Monday, March 2, 2020

4773. TAFSIR NALAR AL-QURAN


TAFSIR NALAR AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1.    Metode ialah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.
2.    Tafsir adalah keterangan (penjelasan) ayat Al-Quran agar maksudnya lebih mudah dipahami.
3.    Metodologi tafsir Al-Quran ialah uraian tentang metode dalam penafsiran Al-Quran.
4.    Metode penalaran tafsir Al-Quran adalah suatu metode yang menafsirkan ayat Al-Quran dengan mengandalkan nalar.
5.    Nalar atau akal budi adalah berpikir logis untuk mempertimbangan sesuatu baik atau buruk
6.    Terdapat 2 metode penalaran tafsir Al-Quran paling populer yaitu:
1)    Metode tahlili.
2)    Metode maudhui.

A.   Metode tafsir tahlili.
1.    Metode tafsir tahlili adalah metode tafsir yang mufasirnya menjelaskan kandungan ayat Al-Quran dari aneka sudut dengan memperhatikan runtutan ayat Al-Quran seperti tercantum dalam urutan mushaf.
2.    Mufasir menguraikan arti kosakata, asbabun nuzul, munasabah, dan lainnya yang berkaitan dengan teks atau kandungan ayat Al-Quran.
3.    Metode ini sangat luas, tetapi tidak menyelesaikan suatu pokok bahasan.
4.    Sering suatu pokok bahasan dalam ayat Al-Quran diuraikan kelanjutannya pada ayat lain.
5.    Metode ini digunakan sebagai upaya meletakkan dasar rasional bagi pemahaman kemukjizatan Al-Quran.
6.    Mukjizat Al-Quran ditujukan kepada orang yang tidak percaya kepada Al-Quran.
7.    Hal ini dapat dibuktikan dengan rumusan definisi mukjizat yang berisi tantangan kepada orang yang tidak mempercayai Al-Quran.
8.    Teks ayat Al-Quran yang berbicara tentang keluarbiasaan Al-Quran yang selalu dimulai dengan kalimat “Inkuntum fi raib” atau “Inkuntum shadiqin”.
9.    Al-Quran menantang siapa pun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al-Quran secara keseluruhan.
10. Al-Quran surah Ath-Thur (surah ke-52) ayat 32-34.
أَمْ تَأْمُرُهُمْ أَحْلَامُهُمْ بِهَٰذَا ۚ أَمْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ
أَمْ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُ ۚ بَلْ لَا يُؤْمِنُونَ

فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ

      Apakah mereka diperintah pikiran untuk mengucapkan tuduhan atau mereka kaum yang melampaui batas? Atau mereka mengatakan,”Muhammad membuat-buatnya". Sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Quran, jika mereka orang-orang yang benar.

11. Al-Quran menantang menyusun 10 surah semacam Al-Quran.
12. Al-Quran surah Hud (surah ke-11) ayat 13.
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

      Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat Al-Quran. Katakan,”Kalau demikian, maka datangkan 10 surah yang dibuat untuk menyamainya, dan panggil orang yang kamu sanggup, selain Allah jika kamu memang orang-orang yang benar”.  

13. Al-Quran menantang menyusun 1 surah saja semacam Al-Quran.
14. Al-Quran surah (surah ke-10) ayat 38.

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
      Atau patutkah mereka mengatakan, “Muhammad membuatnya.” Katakan, “Kalau benar yang kamu katakan itu, maka coba datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggil siapa saja yang dapat kamu panggil untuk membuatnya selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”

15. Al-Quran menantang untuk menyusun sesuatu yang mirip dengan satu surah Al-Quran.
16. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 23.

     وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
17. Al-Quran surah Al-Ira’(surah ke-17) ayat 88.

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Katakan,”Sesungguhnya apabila manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Quran, niscaya mereka tidak dapat membuat yang serupa, meskipun mereka saling membantu”.

B.   Kelemahan metode tafsir tahlili.
1.    Jika tujuan penggunaan metode tahlili untuk meletakkan dasar rasional bagi pemahaman kemukjizatan Al-Quran, maka masalah tersebut tidak  mendesak.
2.    Metode ini menghasilkan pandangan parsial dan  kontradiktif dalam kehidupan umat Islam.
3.    Kadang para penafsir menggunakan metode ini hanya berusaha menemukan dalil untuk membenarkan pendapatnya dengan ayat Al-Quran.
4.    Metode ini tidak mampu memberikan jawaban tuntas terhadap masalah yang dihadapi.
5.    Tidak banyak memberikan pagar metodologis yang dapat mengurangi subjektivitas mufasirnya.
6.    Kelemahan lain adalah tafsirnya dirasakan mengikat generasi berikut.
7.    Mungkin karena sifat penafsirannya amat teoretis, tidak sepenuhnya mengacu penafsiran masalah khusus yang dialami masyarakat.
8.    Uraiannya bersifat teoretis dan umum, yang bisa mengesankan pandangan Al-Quran untuk setiap waktu dan tempat adalah sama.

C.   Metode tafsir maudhui.
1.    Metode tafsir mudhui adalah metode yang mengharuskan penafsir berupaya menghimpun ayat Al-Quran dari berbagai surah yang berkaitan dengan suatu topik tertentu.  
2.    Kemudian, penafsir membahas dan menganalisis kandungan ayat Al-Quran tersebut, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
3.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2.
4.    TafsirWeb.online.



Related Posts:

0 comments:

Post a Comment