Saturday, October 23, 2021

11363. GURU MIRIP TIMBANGAN DAN MURID EMASNYA

 










 

GURU MIRIP TIMBANGAN DAN MURID EMASNYA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

TIMBANGAN EMAS LEBIH MURAH DARIPADA EMASNYA

 

 

 Dalam sebuah bincang santai.

 

Murid bertanya kepada gurunya.

 

Murid bertanya:

 

"Guru, jika memang benar para guru adalah orang-orang pintar!

 

 

Mengapa bukan para guru yang menjadi pemimpin dunia.

 

Pengusaha sukses, kaya raya.

 

Atau orang orang terhebat di dunia ini?”

 

 

 Sang guru tersenyum.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

 

Guru masuk ke ruangannya.

 

Dan guru ke luar membawa alat timbangan.

 

 Guru meletakkan timbangan di atas meja.

 

 Guru berkata,

" Anakku, ini adalah alat timbangan.

Yang biasa dipakai mengukur berat emas.

Dengan kapasitas hingga 5.000 gram".

 

 

 "Coba, berapakah harga emas seberat 5.000 gram? "

 

 

Murid mengernyitkan keningnya.

 

Dan menghitung dengan kalkulator.

 

 

Murid menjawab,

 

"Jika harga 1 gram emas adalah 800 ribu rupiah.

 

Maka 5.000 gram setara dengan 4 milyar rupiah".

 

 

Guru:

"Baiklah anakku.

Sekarang coba bayangkan.

 

Seandainya ada orang datang kepadamu membawa alat timbangan ini.

 

 

Dan ingin menjual alat timbangannya seharga 4 milyar.

 

Apakah ada orang yang mau membelinya? "

 

 

Murid terdiam sejenak!

 

Murid merasa mulai mendapat pencerahan dari sang guru.

 

 

Murid berkata:

 

"Bukankah timbangan emas tidak lebih berharga daripada emasnya!

 

 

Saya bisa membeli alat timbangan ini.

 

Dengan harga di bawah 2 juta rupiah!.

 

 

Mengapa, saya harus membayar 4 milyar rupiah? "

 

 

 Guru menjawab,

 

"Nah, anakku, kamu sudah mendapat pelajaran.

 

Bahwa kalian, para murid itu seperti emas.

 

Dan kami, para guru, adalah timbangan bobot prestasimu.

 

 

Kalian semestinya yang menjadi perhiasan dunia ini.

 

 

Biarkan kami, para guru.

 

Tetap menjadi timbangan yang akurat dan presisi.

 

Untuk mengukur kadar pengetahuanmu."

 

 

"Anakku, jika ada orang datang kepadamu.

 

Membawa sebongkah berlian di tangan kanannya.

 

Dan seember keringat di tangan kirinya.

 

 

Kemudian orang itu berkata,

 

"Di tangan kiriku ada keringat.

Yang telah aku keluarkan.

 

Untuk menemukan sebongkah berlian.

 

Yang ada di tangan kananku ini.

 

 

Tanpa keringat ini.

Tidak akan ada berlian.

 

Maka belilah keringat ini dengan harga yang sama dengan harga berlian".

 

 

 "Apakah ada yang mau membeli keringatnya? "

 

"Tentu tidak."

 

"Orang hanya akan membeli berliannya.

 

Dan mengabaikan keringatnya.

 

Biarlah kami, para guru, menjadi keringat itu.

 

 

Dan kalian, para murid, seharusnya menjadi berliannya. "

 

 

Sang murid menangis.

 

Murid memeluk gurunya.

 

Dan berkata,

"Wahai guru, betapa mulia hatimu.

Dan betapa tulus ikhlasnya.

 

 

Kami tidak akan bisa melupakanmu.

 

 

Karena dalam tiap kepintaran kami.

 

Tiap kilau permata kami.

Ada tetes keringatmu.”

 

 

Guru berkata,

 

"Biarlah keringat itu menguap.

 

Bernilai ibadah kepada Allah.

 

 

Hakikat akhirat lebih mulia daripada segala pernik dunia ini.

 

 

Mohon jangan lupakan nama kami, para guru, dalam doa-doamu.”

 

 

(Sumber fbt)

 

0 comments:

Post a Comment