Thursday, March 26, 2020

3958. SUFI MISKIN DAN KAYA


SUFI MISKIN DAN KAYA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


1.    Menjadi Sufi Yang Melarat atau Kaya.
2.    Sambil berkendara setelah jaga malam.
3.    Saya rutin mendengarkan elvictor FM Surabaya.
4.    Pada pagi hari jam 6.30-08.00 ada program syiar pagi.
5.    Setiap hari Jum’at, pembicaranya ust. Sumardi Herlambang.
6.    Ahli tafsir Al-Qur’an
7.    Pada kesempatan ini beliau mengisahkan sebuah kisah menarik tentang sufi.

A.   Begini ceritanya
1.    Alkisah pada abad ke-8 ada pertemuan 2 orang sufi besar.
2.    Yang pertama adalah Ibrahim bin Adham (718-782M) dan muridnya Syaqiq Al-Balkh (?-810M).
3.    Ternyata 2 orang sufi ini sangat berbeda dalam menempuh jalan sufinya.
4.    Ibrahim bin Adham meninggalkan semua pernak dunia dan memilih menyendiri di hutan dan berkelana dari suatu tempat ke tempat lain.
5.    Hidupnya sangat-sangat miskin
6.    Syaqiq Al-Balkh kebalikannya, ia begitu sangat kaya raya.
7.    Kudanya adalah kuda terbaik, setiap ia pergi kantongnya selalu penuh dengan emas.
8.    Dan mereka bertemu.
9.    Ibrahim bin Adham berucap kepada Syaqiq Al Balkh, “Hai Hamba dunia, yang selalu membawa dunia ke mana pun engkau pergi!”
10. Syaqiq kemudian tersenyum.
11. Ia tidak tersinggung.
12. Lalu mereka saling berdialog.
13. “Wahai guru, ceritakan sesuatu yang membuatmu besar dan mulia seperti sekarang ini,” tanya Syaqiq
14. “Dahulu, aku adalah penguasa kaya raya. Saat kami pergi berburu, tentaraku berhasil memanah seekor burung, sehingga patah kedua sayapnya.”
15. Aku mendekati burung yang terkapar dan berkata, “Wahai burung yang malang, rupanya ajalmu sudah dekat, kau tak lagi bisa terbang dan mencari makan” ‘
16. Kemudian, saat aku mulai meninggalkan burung kecil itu, datang burung yang besar.
8.    Ia mencengkram burung kecil itu, lalu membawanya ke sebuah danau.
9.    Kuamati setiap gerak geriknya.
10. Burung besar membawakan ulat dan serangga untuk makanan burung kecil.
11. Perlahan burung kecil mulai kuat, hingga kembali terbang!
12. “Dari sini aku belajar jika Allah tidak menakdirkan burung mati kelaparan, maka burung kecil tidak akan mati, karena Allah menjamin rezekinya.
13. Apalagi manusia yang diberi akal untuk selalu menyembah-Nya.
14. Pasti akan memberiku rezeki di manapun aku berada
15. Setelah itu kuputuskan untuk meninggalkan seluruh kekuasaan dan harta bendaku.
16. Kutinggalkan pula keluargaku untuk sepenuhnya mengabdi kepada-Nya.
17. Berkeliling dan beribadah dari satu tempat ke tempat yang lain.”
18. Sambil manggut-manggut, Syaqiq Al-Balkh bertanya kepada gurunya, “Wahai guru, mengapa Anda memilih menjadi burung lemah menunggu disuapi?”
19. “Mengapa tidak menjadi burung besar yang melindungi dan merawat burung yang kecil?”
20. Tersentak dengan perkataan muridnya.
21. Ia baru menyadari bahwa jalan sufinya selama ini salah.
22. Ia pun bekerja kembali, bercocok tanam dengan murid-muridnya dan kemudian membagi-bagikannya hingga ke Syiria
23. Kawan, bagaimanapun tangan di atas itu jauh lebih baik.
24. Para sahabat Rasulullah seperti Usman bin Affan,Abu Bakar, Abdurrahman bin Auf, mereka orang kaya yang menafkahkan hartanya di jalan Allah.
25. Ustad. Sumardi menambahkan. “Miskin itu dosa! Karena kita tidak memaksimalkan potensi yang ada pada kita.”
26. “Tidak menyukuri nikmat akal, fisik, mental yang telah diberikan Allah.”
27. “Kita memilih untuk miskin!”
28. Semoga kita tidak terjebak dalam egoisme spiritual.
29. Seperti doanya Abu bakar As-Shiddiq “Ya Allah jadikan dunia di tanganku,  tapi tidak di hatiku” .
30. Miliki harta sebanyak mungkin, gunakan di jalan Allah, tetapi jangan terlalu mencintainya hingga mengundang murka Allah.

(Sumber: internet)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment