NASIHAT ORANG TUA ZAMAN DULU
Oleh:Drs. H. M. Yusron
Hadi, M.M.
Nasihat orang tua zaman dulu tentang perbuatan baik, yaitu:
1.
Perbuatan baik sering dilakukan
dalam periode panjang.
2.
Perbuatan baik tetap dikerjakan saat
ramai atau sepi.
Orang tua dulu menitipkan hal
itu.
Agar kita bisa mengetahui 'kebijaksanaan
hati'.
Wasiat ini menarik untuk
dipikirkan.
Jangan sedih jika ada orang lain menuduh
kita pamer dan ria.
Karena ada 2 cara yang bisa
membantu membungkamnya.
Cara ini efektif menetralisir
'penghakiman' orang lain.
1.
Perbuatan baik sering dilakukan
dalam periode panjang.
Misal, kita memberi sedekah kepada
orang miskin.
Tidak masalah direkam,
divideokan, lantas diposting.
TAPI, ini syarat pentingnya:
lakukan itu sering-sering.
Misal tiap hari donasi kepada orang
miskin.
Yaitu selama 10 tahun ke depan.
Tidak pernah luput sehari pun, terus saja
dilakukan.
Dijamin, pada satu titik, kita
benar tiba pada pemahaman terbaiknya.
Yaitu 365 hari kali 10 tahun.
Btu berarti 3650 kali kita
lakukan donasi, video, posting.
Sedekah, video, posting.
Terus begitu. Lakukan tanpa
henti.
Karena sering dilakukan, dalam
periode panjang.
Kita benar menguji diri sendiri
memang tidak pamer.
Kenapa harus tiap hari?
Karena namanya juga kebiasaan,
harus setiap hari.
Makan dan minum tiap hari kita
tidak bosan.
Kita suka salat tahajud (atau
ibadah lain), lantas kita videokan.
Boleh, silahkan posting di akun
medsos.
Jangan cemas dibilang pamer, dll.
Tapi syarat pentingnya:
Dilakukan tiap malam.
Selama 10 tahun ke depan.
Terus tiap malam, salat tahajud,
videokan, posting, salat, videokan, posting, terus....
Persis di akhir tahun ke-10.
Hal itu benar2 bisa menginspirasi
orang lain.
Ingat apa kata kuncinya?
Sering.
Terus-menerus.
Dalam periode panjang.
Jangan cuma sekali.
Karena kalau cuma sekali, orang
lain juga bisa.
Setelah genap 10 tahun, jangan
berhenti, teruskan.
Hingga kita akhirnya meninggal.
WAH, itu akan fantastis
mengharukan sekali.
Yang awalnya donasi hanya utk
konten, tahajud hanya untuk konten.
Akhirnya keterusan sampai 10
tahun.
Akhirnya keterusan dilakukan
sampai mati, setiap malam dilakukan.
Kalau sudah begini, tidak akan
ada lagi orang nyinyir kepada kita.
2.
Perbuatan baik tetap dikerjakan saat
ramai atau sepi.
Selain sering dilakukan.
Cara lain menguji dan
menetralisir soal pamer dan ria ini?
'Lakukan saat ramai, pun lakukan
saat sepi.'
Sederhana juga.
Misal, jika kita sudah 10 tahun.
Tiap hari sedekah kepa orang
miskin.
Lantas direkam, divideokan, dan
diposting.
Maka tiba latihan berikutnya.
Diam2, kita juga melakukan selama
10 tahun.
Diam-diam membantu orang2 miskin,
donasi.
Dan kali ini tidak pakai direkam,
divideokan.
Artinya, ada 3650 kali divideokan.
Dan ada 3650 kali tidak
divideokan.
Jika ada yang mau nyinyir ke kita.
Dalam hati kita bisa tersenyum
lapang,
"Ah, kamu sih tidak tahu.
Saya juga 3650 kali sudah donasi
diam-diam."
Jangan terbalik.
Ini diam-diam tidak pernah
dilakukan.
Donasi juga baru hitungan jari
berapa kalinya.
Sudah divideokan, diposting,
hebohnya segalaksi bima sakti.
Jika kita bisa melakukan 2 hal
ini.
Maka hati akan tenang.
Kita tidak peduli dengan
penilaian orang lain saat berbuat baik.
Karena kita telah 'terbang
mengangkasa' menyentuh pemahaman tertingginya.
Kita telah teruji.
Tapi jika kesal, membela diri,
apalagi sampai marah2.
Padahal orang lain hanya
menasihati jangan pamer.
Artinya masih 'terbenam di bumi'.
(Sumber Tere Liye)
0 comments:
Post a Comment