AL-QURAN BACAAN SEMPURNA
(Seri ke-2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

1. Sungguh, perintah “iqra” (membaca) adalah
hal paling berharga yang pernah diberikan kepada umat manusia.
2. Membaca dalam aneka maknanya adalah
syarat pertama dan utama dalam pengembangan ilmu sains dan teknologi, serta pembangunan
peradaban.
3. Peradaban Islam lahir dengan kehadiran
Al-Quran.
4. Al-Quran tidak akan lekang oleh panas dan
tidak lapuk oleh hujan, selama umat Islam ikut bersama Allah menjaganya.
5. Al-Quran surah Al-Hijir (surah ke-15)
ayat 9.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
Sesungguhnya Kami (Allah
dan Malaikat Jibril) yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami ( Allah
dengan keterlibatan manusia) akan menjaganya.
6. Pengetahuan dan peradaban yang dirancang Al-Quran
adalah pengetahuan terpadu melibatkan akal dan kalbu dalam perolehannya.
7. Wahyu pertama Al-Quran menjelaskan 2 cara
perolehan dan pengembangan ilmu.
1) Pengalaman ilmiah.
2) Wahyu, ilham, intuisi, atau firasat.
A. Ke-1: Pengalaman ilmiah.
1. Setiap pengetahuan memiliki subjek dan
objek.
2. Secara umum subjek dituntut berperan guna
memahami objek.
3. Pengalaman ilmiah menunjukkan objek
terkadang memperkenalkan dirinya kepada subjek tanpa usaha subjek.
1) Misalnya, komet Halley, memasuki
cakrawala hanya sebntar setiap 76 tahun sekali.
2) Dalam kasus ini, meskipun para astronom
menyiapkan segala peralatan untuk
mengamati dan mengenalnya.
3) Tetapi yang lebih berperan adalah
kehadiran komet itu sendiri untuk memperkenalkan diri.
B. Ke-2: Wahyu, ilham, intuisi, atau firasat.
1. Wahyu, ilham, intuisi, atau firasat yang
diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya.
2. Sesuatu yang dianggap sebagai kebetulan
yang dialami oleh ilmuwan yang tekun adalah bentuk pengajaran Allah yang dapat dianalogikan
dengan kasus komet Halley.
3. Itu pengajaran tanpa kalam yang
ditegaskan wahyu pertama.
4. Al-Quran surah Al-Alaq (surah ke-96) ayat
4-5.
Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaran kalam (apa yang diketahui
sebelumnya), dan mengajarkan kepada manusia (tanpa pena) apa yang tidak
diketahuinya.
5. Al-Quran memadukan usaha manusia dengan
pertolongan Allah.
1) Yaitu akal dengan kalbu, pikir dengan
zikir, dan iman dengan ilmu.
2) Jika akal tanpa kalbu, maka bisa membuat manusia
seperti robot.
3) Pikir tanpa zikir menjadikan manusia
seperti setan.
4) lman tanpa ilmu ibarat pelita di tangan
bayi.
5) llmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan
pencuri.
6. Al-Quran sebagai kitab terpadu,
menghadapi, dan memperlakukan manusia dengan memperhatikan keseluruhan unsur
manusiawi, jiwa, akal, dan jasmaninya.
7. Ketika Nabi Musa menerima wahyu Allah,
yang membuat tenggelam dalam situasi spiritual, Allah menyentaknya dengan
pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi material.
8. Al-Quran surah Thaha (surah ke-20) ayat 17-18.
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَٰمُوسَىٰ
قَالَ هِىَ عَصَاىَ أَتَوَكَّؤُا۟ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِى وَلِىَ فِيهَا مَـَٔارِبُ أُخْرَىٰ
Apakah itu yang di tangan kananmu, Hai Musa? Berkata Musa,“Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku memukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan untuk keperluan lainnya”.
قَالَ هِىَ عَصَاىَ أَتَوَكَّؤُا۟ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِى وَلِىَ فِيهَا مَـَٔارِبُ أُخْرَىٰ
Apakah itu yang di tangan kananmu, Hai Musa? Berkata Musa,“Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku memukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan untuk keperluan lainnya”.
