AJARAN ISLAM DITAFSIRKAN DENGAN SAINS
MODERN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
DISKUSI TASAWUF MODERN
DI SELA KUNJUNGAN PRESIDEN
Minggu malam, 21 Maret 2021 saya dikunjungi
Pak Ateh.
Kepala BPKP pusat.
Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
Nama lengkapnya Dr. Muhammad Yusuf Ateh,
Ak. MBA.
Yang datang bersama sejumlah staf dan
koleganya.
“Alhamdulillah, saya bisa bersilaturahim
kepada Pak ustad.
Sudah lama saya ingin bertemu.
Baru kesampaian,” ungkapnya saat baru
datang di rumah saya.
Sejak dua minggu sebelumnya, saya
dihubungi oleh Pak Hendro.
Koleganya sesama alumni UI.
Bahwa, Pak Ateh ingin bersilaturahim ke
rumah.
“Kebetulan besoknya Pak Ateh hadir di
acara Presiden di sekitaran Surabaya, Pak Agus,” papar CEO di berbagai bidang
usaha, yang ikut dalam rombongan itu.
Ternyata, Pak Ateh adalah pembaca
buku-buku saya.
“Saya mengikuti sejak buku pertama,
Pusaran Energi Kakbah.
Di tahun 2004. Sampai sekarang,”
tuturnya.
Sambil menyatakan sependapat dengan
berbagai pemikiran yang saya tuangkan dalam puluhan judul itu.
“Yang saya paling terkesan adalah ketika
Pak Agus bicara tentang energi.
Persis seperti diceritakan oleh almarhum
kiai saya.
Bahwa, setiap kita sesungguhnya memancarkan
energi dalam beribadah,” ungkapnya.
Ia merasa mendapat penjelasan ilmiah
dengan membaca buku Tasawuf Modern yang saya tulis.
Selain di buku “Pusaran Energi Kakbah”,
saya bercerita tentang energi ibadah itu di buku “Energi Dzikir Alam Bawah
Sadar”.
Di mana saya melakukan penelitian dengan
mengukur energi sejumlah relawan pada saat berzikir.
Dengan memakai alat kamera aura.
Pada dasarnya, tubuh manusia bekerja
secara elektromagnetik.
Mulai dari denyut jantung yang bisa
diukur – medan elektromagnetiknya – dengan memakai Electro Cardio Graph (ECG).
Juga, kinerja otak bisa diukur dengan
Electro Encephalo Graph (EEG).
Atau, sistem energial tubuh yang secara
total bisa diukur dengan memakai kamera aura.
Setiap perubahan kondisi kejiwaan kita,
selalu menyebabkan perubahan energi tubuh.
Yang terukur pada medan elektromagnetik
jantung dan otak.
Sebagai contoh, orang yang sedang
emosional.
Denyut jantungnya akan berdetak lebih
kencang.
Dengan amplitudo besar.
Bahkan, kadang tidak beraturan.
Ini menunjukkan, ada kaitan sangat erat
antara pola gelombang jantung dengan perasaan atau emosi seseorang.
Dan ternyata, itu memiliki pola tertentu
sehingga bisa diukur.
Dan diterjemahkan menjadi informasi
tertentu, tentang kualitas jiwa kita.
Sebaliknya, pada orang sabar dan ikhlas
misalnya, denyut jantungnya akan bergetar secara lembut.
Dengan amplitudo kecil.
Sehingga, frekuensinya tinggi.
Di frekuensi yang makin tinggi, energi
yang muncul juga makin besar.
Artinya, orang sabar dan ikhlas,
sesungguhnya menyimpan potensi energi yang besar.
Berbeda dengan orang pemarah dan suka
emosi.
Yang justru memiliki potensi energi
rendah.
Maka, tidak heran, orang pemarah dan
tidak sabaran sering salah langkah dalam hidupnya.
Karena, energinya rendah itu.
Bukan hanya pada jantung.
Medan elektromagnetik itu juga terukur
di otak.
Dalam bentuk gelombang kesadaran.
Dalam kondisi kesadaran normal, otak
kita akan berdenyut di sekitar gelombang Beta.
Yakni, sekitar 14 Hz.
Tapi, ketika mengalami kecemasan atau
rangsangan emosional, gelombang kesadaran kita akan melonjak ke gelombang
gamma.
Di atas 14 Hz sampai 100 Hz.
Di fase ini, tubuh sedang mengeluarkan
energi yang besar.
Dibarengi dengan berkurangnya kontrol
diri.
Semakin cemas, makin kehilangan kontrol diri.
Dan itu membahayakan diri sendiri.
Sebaliknya, ketika sedang dalam kondisi
rileks, gelombang kesadaran kita akan menurunkan frekuensinya menjadi gelombang
Alfa.
Yakni, dari 14 Hz menuju ke 8 Hz.
Di fase ini, memori dan kontrol diri
semakin baik.
Terus merileks sampai ke level Teta,
yakni di sekitar 4 Hz.
Di level Alfa - Teta itulah orang mengalami
kualitas kesadaran sangat baik.
Yang dalam agama disebut kondisi
khusyuk.
Disebut juga sebagai level bawah sadar.
Antara sadar dan tidak sadar.
Setengah sadar.
Yakni, suatu kondisi rileks di mana
tubuh terasa sangat nyaman.
Dan, memori otak menjadi sedemikian
tajam.
Di bawah Teta adalah gelombang Delta.
Yakni, gelombangnya orang tidur.
Berada di bawah 4 Hz sampai kisaran 0,1
Hz.
Di level ini, orang kehilangan
kesadarannya.
Karena tertidur.
Semakin rendah frekuensinya, semakin
pulas tidurnya.
Tetapi, saat itu, tubuh memunculkan
mekanisme recovery atau pemulihan kondisi.
Jika tubuh kita sedang kelelahan, maka
ketika orang bisa mencapai kondisi Delta, ia akan mengalami pemulihan, segar
kembali.
Kadang, rasa sakit juga bisa disembuhkan
dengan cara masuk ke fase Delta itu.
Hormon pertumbuhan dan peremajaan juga
bekerja di level ini.
Jadi, sungguh menarik membahas fenomena
ini.
Bahwa, tubuh kita memiliki sistem energi
yang mengambarkan kondisi kejiwaan sekaligus kesehatan.
Dan, secara spiritual memberi parameter
yang bisa dipelajari untuk meningkatkan kualitas ibadah kita.
“Wah, saya jadi ingin mencoba kamera
aura,” kata Pak Ateh.
Maka, pria bertubuh subur beranjak ke
ruang Klinik Aura.
Dan, mengukur kondisi kejiwaannya.
Secara foto maupun video.
Dari warna yang ditampilkan di layar
monitor.
Kita bisa tahu kondisi kejiwaan,
spiritual, dan beberapa parameter kesehatannya.
Kemudian memberi solusi, untuk
menyeimbangkan kembali sistem energi tubuhnya.
Karena, sesungguhnya Allah menciptakan
sistem tubuh manusia dalam keseimbangan.
Yang di dalam ilmu medis dikenal sebagai
homeostasis.
Ketika mekanisme homeostasis itu
seimbang maka orang pun berada dalam kondisi sehat lahir dan batin .
Al-Quran surah Al-Infithar (surah ke-82)
ayat 7.
الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ
Yang telah menciptakan
kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (sistem tubuh)mu seimbang,
(Sumber Agus Mustofa)

0 comments:
Post a Comment