SUFI MISKIN
DAN KAYA
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.

1. Menjadi
Sufi Yang Melarat atau Kaya.
2. Sambil
berkendara setelah jaga malam.
3. Saya
rutin mendengarkan elvictor FM Surabaya.
4. Pada
pagi hari jam 6.30-08.00 ada program syiar pagi.
5. Setiap
hari Jum’at, pembicaranya ust. Sumardi Herlambang.
6. Ahli
tafsir Al-Qur’an
7. Pada
kesempatan ini beliau mengisahkan sebuah kisah menarik tentang sufi.
A. Begini
ceritanya
1. Alkisah
pada abad ke-8 ada pertemuan 2 orang sufi besar.
2. Yang
pertama adalah Ibrahim bin Adham (718-782M) dan muridnya Syaqiq Al-Balkh
(?-810M).
3. Ternyata
2 orang sufi ini sangat berbeda dalam menempuh jalan sufinya.
4. Ibrahim
bin Adham meninggalkan semua pernak dunia dan memilih menyendiri di hutan dan
berkelana dari suatu tempat ke tempat lain.
5. Hidupnya
sangat-sangat miskin
6. Syaqiq
Al-Balkh kebalikannya, ia begitu sangat kaya raya.
7. Kudanya
adalah kuda terbaik, setiap ia pergi kantongnya selalu penuh dengan emas.
8. Dan
mereka bertemu.
9. Ibrahim
bin Adham berucap kepada Syaqiq Al Balkh, “Hai Hamba dunia, yang selalu membawa
dunia ke mana pun engkau pergi!”
10. Syaqiq
kemudian tersenyum.
11. Ia tidak
tersinggung.
12. Lalu
mereka saling berdialog.
13. “Wahai
guru, ceritakan sesuatu yang membuatmu besar dan mulia seperti sekarang ini,” tanya
Syaqiq
14. “Dahulu,
aku adalah penguasa kaya raya. Saat kami pergi berburu, tentaraku berhasil
memanah seekor burung, sehingga patah kedua sayapnya.”
15. Aku
mendekati burung yang terkapar dan berkata, “Wahai burung yang malang, rupanya
ajalmu sudah dekat, kau tak lagi bisa terbang dan mencari makan” ‘
16. Kemudian,
saat aku mulai meninggalkan burung kecil itu, datang burung yang besar.
8. Ia
mencengkram burung kecil itu, lalu membawanya ke sebuah danau.
9. Kuamati
setiap gerak geriknya.
10. Burung
besar membawakan ulat dan serangga untuk makanan burung kecil.
11. Perlahan
burung kecil mulai kuat, hingga kembali terbang!
12. “Dari
sini aku belajar jika Allah tidak menakdirkan burung mati kelaparan, maka
burung kecil tidak akan mati, karena Allah menjamin rezekinya.
13. Apalagi
manusia yang diberi akal untuk selalu menyembah-Nya.
14. Pasti
akan memberiku rezeki di manapun aku berada
15. Setelah
itu kuputuskan untuk meninggalkan seluruh kekuasaan dan harta bendaku.
16. Kutinggalkan
pula keluargaku untuk sepenuhnya mengabdi kepada-Nya.
17. Berkeliling
dan beribadah dari satu tempat ke tempat yang lain.”
18. Sambil
manggut-manggut, Syaqiq Al-Balkh bertanya kepada gurunya, “Wahai guru, mengapa Anda
memilih menjadi burung lemah menunggu disuapi?”
19. “Mengapa
tidak menjadi burung besar yang melindungi dan merawat burung yang kecil?”
20. Tersentak
dengan perkataan muridnya.
21. Ia
baru menyadari bahwa jalan sufinya selama ini salah.
22. Ia pun
bekerja kembali, bercocok tanam dengan murid-muridnya dan kemudian
membagi-bagikannya hingga ke Syiria
23. Kawan,
bagaimanapun tangan di atas itu jauh lebih baik.
24. Para sahabat
Rasulullah seperti Usman bin Affan,Abu Bakar, Abdurrahman bin Auf, mereka orang
kaya yang menafkahkan hartanya di jalan Allah.
25. Ustad.
Sumardi menambahkan. “Miskin itu dosa! Karena kita tidak memaksimalkan potensi
yang ada pada kita.”
26. “Tidak
menyukuri nikmat akal, fisik, mental yang telah diberikan Allah.”
27. “Kita
memilih untuk miskin!”
28. Semoga
kita tidak terjebak dalam egoisme spiritual.
29. Seperti
doanya Abu bakar As-Shiddiq “Ya Allah jadikan dunia di tanganku, tapi tidak di hatiku” .
30. Miliki
harta sebanyak mungkin, gunakan di jalan Allah, tetapi jangan terlalu mencintainya
hingga mengundang murka Allah.
(Sumber:
internet)
0 comments:
Post a Comment