KOMPLEKSNYA MANUSIA
(Seri ke-1)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang makhluk yang bernama
manusia menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
1. Kata “manusia” (menurut KBBI V) dapat
diartikan “makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain)”, dan
“insan”, sedangkan kata “kompleks” dapat diartikan “himpunan kesatuan”,
“kelompok”, dan “mengandung beberapa unsur yang pelik.”
2. Para ahli menjelaskan tentang kesukaran
yang dihadapi dalam mempelajari hakikat makhluk hidup, terutama manusia, karena
ilmu pengetahuan tentang makhluk hidup secara umum dan manusia khususnya belum
mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan
lainnya.
3. Sebenarnya manusia telah mencurahkan
perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, tetapi manusia
hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita dan tidak
mengetahui manusia secara utuh.
4. Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia
terdiri atas bagian-bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi
menurut tata cara kita sendiri.
5. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan
yang diajukan oleh orang yang mempelajari manusia kepada diri mereka sendiri,
hingga kini masih tetap tanpa jawaban.
6. Beberapa penyebab keterbatasan
pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri adalah berikut ini.
a. Ke-1, pembahasan tentang masalah manusia
terlambat dilakukan, karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju kepada
penyelidikan tentang alam materi.
Pada zaman primitif,
nenek moyang kita disibukkan untuk menundukkan dan menjinakkan alam sekitarnya,
seperti upaya membuat senjata untuk melawan binatang buas, penemuan api,
pertanian, peternakan, dan sebagainya, sehingga mereka tidak mempunyai waktu
luang untuk memikirkan diri mereka sebagai manusia.
Pada Zaman Kebangkitan
(Renaisans) ketika para ahli tergiur oleh penemuan teknologi baru mereka yang
menghasilkan keuntungan material, dan menyenangkan masyarakat umum, karena
penemuan tersebut mempermudah dan memperindah kehidupan ini.
b. Ke-2, ciri khas akal manusia yang lebih
cenderung untuk memikirkan hal-hal yang tidak kompleks, karena sifat akal
manusia seperti yang dinyatakan oleh para ahli, sehingga tidak mampu mengetahui
hakikat hidup.
c. Ke-3, multikompleksnya masalah manusia,
karena kepribadian manusia yang sangat kompleks, sehingga sulit dijelaskan oleh
manusia sendiri.
7. Para ulama berpendapat bahwa pengetahuan
tentang manusia yang demikian itu, karena manusia adalah satu-satunya makhluk
yang dalam unsur penciptaannya terdapat roh Allah, sedangkan manusia hanya
sedikit diberikan ilmu pengetahuan tentang roh.
8. Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat
85.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah,”Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
9. Para ulama menjelaskan bahwa satu-satunya
cara untuk memahami dan mengenal dengan baik tentang manusia adalah dengan
merujuk kepada wahyu Allah agar kita dapat menemukan jawabannya.
10. Untuk maksud tersebut tentu tidak cukup
dengan hanya merujuk kepada beberapa ayat, tetapi seharusnya merujuk kepada
semua ayat Al-Quran atau paling tidak ayat-ayat pokok yang berbicara tentang
masalah yang dibahas.
11. Dengan mempelajari konteksnya
masing-masing, dan mencari penguatnya dengan penjelasan Rasul, serta hakikat
ilmiah yang telah mapan, dan cara ini dikenal dalam disiplin ilmu Al-Quran
dengan metode “maudhui” (tematik).
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment