BEDANYA ROH DAN JIWA MANUSIA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Al-Quran surah As-Sjadah (surah ke-32) ayat 7.
الَّذِي
أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ
Allah yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ
سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ
مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ
قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Manusia bisa dibagi 3 bagian yaitu:
1.
Jasad.
2.
Roh.
3.
Jiwa.
Al-Quran memilah tubuh
manusia dalam 3 bagian, yaitu:
1. Jisim
(jasad).
2. Jiwa
(nafs-anfus).
3. Roh.
Secara saintifik,
jasad terdiri atas organ.
Organ terdiri atas
jaringan sel.
Sel terdiri dari
molekul.
Molekul terdiri atas
atom.
Dan seterusnya.
Hal itu bersifat material.
Dan material itu benda
mati.
Analog dengan computer.
Jasad ibarat hardware.
Atau perangkat
kerasnya.
Mislanya ada pentium 1,
2, dan seterusnya.
Makin hebat sirkuitnya.
Makin hebat chip.
Atau otak komputer itu.
Tapi hadware benda
mati.
Dan tiap benda punya
energi.
Maka energi ini yang
disebut dengan jiwa.
Allah mencipta badan
manusia berbeda-beda.
Maka energi tiap orang
juga berbeda.
Energi tersimpan di
balik otak.
Otak adalah batas
jasad badan dan jiwa.
Jasad badan dan jiwa
itu benda mati.
Karena tak punya
kehendak sendiri.
Maka harus ada yang
mengendalikan.
Yaitu roh yang
menghidupkan jasad tubuh dan jiwa.
Artinya adalah OS
(operasional system).
Roh manusia adalah sifat
Allah yang ditularkan dalam skala
makhluk.
Jasad tubuh dan jiwa
yang mati.
Saat ditiup sebagian roh
Allah.
Maka menjadi hidup.
Yaitu OS berupa roh
dimasukkan dalam jasad atau hardwarenya.
Maka jiwa mulai bisa
dididik.
Istilah komputernya.
Bisa dimasuki program
aplikasi.
Tapi harus sesuai hardwarenya.
Tiap manusia sudah
menyimpan potensi ketuhahan .
Jika potensinya
disalurkan ke luar.
Maka disebut orang
yang mendekat kepada Allah.
Tapi konsep dekat di
sini.
Tidak seperti konsep
dekat benda.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan.
Bahwa Allah lebih
dekat kepada tiap manusia.
Dari pada urat nadinya.
Artinya Allah lebih
dekat daripada sesuatu yang tak punya jarak.
Dalam diri tiap manusia.
Sudah ada potensi kecerdasan, potensi kreativitas.
Dan potensi lainnya.
Yang bersifat ketuhanan.
Tiap orang punya potensi sama.
Misalnya ada bola kaca bersinar.
Kemudian dilapisi 2 lapis lagi bola kaca.
Lapisan ke-1 adalah roh.
Lapisan ke-2 adalah jiwa.
Dan lapisan ke-3 adalah jasad.
Jika lapisan ke-2.
Yakni jiwa dikotori.
Maka cahaya dari inti bola kaca akan terhijab.
Dalam hadis disebutkan.
Bahwa tiap kali orang berbuat dosa.
Dia menabung noda hitam dalam jiwanya.
Maka potensi nuraninya.
Yaitu cahaya rohaninya tidak keluar.
Karena terhalang noktah dosa.
Jika ingin mengeluarkan potensi ketuhan dalam diri kita.
Maka cukup bersihkan jiwa.
Yaitu akhlaknya diperbaiki.
Maka dengan otomatis.
Potensi ketuhan keluar dengan sendirinya.
Dalam Al-Quran disebutkan.
Bahwa jiwa punya potensi baik dan buruk.
Artinya, jiwa bisa
berubah kualitasnya.
Bahwa jiwa bisa
diupgrade (dibangun)
Atau didowngrade (dirusak).
Tapi roh tidak.
Roh itu standar.
Menurut Al-Quran.
Bahwa jiwa sebagai
entitas yang bisa naik dan bisa turun.
Dalam jiwa manusia ada
nafsu:
1. Nafs
ammarah (cenderung emosional).
2. Nafs
hawa (cenderung merusak).
3. Nafs
lawwama (cenderug menyesali kesalahan).
4. Nafs
mutmainnah (tenang).
artinya manusia asalnya
netral.
Jika manusia senantiasa
menyucikan jiwanya.
Maka dia akan menemui
kemenangan.
Tapi jika manusia suka
mengotorinya.
Maka hidupnya akan
celaka.
Jadi intinya.
Salalu perbaikilah kualitas jiwa.
Jiwa punya fitur-fitur.
Secara garis besarnya
ada pikir dan zikir.
Bagi orang yang mampu
mengoptimalkan pikir dan zikir.
Al-Quran menjulukinya ulul
albab.
Yaitu orang yang bisa
mengambil pelajaran.
Dalam arti subtansial.
Sebab hatinya selalu
berdzikir.
dan sanggup pula mendayagunakan perangkat berpikirnya.
Untuk tafakkur secara ilmiah.
Tafakkur itu kecerdasan intelektual atau IQ.
Tazakkur lebih condong
pada cerdas emosional.
Orang Barat lebih
cenderung pada tafakkur.
Tafakkur atau berpikir
ilmiah.
Komponennya disebut
logika, rasionalitas, analisa, memori.
Dan perangkat ilmiah empiris.
Dengan alat itu mereka
bisa membaca semesta.
Tapi hanya permukaannya
saja.
Yang bersifat material.
Orang Barat memakai satu
perangkat saja.
Bisa hebat.
Alangkah indahnya.
Jika dua potensi tadi
disandingkan mesra.
Tentu akan muncul
generasi ulul albab.
(Sumber Agus Mustofa)


0 comments:
Post a Comment