Wednesday, August 4, 2021

10737. WAHYANA GURU SMP 4 PATUK GUNUNG KIDUL WASIT OLIMPIADE TOKYO 2021

 







WAHYANA GURU SMP 4 PATUK GUNUNG KIDUL WASIT OLIMPIADE TOKYO 2021

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Kisah Guru Olahraga  Gunungkidul Pimpin Final Bulu Tangkis Olimpiade 2020.

 

 

Wahyana, guru olahraga SMP Negeri 4 Patuk Gunungkidul.

 

Yang memimpin partai puncak cabor bulu tangkis tunggal putri di Olimpiade Tokyo 2021.

 

Masyarakat Indonesia bangga dengan sejumlah atlet Olimpiade Tokyo 2020.

 

Mulai Greysia Polii/Apriyani Rahayu.

 

Yang meraih Emas bulu tangkis nomor ganda putri.

 

Hingga Anthony Sinisuka Ginting.

 

Yang meraih medali Perunggu bulu tangkis nomor tunggal putra.

 

Ternyata, ada sosok yang tak kalah membanggakan.

 

Selain sederet atlet yang membawa panji Merah Putih di Olimpiade Tokyo 2020.

 

Dia pria asal Sleman bernama Wahyana.

 

Pria 54 tahun guru olahraga di SMP Negeri 4 Patuk Gunungkidul.

 

Ternyata memimpin partai puncak pertandingan bulu tangkis tunggal putrid, Senin (3/8) lalu.

 

Wahyana menjadi wasit pertandingan Chen Yufei dari China melawan Tai Tzu Ying asal Taiwan.

 

Pertandingan dimenangkan  Chen Yufei.

Memimpin partai final Olimpiade.

 

Ternyata cita-citanya mampu dituntaskan Wahyana.

 

Sebelum pensiun tahun depan.

 

"Kalau menurut saya event besar seperti Asean Games, Olimpiade.

 

Memang kenangan luar biasa.

 

Hampir semua wasit mendambakan bisa bertugas di Olimpiade.

 

Karena ini even tertinggi di dunia.

 

Dan tidak semua wasit bisa terpilih untuk tugas di Olimpiade," kata Wahyana.

 

Wahyana menjelaskan, tak mudah memimpin di Olimpiade.

 

Perjalanan panjang harus dilaluinya.

 

Untuk punya lisensi dari Badminton World Federation (BWF).

 

Sebagai syarat jadi pengadil kompetisi kelas atas.

 

 

Wahyana tidak mengawali karier sebagai wasit bulu tangkis.

 

Saat muda, ia pemain voli.

 

Cedera engkel memaksanya untuk mengakhiri karirnya.

 

"Karena cedera engkel. Dulu saya cedera engkel cukup lama.

 

Dan tidak sembuh-sembuh.

 

Dokter menyarankan untuk tidak melanjutkan di voli.

 

Karena voli sering lompat-lompat.

 

"Saya cedera tahun 1990-an.

 

Dan berhenti beberapa saat tidak olahraga.

 

Kok badannya tambah gemuk.

 

Atlet jika tak olahraga akan gemuk.

 

Nah teman-teman mengajak untuk gerak, ngajak badminton. Ceritanya begitu," tambah dia.

 

 

Pada 1998-2000, Wahyana mulai karier wasit bulu tangkis sebagai hakim garis.

 

Dia kemudian ikut di berbagai kompetisi level kabupaten.

 

Perlahan kariernya menanjak.

 

Akhirnya pada 2006, dirinya mulai go internasional.

"Saya menjadi wasit internasional mulai 2006.

 

Jadi saya termasuk wasit senior," ujarnya.

 

Wahyana menuturkan, Olimpiade bukan turnamen mayor pertamanya.

 

Dia telah bertugas di Sudirman Cup, PON, Thomas dan Uber Cup, SEA Games, Asian Games hingga Kejuaraan Dunia.

 

 Total ada 77 caps internasional dia kantongi sebagai pengadil.

 

"Hampir tiap saya tugas, 99 persen sampai final.

 

Maksudnya gini.

 

Saya caps internasionalnya 77 atau 78 turnamen.

 

Di seluruh dunia.

 

Dari 77-78 itu 99 persen saya tugasnya sampai final," kata Wahyana.

 

Pria berdomisili di Kecamatan Godean, Sleman.

 

Dari 26 wasit di Olimpiade Tokyo 2020, hanya dia yang berasal dari Indonesia.

 

Dia termasuk salah satu yang terbaik.

 

Sebab 5 partai puncak memang dipimpin 5 wasit terbaik.

 

 

Memimpin pertandingan atlet antar negara jadi pengalaman menarik.

 

Tidak semua atlet paham bahasa Inggris.

 

 

Namun bahasa tubuh salah satu bahasa paling efektif dalam olah raga.

 

 

"Tidak semua pemain bisa bahasa Inggris.

 

Tapi jika tak jelas.

 

Kita bisa pakai gesture.

 

Jadi gerakan tubuh atau memakai tangan.

 

Memberi sinyal ingin seperti ini.

 

Soal aturan, kami sudah dibekali dan menguasai peraturan.

 

Jarang ada kendala itu," katanya.

 

 

"Memang komunikasi kepada pemain yang tidak paham bahasa lnggris.

 

Terkadang harus pakai cara lain.

 

Agar pemain bisa tahu," tambah dia.

 

Wahyana pernah memimpin pertandingan mega bintang itu.

 

Yaitu Lee Chong Wei dan Lin Dan.

 

Memimpin partai pebulu tangkis asal China dan Malaysia itu butuh konsentrasi ekstra.

 

Jangan sampai berkedip di waktu yang tepat.

 

Karena butuh konsentrasi tinggi.

 

"Kalau untuk perorangan yang sangat berkesan.

 

Saat jadi wasit Lee Chong Wei lawan Lin Dan.

 

Itu sama-sama punya kualitas  luar biasa.

 

Jadi butuh konsentrasi luar biasa juga," ceritanya.

 

Pria yang mengidolai Taufik Hidayat itu berharap.

 

Para juniornya di dunia wasit bisa mengikuti jejaknya.

 

Tidak boleh hanya menjadi wasit di level nasional saja.

 

 

"Saya juga pengurus pusat PBSI bidang perwasitan.

 

Saya punya program untuk mencetak wasit muda berkualitas.

 

Karena apa?

 

Wasit yang ada sekarang.

 

Meskipun sudah sertifikat nasional.

 

Tapi kemampuan bahasa Inggris-nya itu sangat kurang," katanya.

 

Wahyana kerap keliling daerah memberi penataran.

 

Berharap selain kualitas.

 

Wasit yang muncul harus dengan bekal bahasa Inggris.

 

Sehingga tinggal mengasah kemampuan praktik saja.

 

 

"Jika sudah punya kemampuan praktik yang bagus.

 

Dan  kemampuan bahasa Inggris yang bagus.

 

 Jika ada kesempatan ujian ke tingkat Asia dan tingkat dunia.

 

Tidak ada kendala," pungkas dia.


(Sumber kumparan.com)

 

0 comments:

Post a Comment