MENYESAL SAAT ASAR SEBAB HAMPIR GAME OVER
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Al-Quran surah Al-Ashri (surah ke-103) ayat 1-3.
وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ
Demi
masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati
supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.
Allah memulai Al-Quran surah Al-Ashri (surah ke-103)
ayat 1-3.
Dengan bersumpah,
“Wal ashr” (Demi masa).
Ayat ini untuk membantah sebagian orang.
Yang menyalahkan waktu.
Saat gagal dalam pekerjaannya.
Para ulama berpendapat.
Bahwa tidak ada yang disebut “waktu sial” dan “waktu
mujur”.
Yang berpengaruh adalah kebaikan dan keburukan.
Hasil usaha dan pekerjaan seseorang yang
dikerjakannya sendiri.
Allah bersumpah dengan kata “ashr”.
Yang arti harfiahnya adalah “memeras sesuatu.
Sehingga ditemukan hal yang paling tersembunyi padanya”.
Demi waktu adalah saat manusia mencapai hasilnya.
Setelah memeras tenaga dan pikirannya.
Apa pun hasilnya.
Manusia tidak akan merugi.
Jika dia beriman dan beramal saleh.
Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Kerugian akan disadari setelah “waktu berlalu”.
Ketika seorang manusia mendekati “waktu Asar”.
Yakni sewaktu mendekati berakhirnya kehidupan
seseorang.
Waktu Asar adalah waktu matahari akan terbenam.
Allah mengaitkan kerugian manusia dengan kata
“ashr”.
Untuk menunjuk “waktu secara umum”.
Allah mengisyaratkan.
Bahwa penyesalan dan kerugian selalu datang
kemudian.
Kata “khusr” punya banyak arti.
Misalnya “rugi”,
“sesat”, “celaka”, “lemah”, dan
sebagainya.
Yang semuanya mengarah kepada “makna negative.
Yang tidak disenangi siapa pun”.
Kata “khusr” dalam Al-Quran surah Al-Ashri (surah
ke-103) ayat 1-3.
Berbentuk
“indefinitif” (nakirah).
Karena memakai “tanwin”.
Sehingga dibaca “khusrin”.
Bunyi “in” itu
yang disebut “tanwin”.
Bentuk “indefinitif” atau bunyi “in”.
Yang ada pada kata “kusrin”.
Artinya “keragaman
dan kebesaran”.
Kata “khusr” harus dipahami sebagai “kerugian”,
“kesesatan”.
Atau “kecelakaan besar”.
Kata “fi” dalam bahasa Indonesia.
Biasanya diterjemahkan dengan “di”.
Misalnya seseorang berkata,
”Baju di lemari atau uang di saku”.
Tentunya yang dimaksudkan.
Bahwa baju berada “di dalam” lemari.
Dan uang berada “di dalam” saku.
Yang tergambar dalam benak kita.
Yaitu “seluruh bagian baju telah berada di dalam
lemari”.
Artinya “tidak sedikit pun bagian baju yang berada di
luar lemari”.
Yang dimaksudkan dengan “manusia berada di dalam
kerugian”, yaitu:
1.
Kerugian adalah sebuah “wadah”.
Dan manusia berada “di dalam wadah” itu.
2.
Keberadaannya dalam wadah itu mengandung arti.
Bahwa manusia berada dalam “kerugian total”.
Tidak ada satu sisi
pun dalam diri.
Dan usahanya yang luput dari kerugian.
Kerugian itu amat besar lagi beraneka ragam.
Waktu adalah modal utama bagi manusia.
Jika “waktu” tidak diisi dengan kegiatan yang baik.
Maka “waktu” akan berlalu.
Ketika “waktu” berlalu begitu saja.
Maka modal akan hilang percuma dan sia-sia.
Ali bin Abi Thalib berkata,
”Rezeki yang tidak diperoleh pada hari ini.
Masih mungkin
diharapkan hasilnya lebih banyak pada hari besok.
Tapi waktu yang berlalu pada hari ini.
Tidak mungkin akan kembali besok”.
Jika waktu
tidak diisi dengan baik.
Maka manusia akan merugi.
Jika “waktu” diisi dengan hal-hal negatif.
Maka manusia tetap berada dalam kerugian.
Rasulullah Muhammad bersabda,
”Ada 2 nikmat yang sering disia-siakan dan dibiarkan
hilang banyak orang.
Yaitu nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan.”
Daftar Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah
Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir
Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment