KISAH ANAK DAN BAPAK NAIK
KUDA SERBA SALAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron
Hadi, M.M
KONDISI SERBA SALAH
Anak, Bapak, dan Seekor Kuda.
Pada zaman dahulu.
Ada seorang anak dan bapaknya
bepergian menunggang seekor kuda.
Si bapak menyuruh anaknya
naik kuda, sedangkan dia berjalan kaki.
Mereka bertemu dengan sekelompok
orang di jalan yang memandanginya.
Salah seorang berkomentar,
“Anak tidak tahu diri.
Dia naik di atas punggung
kuda.
Dan membiarkan bapaknya
berjalan kaki.”
Kemudian, si anak turun
dari kuda.
Si bapak giliran menaiki
kuda dan anaknya berjalan kaki mengiringinya.
Perjalanan dilanjutkan.
Dalam perjalanan, mereka bertemu
dengan rombongan lain.
Salah seorang berkomentar,
“Bapak tidak punya rasa kasihan
kepada anaknya.
Si bapak enak-enak naik
kuda dan membiarkan anaknya capek berjalan kaki.”
Kemudian, si bapak mengajak
anaknya
naik seekor kuda bersama.
Dan perjalanan dilanjutkan.
Mereka bertemu rombongan lain.
Orang-orang berkomentar,
“Orang tidak punya rasa
kasihan dengan kuda.
Seekor kuda lelah dan kehabisan
tenaga, karena dinaiki 2 orang”
Serba salah!
Memang orang sering cenderung
berkomentar menurut pemahamannya yang belum lengkap.
Ada apa di balik semua
keputusan dan pilihan.
Dalam kasus nyata.
Hal ini bukan sesuatu yang
jarang terjadi.
Jangan-jangan kita
termasuk salah satu komentator tadi.
PELAJARAN DARI CERITA DI ATAS
1.
Jika memang punya alasan kuat
untuk memilih atau melakukan sesuatu, maka lakukan dengan sepenuh hati.
Tidak semua komentar harus
dipedulikan.
Dalam ungkapan tertentu,
“Biarpun anjing
menggonggong, maka kafilah tetap berlalu”.
Keputusan yang salah,
tetap mendapat pahala.
Jika dilakukan dengan baik
dan bertanggung jawab.
Yang salah adalah orang tidak
pernah membuat keputusan karena takut salah.
2.
Sebelum mengomentari sesuatu,
cari info lengkap terlebih dahulu.
Cari data untuk mengungkap
“behind the scene”.
Jika semua info mengarah
kepada sesuatu yang tidak baik.
Maka saatnya berkomentar
dengan baik dan sopan.
(Sumber internet)
0 comments:
Post a Comment