PERAWAT
CORONA DIUSIR IBU KOS
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

1. ~
Hotel Untuk Kami ~
2. "Mbak,
kamu kerja jadi perawat di rumah sakit A kan ya?" Tegur Bu Sumi, ibu kos
ku, saat aku melewati lorong rumahnya menuju kamar kos.
3. Aku menghentikan
langkah, kemudian berjalan mendekat ke Bu Sumi.
4. Hal
itu tentu memperpendek jarak di antara kami, tapi Bu Sumi melangkah mundur.
5. "Iya
bu. Kenapa ya?"
6. "Jangan
mendekat. Di situ aja kamunya."
7. Mata
beliau mengintervensiku agar tak mendekatinya.
8. Aku
menangkap suatu yang tidak baik akan menimpaku.
9. "Tolong
pindah dari kosan saya malam ini juga ya!"
10. "Maksudnya?"
Aku mendadak bingung dengan pernyataan Bu Sumi.
11. "Tapi
bu, saya khan baru bayar kosan untuk enam bulan ke depan minggu lalu?"
12. Aku
berusaha mencoba tenang dan tidak panik.
13. "Saya
sudah transfer balik ke rekeningmu tadi."
14. Jadi
sms banking tadi siang itu transferan dari Bu Sumi.
15. "Ya
Allah Bu.. Ini sudah malam.
16. Saya
harus tinggal dimana kalau saya harus pindah saat ini juga."
17. "Saya
gak peduli, nginap saja di hotel.
18. Yang
jelas segera kemasi barang-barangmu dan pergi secepatnya."
19. "Kalau
besok pagi bagaimana bu, saya sudah lelah sekali ini bu."
20. Aku
mencoba memelas, mengharap belas kasihan.
21. Tubuhku
sudah sangat lelah karena bekerja dari shift pagi dan lembur sampai malam.
Sedang sebelumnya dapat shift malam.
22. Tubuhku
rasanya remuk redam. Membayangkan harus berkemas dan mencari tempat menginap
lain. Oh tidak.
23. "Tidak
boleh, harus malam ini juga.
24. Lagipula
barang-barangmu tak terlalu banyak." Bu Sumi tetap pada pendiriannya.
25. "Allah
ya rabb ...." batinku.
26. "Saya
tungguin kamu sampai selesai berkemas dan pergi dari sini."
27. Aku
menatap netra Bu Sumi, mencoba mencari celah belas kasih untukku, tapi nihil.
28. ***
29. Kubuka
pintu kamar dan menatap isinya.
30. Memang
benar barangku tidak begitu banyak. Setelah menghela nafas kasar, aku mulai
mengemasi barangku.
31. [Re,
bisa nginep di kosanmu gak malam ini. Aku diusir ibu kosku.]
32. Ku
kirim pesan melalui aplikasi warna hijau.
33. Lima
menit kemudian.
34. [Maaf
Sa, aku lagi gak di kosan. Pulang kampung. Kunci kamar aku bawa.]
35. Pupus
sudah harapanku untuk sekedar menumpang tidur malam ini.
36. Mau
tidak mau aku harus mencari penginapan murah untuk berteduh malam ini.
37. Selesai
mengemasi barang, aku berpamitan dengan penghuni kos yang lain, meski dengan
jarak yang agak jauh.
38. Dan
terakhir berpamitan pada Bu Sumi.
39. Aku
mengerti mereka takut tertular virus karena aku bekerja sebagai perawat di
salah satu rumah sakit rujukan pasien Corona.
40. Tapi
aku tidak menyangka akan mendapatkan pengusiran seperti ini.
41. Seperti
nasib teman sejawatku yang belum lama ini juga diusir dari kosannya.
42. "Ya
Allah, berilah jalan keluar untuk hamba." Batinku berdoa.
43. Sudah 4
hari aku menginap di penginapan.
44. Setiap
mencari kamar kos selalu kudapatkan hasil yang sama setelah mereka tahu
profesiku, penolakan dengan berbagai alasan.
45. Hanya
beberapa yang terang-terangan menolakku karena aku bekerja di rumah sakit
rujukan pasien Corona.
46. "Heh
kok ngelamun, dipakai dulu itu APD-nya." Kata Widya.
47. Teman
yang kugantikan shiftnya malam ini.
48. "Iya
ini, aku belum dapat kosan. Uangku menipis jika terus-terusan tinggal di
penginapan itu."
49. Dengan
berat hati aku menceritakan bebanku.
50. Ah
entah, mungkin saja nanti aku dapat solusinya.
51. "Astaghfirullah
Sa, aku lupa ngasih tahu kamu.
