka kehidupan akan terasa lebih indah, ceria, dan mempesona.
DaftarPustaka
1. Al-Qarni,
Aidh. La Tahzan. Jangan Bersedih. Penerbit Qisthi Press. Jakarta 2007.
2. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2.
3. Tafsirq. com online.
0 comments:
Post a Comment