9. Al-Quran menggunakan benda alam material sebagai
tali penghubung untuk mengingatkan manusia akan kehadiran Allah.
10. Segala sesuatu yang terjadi semuanya
berada di bawah kekuasaan, pengetahuan, dan pengaturan Allah Yang Maha kuasa.
11. Al-Quran surah Al-An’am (surah ke-6) ayat
59.
۞ وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ
إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ
إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ
إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Dan pada sisi Allah kunci semua yang gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).
Dan pada sisi Allah kunci semua yang gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).
12. Al-Quran surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat
17.
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ
ٱللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِىَ
ٱلْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَآءً حَسَنًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah yang melempar (yang menganugerahkan kemampuan sehingga kamu bisa melempar). (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah yang melempar (yang menganugerahkan kemampuan sehingga kamu bisa melempar). (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
13. Al-Quran sering berbicara tentang masalah
menyangkut suatu aspek tertentu, mendadak ayat lain muncul berbicara tentang
aspek lain yang secara sepintas terkesan tidak saling berkaitan.
14. Tetapi bagi orang yang tekun mempelajarinya
akan menemukan keserasian hubungan yang amat mengagumkan.
15. Mirip keserasian hubungan yang memadukan
gejolak dan bisikan hati manusia.
16. Aspek yang terkesan kacau, menjadi
terangkai dan terpadu indah, bagaikan kalung mutiara yang tidak diketahui ujung
pangkalnya.
17. Al-Quran memilih sistematika demikian
untuk mengingatkan manusia ajaran Al-Quran satu kesatuan terpadu yang tidak
dapat dipisahkan.
1) Keharaman makanan tertentu seperti babi.
2) Ancaman terhadap yang enggan menyebarluaskan
pengetahuan.
3) Anjuran bersedekah.
4) Kewajiban menegakkan hokum.
5) Wasiat sebelum mati.
6) Kewajiban puasa.
7) Hubungan suami-istri.
8) Semuanya ditampilkan dalam Al-Quran secara
berurut dalam surah Al-Baqarah.
18. Mengapa demikian dan terkesan acak?
19. Salah satu jawabnya adalah,“Al-Quran menghendaki
agar umatnya melaksanakan ajarannya secara terpadu”.
20. Misalnya, puasa dan ibadah lainnya tidak
boleh menjadikan seseorang lupa pada kebutuhan jasmaniahnya dalam hubungan seks
antara suami-istri.
21. Ketika Qarun yang kaya raya memamerkan
kekayaannya dan merasa bahwa kekayaannya adalah hasil kecerdasan dan jerih
payahnya, setelah enggan mendengarkan
nasihat, terjadilah bencana longsor.
22. Al-Quran surah Al-Qashash (surah ke-28)
ayat 81-82.
فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ فَمَا كَانَ
لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُنتَصِرِينَ
وَأَصْبَحَ ٱلَّذِينَ تَمَنَّوْا۟ مَكَانَهُۥ بِٱلْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ ٱللَّهَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ ۖ لَوْلَآ أَن مَّنَّ ٱللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۖ وَيْكَأَنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَٰفِرُونَ
Maka Kami benamkan Qarun dan rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah dan dia bukan termasuk orang (yang dapat) membela (dirinya).
وَأَصْبَحَ ٱلَّذِينَ تَمَنَّوْا۟ مَكَانَهُۥ بِٱلْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ ٱللَّهَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ ۖ لَوْلَآ أَن مَّنَّ ٱللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۖ وَيْكَأَنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَٰفِرُونَ
Maka Kami benamkan Qarun dan rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah dan dia bukan termasuk orang (yang dapat) membela (dirinya).
Dan orang yang kemarin mengharapkan seperti Qarun berkata, “Aduhai,
benar Allah melapangkan rezeki siapa yang Dia kehendaki dari hamba-Nya dan
menyempitkannya, kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita Dia telah
membenamkan kita (pula). Sungguh benar, tidak beruntung orang yang mengingkari
(nikmat Allah)”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Misan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2.
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment