GUA BAHA TOLERANSI BUTUH ILMU
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
Sikap Toleransi Butuh Ilmu yang Cukup.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengatakan.
Kunci sikap toleransi adalah punya referensi
ilmu yang cukup.
Gus Baha dalam Halal bi Halal KJRI Frankfurt
yang digelar virtual.
Yang diikuti seluruh organisasi masyarakat
Islam di wilayah kerjanya.
Termasuk Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul
Ulama (PCINU) Jerman, Ahad (6/6).
"Pikiran saya sederhana.
Ilmu itu melahirkan sikap.
Jika punya referensi yang cukup tentang
toleransi.
Maka kita hidup di mana saja tetap bisa toleransi.”
Dalam acara dengan tema Halal bi Halal Meningkatkan
Persatuan Internasional dan Antarumat Beragama.
“Dengan sifat toleransi, akan membuat orang bisa hidup di lintas negara,
agama dan komunitas.”
Umat lslam tidak boleh memerangi umat
beragama lain.
Karena konteksnya tidak dalam suasana perang.
Adapun pihak yang boleh diperangi.
Yaitu orang yang memerangi kita.
Seperti zaman penjajahan Jepang dan Belanda
di Indonesia.
Saat kondisi damai atau perang ada konteks
rasionalnya.
Ayatnya jelas.
Orang yang kita benci, bisa saja nanti
ditakdirkan Allah jadi orang yang kita cintai.
Al-Quran surah Al-Mumtahanah (surah ke-60) ayat 7.
۞ عَسَى اللَّهُ أَنْ
يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُمْ مِنْهُمْ مَوَدَّةً ۚ
وَاللَّهُ قَدِيرٌ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Semoga Allah menimbulkan kasih sayang antara kamu dengan orang
yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah Maha Kuasa. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Referensi ilmu tentang toleransi cukup banyak
dalam Islam.
Seperti kisah orang Yahudi yang minta tolong
kepada Siti Aisyah.
Setelah ditolong, ia mendoakan agar Aisyah
selamat dari siksa kubur.
Meskipun beda agama.
Jika hal itu benar, maka tetap dibenarkan.
Kaidah dalam interaksi beda agama.
Yaitu jangan bilang: iya semua.
Dan jangan bilang: tidak semua.
Tapi sesuaikan dengan referensi ajaran Rasulullah.
Misalnya, Abdullah bin Umar memasak daging
kambing.
Kemudian menyuruh pembantunya.
Agar sebagian daging itu dibagikan kepada tetangga
beragama Yahudi.
Pembantu bertanya alasan Ibnu Umar memberi daging kepada
tetangga Yahudi.
Ibnu Umar menjelaskan bahwa itu ajaran
Rasulullah untuk memuliakan tetangga.
Pada suatu hari, Nabi Ibrahim kedatangan tamu
orang beragama Majusi.
Tapi Nabi Ibrahim tidak mau memberi makan
kepada orang yang tidak beragama Islam.
Orang Majusi umur 50 tahun itu pergi.
Tak lama kemudian, Nabi Ibrahim ditegur Allah.
Allah berfirman,
“Aku memberi makan dia selama 50 tahun saja,
tidak ada syarat apa pun.
Tapi kamu sehari saja sudah minta syarat.”
Setelah ditegur.
Nabi Ibrahim mengejar Majusi dan memberinya
makan.
“Kisah seperti ini.
Bisa menolong siapa pun dalam komunitas
internasional.
Agar punya referensi dalam bersikap, "
tandas Gus Baha.
(Sumber NUonline)
0 comments:
Post a Comment