52. Tadi
sore ada pengumuman, bagi yang kesulitan mengenai tempat tinggal bisa daftar
buat tinggal di tempat yang disediakan oleh pemprov."
53. "Serius
lu Wid?" Aku setengah tak percaya.
54. "Seriuslah.
Dan kamu tahu tempat tinggalnya di mana coba?"
55. "
Di mana?" Tanyaku penasaran.
56. "Hotel
Grand Cempaka."
57. "Hotel
yang bagus milik BUMD itu?" Aku terkejut mendengarnya.
58. "Iya.
Sudah sama daftar dulu ke Pak Arif. Biar diurusin administrasinya sama
beliau."
59. "Iya
..., iya Wid, sebentar ya, aku daftar dulu."
60. Setelah
3 hari mendaftar di Pak Arif, aku mendapatkan pemberitahuan bahwa aku masuk
dalam tenaga kesehatan yang akan menempati tempat tinggal sementara, di Hotel
Grand Cempaka.
61. Alhamdulillah.
Alhamdulillah ya Allah. Aku segera sujud syukur.
62. Terharu.
63. Ternyata
ada orang yang peduli pada nasib kami, para tenaga kesehatan yang terusir atau
yang bertempat tinggal jauh dari rumah sakit tempat kami bekerja.
64. Masya
Allah. Allah memberikan jalan keluar dari masalah yang aku hadapi saat ini.
Tidak perlu lagi sakit hati karena mendapatkan penolakan.
65. Hari
ini hari di mana kami diantarkan ke hotel.
66. Pak
Anis menyambut kehadiran kami di lobi hotel.
67. Memberikan
kata sambutan dan semangat yang berdampak positif untuk kami.
68. Beliau
menjelaskan pada kami mengenai fasilitas yang akan kami terima di hotel ini.
69. Selain
kamar tentunya.
70. Fasilitas
itu antara lain akan ada bis antar jemput dari hotel ke rumah sakit dan
sebaliknya.
71. Lalu
kami juga akan mendapatkan asupan bergizi mulai dari makanan katering dan
minuman seperti susu.
72. Gratis!
Tanpa sepeserpun kami bayar.
73. Masya
Allah.
74. Kami
pun akhirnya menempati kamar kami masing-masing.
75. Satu
kamar untuk berdua.
76. Di
dalam meja kamar, kami temukan surat berlogo keemasan di sampulnya.
77. Isi
suratnya tertulis,
1) Jakarta,
26 Maret 2020
2) Terima
kasih kami kepada pejuang kemanusiaan
3) Assalamualikum
wr wb dan salam sejahtera
4) Ibu,
bapak, dan rekan-rekan yang saya banggakan. Atas nama seluruh warga Jakarta
ijinkanlah saya mengucapkan terimakasih yang tak terhingga untuk segala
pengorbanan dan keikhlasan Ibu, bapak, dan rekan-rekan telah berjuang turun
tangan melayani warga Jakarta menjalani masa yang sulit.
5) Perjuangan
yang sangat mulia yang penuh tantangan dan risiko
6) Perjuangan
inilah yang menguatkan harapan bahwa Insya Allah kita akan dapat segera
melewati masa penuh cobaan ini.
7) Pada
ibu, bapak, dan rekan-rekan semua, kami di Pemprov DKI Jakarta dan atas nama
seluruh warganya menyampaikan rasa hormat, mengirimkan dukungan penuh dan tetap
terus mendoakan.
8) Mohon
sampaikan salam hormat kami pada keluarga di rumah, katakan pada mereka Jakarta
bangga pada ibu, bapak, dan rekan-rekan semua.
9) Semoga
Allah membalas segala kebaikan serta tetap memberikan kesehatan, kekuatan, dan
kesabaran pada ibu, bapak, dan rekan-rekan dalam menuntaskan misi mulia ini
10) Wassalam
11) Anies
B.
78. Masya
Allah, air mataku tak terasa mengalir di pipi.
79. Surat
sederhana ini mampu memberikan oase di dalam rasa lelah, takut dan stres.
80. Entah
harus berkata apa lagi.
81. Terima
kasih pak, sudah memikirkan nasib kami, para tenaga kesehatan yang menjadi
garda depan dalam melawan virus Corona.
82. Sekali
lagi, terima kasih pak.
83. *Note:
isi surat diperoleh dari FB Bapak Anies Baswedan.
84. Terimakasih
atas .. kepedulian beliau terhadap para nakes garda depan melawan virus Corona.
Salut!.
(Sumber: internet)
0 comments:
Post a Comment