Friday, October 19, 2018

1137. KEBANGSAAN


KEBANGSAAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang makna kebangsaan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Kata “bangsa” (menurut KBBI V) bisa diartikan “kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri”, “golongan manusia, binatang, atau tumbuhan yang mempunyai asal usul dan sifat khas yang sama”, “macam”, “jenis”, “kedudukan (keturunan) mulia (luhur)”, “jenis kelamin, dan “kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan menenpati wilayah tetentu di muka bumi”.
2.    Sedangkan “kebangsaan” adalah “ciri-ciri yang menandai golongan bangsa”, “perihal bangsa”, “mengenai (yang bertalian dengan) bangsa”, “kedudukan (sifat) sebagai orang mulia (bangsawan)”, dan “kesadaran diri sebgai warga dari suatu negara”.
3.    Para ulama berbeda pendapat tentang unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk menamakan suatu kelompok manusia bisa disebut sebagai bangsa, dan berlainan pendapat tentang ciri mutlak yang harus dipenuhi guna terwujudnya sebuah bangsa atau kebangsaan, hal ini menimbukan kesulitan dalam upaya memahami pandangan Al-Quran tentang paham kebangsaan.
4.    Para ulama berpendapat bahwa paham kebangsaan belum dikenal ketika Al-Quran turun, karena paham kebangsaan baru muncul dan berkembang di Eropa sejak akhir abad ke-18, kemudian menyebar ke seluruh dunia Islam.
5.    Keterikatan terhadap tanah air, adat istiadat leluhur, dan pemimpin setempat telah menghiasi jiwa umat manusia sejak zaman dahulu, tetapi paham kebangsaan atau “nasionalisme” dengan pengertiannya yang lumrah, baru dikenal pada akhir abad ke-18.
6.    Napoleon adalah orang yang pertama kali memperkenalkan paham kebangsaan kepada umat Islam dalam ekspedisinya ke Mesir, kemudian setelah Revolusi tahun 1789, maka Perancis adalah salah satu negara besar yang berusaha melebarkan pengaruhnya.
7.    Mesir adalah salah satu wilayah yang diincar oleh Perancis, yang ketika itu Mesir dikuasai oleh para “Mamluk” yang berada di bawah naungan kekhalifahan Utsmani, meskipun para pemimpin Mesir itu beragama Islam, tetapi mereka berasal dari keturunan orang-orang Turki.
8.    Napoleon mempergunakan sisi ini untuk memisahkan rakyat Mesir dengan para pemimpinnya yang merupakan keturunan orang Turki, dengan menyatakan bahwa orang-orang Mamluk adalah orang asing yang tinggal di Mesir.
9.    Napoleon memperkenalkan istilah “al-Ummat al-Mishriyah” yang artinya “umat Mesir”, kemudian istilah baru ini mendampingi istilah yang telah sangat dikenal, yaitu “al-Ummah al-Islamiyah” yang artinya “umat Islam”.
10. “Al-Ummah Al-Mishriyah” diartikan sebagai “bangsa Mesir”, kemudian dalam perkembangan selanjutnya maka lahirlah “ummat-ummat” yang lain, atau bangsa-bangsa yang lain.
11. Kemudian timbul pertanyaan, “Apakah Al-Quran ketika menunjukkan konsep bangsa atau kebangsaan memakai kata “sya'b”, “qaum”, atau “ummat”?
12. Kata “qaum” dan “qaumiyah” sering dipahami dengan arti “bangsa” dan “kebangsaan’, dan orang Arab sekarang ini menyebutkan “Kebangsaan Arab” dengan istilah “Al-Qaumiyah Al-'Arabiyah”, sedangkan Pusat Bahasa Arab Mesir pada 1960, menerjemahkan “bangsa” dengan kata “ummah”.

13. Al-Quran surah Al-Hujurat (surah ke-49) ayat 13, kata “syaab” diterjemahkan sebagai “bangsa” oleh Departemen agama RI.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

     Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antaramu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
14. Sebagian ulama berpendapat bahwa kata “qaum” ditemukan dalam Al-Quran sebanyak 322 kali, dan ayat Al-Quran menyatakan Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, maka Al-Quran mendukung paham kebangsaan, serta para Nabi menyeru masyarakatnya dengan, “Ya Qaumi” yang artinya “Wahai kaumku” atau “Wahai bangsaku”, meskipun mereka tidak beriman.

15. Al-Quran surah Hud (surah ke-11) ayat 63.

قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَآتَانِي مِنْهُ رَحْمَةً فَمَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ عَصَيْتُهُ ۖ فَمَا تَزِيدُونَنِي غَيْرَ تَخْسِيرٍ

      Shaleh berkata, “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apa pun kepadaku selain daripada kerugian”.

16. Al-Quran surah Hud (surah ke-11) ayat 78.

وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ ۚ قَالَ يَا قَوْمِ هَٰؤُلَاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي ۖ أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ

      Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Lut berkata, “Hai kaumku, inilah putri-putri (negeri) ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama) ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?”

17. Al-Quran surah Hud (surah ke-11) ayat 84.

۞ وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ وَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ ۚ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ

      Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syuaib, dia berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat).”

18. Al-Quran surah Al-Furqan (surah ke-25) ayat 30.

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا

      Berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini suatu yang tidak diacuhkan”.
19. Kata “qaum” terambil dari kata “qiyam” yang artinya “berdiri” atau “bangkit”, kata  “qaum” agaknya dipergunakan untuk menunjukkan sekumpulan manusia yang bangkit untuk berperang membela sesuatu, maka kata “qaum” pada awalnya hanya digunakan untuk lelaki, bukan perempuan.

20. Al-Quran surah Al-Hujurat (surah ke-49) ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

    Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
21. Kata “sya'b” hanya sekali ditemukan dalam Al-Quran, dan berbentuk plural, pada mulanya mempunyai dua makna, yaitu “cabang” dan “rumpun”, sebagian ulama memahami kata “sya'b” dengan arti “kelompok non-Arab, sama dengan “qabilah” untuk suku-suku Arab.
22. Kesimpulannya, para ulama berpendapat bahwa Islam tidak perlu dipertentangkan dengan paham kebangsaan, karena Nabi Muhammad menyeru masyarakat dengan, “Wahai kaumku”, “Wahai seluruh manusia”, dan “Wahai orang-orang yang beriman”.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment