Wednesday, March 11, 2020

3824. MEMAHAMI TAKDIR


MEMAHAMI TAKDIR
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM
1.    Muawiyah bin Abi Sufyan menggantikan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
2.    Muawiyah bin Abi Sufyan menulis surat kepada sahabat Nabi (Mughirah bin Syu’bah) menanyakan, “Apakah doa yang dibaca Rasulullah setiap selesai salat?"
3.    Jawabannya Rasulullah berdoa,”Tidak ada tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Wahai Allah tidak ada yang mampu menghalangi apa yang engkau beri, tidak ada yang mampu memberi apa yang Engkau halangi, dan tidak berguna upaya yang bersungguh-sungguh, karena semua bersumber dari-Mu”.

4.    Doa ini dipopulerkan Muawiyah bin Abu Sufyan untuk memberikan kesan segala sesuatu telah ditentukan Allah, dan tidak ada usaha manusia sedikit pun.
1)    Kebijakan memopulerkan doa ini, dinilai sebagian ulama sebagai bertujuan politis.
2)    Dengan doa itu para penguasa Dinasti Umayah melegitimasi kesewenangan pemerintahan mereka, sebagai kehendak Allah.

5.    Sebagian ulama menolak pandangan tersebut.
1)    Secara sadar atau tidak mengumandangkan pernyataan “la qadar” (tidak ada takdir), karena manusia bebas berbuat apa saja.
2)    Allah telah menganugerahkan kepada manusia kebebasan memilih dan memilah.
3)    Mengapa manusia harus dihukum kalau dia tidak memiliki kebebasan itu?
4)    Allah sendiri menegaskan, “Siapa yang ingin beriman silakan beriman, siapa yang ingin kafir, silakan kafir.”
5)    Al-Quran surah Al-Kahfi (surah ke-18) ayat 29.
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا

Dan katakan,”Kebenaran datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah dia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim  neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
6)    Menurut ayat Al-Quran tersebut, semua manusia akan bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri.

6.    Tetapi pandangan ini disanggah oleh ulama yang lain.
1)    Hal ini mengurangi kebesaran dan kekuasaan Allah, karena Allah Maha Kuasa dan yang menciptakan manusia dan yang dilakukannya.

2)    Al-Quran surah Ash-Shaffat (surah ke-37) ayat 96.
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
         Padahal Allah Yang Menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat itu.

3)    Al-Quran surah Al-Insan (surah ke-76) ayat 30.
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

      Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.

7.    Sebagian ulama berpendapat ayat Al-Quran ini menjelaskan Allah yang menciptakan semua perbuatan manusia dan semua yang kehendaki oleh manusia tidak dapat dapat terlaksana, jika Allah tidak menghendaki.
8.    Demikian perdebatan para ulama yang semuanya berpedoman kepada Al-Quran.
9.    Bagaikan banyak orang mencintai si Cantik, tetapi si Cantik sendiri tidak mengenal mereka.
10. Perbedaan pendapat tersebut didukung oleh penguasa yang ingin mempertahankan kedudukannya.
11. Dipersubur oleh kebodohan dan terbelakangan umat dalam berbagai bidang.
12. Sehingga meluaslah paham takdir dalam 2 pengertian di atas, yaitu:
1)    Semuanya ditentukan oleh Allah, dan tidak ada usaha manusia sedikit pun.
2)    Semuanya bebas dan ditentukan manusia sendiri, Allah tidak terlibat apa pun.

13. Padahal Rasulullah dan para sahabat utama, tidak pernah mempersoalkan takdir sebagaimana dipahami oleh sebagian ulama tersebut.
14. Rasulullah dan para sahabat yakin sepenuhnya tentang takdir Allah menyentuh semua makhluk termasuk manusia.
15. Tetapi keyakinan ini tidak menghalangi mereka untuk bekerja keras dan berjuang untuk memperoleh sesuatu.
16. Ketika kalah dan gagal, mereka tidak menimpakan kesalahan kepada Allah.
17. Sikap Rasulullah dan para sahabat tersebut muncul, karena memahami ayat Al-Quran secara keseluruhan dan utuh.
18. Bukan memahami secara parsial ayat per ayat, atau sepotong-sepotong yang terlepas dari konteksnya.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online

Related Posts:

  • 479. BAHASAPERKEMBANGAN BAHASA Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentan… Read More
  • 479. BAHASAPERKEMBANGAN BAHASA Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentan… Read More
  • 480. MATSURMETODE TAFSIR BIL MA’TSUR Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijel… Read More
  • 479. BAHASAPERKEMBANGAN BAHASA Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentan… Read More
  • 479. BAHASAPERKEMBANGAN BAHASA Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentan… Read More

0 comments:

Post a Comment