HUKUM ASALNYA SEMUA
BOLEH SELAIN YANG DIHARAMKAN
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
Dasar pertama yang
ditetapkan ajaran Islam.
Yaitu segala sesuatu
yang diciptakan oleh Allah.
Hukumnya adalah halal
dan mubah (boleh).
Tidak ada satu pun
yang haram.
Kecuali ada ketentuan
haram yang sah dan jelas.
Dari Allah dan
Rasulullah.
Jika
tidak ada ketentuan yang sah dan tegas.
Misalnya
ada sebagian hadis daif (lemah).
Atau
tidak ada hukum tegas dan sahih.
Yang
menunjukkan haramnya.
Maka
hukumnya mubah (boleh).
Segala
sesuatu asalnya mubah (boleh).
Dan tidak terlarang.
Al-Quran surah
Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 29.
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ
اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dia Allah,
yang menjadikan segala yang ada di bumi untukmu dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Al-Quran surah
Al-Jatsiyah (surah ke-45) ayat 13.
7. وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ
لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan Dia menundukkan untukmu
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat)
daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum berpikir.
Al-Quran surah
Lukman (surah ke-31) ayat 20.
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ
ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ
عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ
Tidakkah kamu
perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit
dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan
batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa
ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
Allah menjadikan alam
semesta.
Dan semua isinya.
Sebagai nikmat untuk
manusia.
Kecuali beberapa hal
yang diharamkan oleh Allah.
Dengan sebab yang
dijelaskan nantinya.
Dalam agama
Islam.
Wilayah halal dan
boleh.
Terbentang sangat
luas.
Dan wilayah haram.
Sangat sempit.
Aturan tegas dan
jelas.
Tentang hal yang
haram.
Jumlahnya sangat
minim.
Dan hal yang
tidak ada keterangan halal dan haramnya.
Maka termasuk dalam
hukum asalnya.
Yaitu mubah (boleh).
Rasulullah bersabda,
”Apa saja yang Allah halalkan.
Maka menjadi halal.
Dan apa saja yang
diharamkan.
Maka menjadi haram.
Sedangkan apa yang
didiamkan.
Maka boleh.
Karena itu.
Terimalah pengampunan
dari Allah.
Sesungguhnya Allah
tidak bakal lupa sedikit pun."
Kemudian Rasulullah
membaca ayat:
Dan Tuhanmu
tidak lupa.
Al-Quran surah Maryam
(surah ke-19) ayat 64.
وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُ مَا
بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ
نَسِيًّا
Dan tidaklah kami
(Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada
di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di
antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.
Masalah halal
dan haram.
Bukan hanya menyangkut
benda.
Tapi juga termasuk
muamalah (perbuatan).
Yaitu yang bukan
ibadah.
Pokok
asalnya adalah tidak haram dan tidak terikat.
Kecuali sesuatu yang
tegas haram oleh Allah dan Rasulullah.
Al-Quran
surah Al-An’am (surah ke-6) ayat 119.
17. وَمَا
لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ
لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ ۗ وَإِنَّ
كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ
أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ
Mengapa kamu tidak mau memakan
(binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya,
padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali
apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia)
benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia yang lebih mengetahui orang-orang yang
melampaui batas.
Ayat ini
bersifat umum.
Meliputi makanan,
perbuatan.
Dan lainnya.
Dalam masalah
ibadah.
Harus sesuai perintah
Allah dan Rasulullah.
Dilarang membuat model
ibadah sendiri.
Rasulullah
bersabda,
”Barang siapa membuat
cara baru dalam urusan kami.
Dengan sesuatu yang
tidak ada contohnya.
Maka dia itu
tertolak."
Dalam masalah ibadah,
tercermin 2 hal yaitu:
1. Hanya Allah saja yang
berhak disembah.
2. Untuk menyembah Allah.
Hanya
dapat dilakukan menurut cara syariat Rasulullah.
"Sesungguhnya
sikap manusia dalam bentuk perkataan dan perbuatan.
Terbagi 2 macam,
yaitu:
1. Beribadah untuk
agamanya.
2. Adat kebiasaan untuk
urusan dunianya.”
Al-Quran surah
Asy-Syura (surah ke-42) ayat 21.
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ
يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ
وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Apakah mereka punya
sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentu
mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang zalim akan memperoleh
azab amat pedih.
Dalam masalah adat
kebiasaan.
Prinsipnya semuanya
boleh.
Dan tidak terlarang.
Kecuali yang haram.
Manusia boleh melakukan jual-beli dan sewa-menyewa.
Makan minum sesuka
hatinya.
Selama tidak haram.
Kesimpulannya.
1. Dalam masalah ibadah
harus sesuai syariat Allah.
2. Dalam adat kebiasaan
semuanya boleh.
Kecuali yang
diharamkan oleh Allah dan Rasulullah.
Daftar Pustaka.
1. Qardhawi, Syekh
Muhammad Yusuf Qardhawi. Halal dan Haram dalam Islam. Alih bahasa: H. Mu'ammal
Hamidy. Penerbit: PT. Bina Ilmu, 1993
2. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment