GURU MIRIP TIMBANGAN
DAN MURID EMASNYA
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M
TIMBANGAN EMAS LEBIH
MURAH DARIPADA EMASNYA
Dalam sebuah bincang
santai.
Murid bertanya kepada
gurunya.
Murid bertanya:
"Guru, jika
memang benar para guru adalah orang-orang pintar!
Mengapa bukan para
guru yang menjadi pemimpin dunia.
Pengusaha sukses, kaya
raya.
Atau orang orang
terhebat di dunia ini?”
Sang guru tersenyum.
Tanpa
mengeluarkan sepatah kata pun.
Guru masuk ke
ruangannya.
Dan guru ke luar
membawa alat timbangan.
Guru meletakkan
timbangan di atas meja.
Guru berkata,
" Anakku, ini
adalah alat timbangan.
Yang biasa dipakai
mengukur berat emas.
Dengan kapasitas
hingga 5.000 gram".
"Coba, berapakah
harga emas seberat 5.000 gram? "
Murid mengernyitkan
keningnya.
Dan menghitung dengan
kalkulator.
Murid menjawab,
"Jika harga 1
gram emas adalah 800 ribu rupiah.
Maka 5.000 gram setara
dengan 4 milyar rupiah".
Guru:
"Baiklah anakku.
Sekarang coba
bayangkan.
Seandainya ada orang
datang kepadamu membawa alat timbangan ini.
Dan ingin menjual alat
timbangannya seharga 4 milyar.
Apakah ada orang yang
mau membelinya? "
Murid terdiam sejenak!
Murid merasa mulai
mendapat pencerahan dari sang guru.
Murid berkata:
"Bukankah
timbangan emas tidak lebih berharga daripada emasnya!
Saya bisa membeli alat
timbangan ini.
Dengan harga di bawah
2 juta rupiah!.
Mengapa, saya harus
membayar 4 milyar rupiah? "
Guru menjawab,
"Nah,
anakku, kamu sudah mendapat pelajaran.
Bahwa
kalian, para murid itu seperti emas.
Dan
kami, para guru, adalah timbangan bobot prestasimu.
Kalian semestinya yang
menjadi perhiasan dunia ini.
Biarkan kami, para
guru.
Tetap menjadi
timbangan yang akurat dan presisi.
Untuk mengukur kadar
pengetahuanmu."
"Anakku, jika ada
orang datang kepadamu.
Membawa sebongkah
berlian di tangan kanannya.
Dan seember keringat
di tangan kirinya.
Kemudian orang itu
berkata,
"Di tangan kiriku
ada keringat.
Yang telah aku
keluarkan.
Untuk menemukan
sebongkah berlian.
Yang ada di tangan
kananku ini.
Tanpa keringat ini.
Tidak akan ada berlian.
Maka belilah keringat
ini dengan harga yang sama dengan harga berlian".
"Apakah ada yang
mau membeli keringatnya? "
"Tentu
tidak."
"Orang hanya akan
membeli berliannya.
Dan mengabaikan
keringatnya.
Biarlah kami, para
guru, menjadi keringat itu.
Dan kalian, para
murid, seharusnya menjadi berliannya. "
Sang murid menangis.
Murid memeluk gurunya.
Dan berkata,
"Wahai guru,
betapa mulia hatimu.
Dan betapa tulus
ikhlasnya.
Kami tidak akan bisa
melupakanmu.
Karena
dalam tiap kepintaran kami.
Tiap
kilau permata kami.
Ada
tetes keringatmu.”
Guru berkata,
"Biarlah keringat
itu menguap.
Bernilai ibadah kepada
Allah.
Hakikat akhirat lebih
mulia daripada segala pernik dunia ini.
Mohon jangan lupakan
nama kami, para guru, dalam doa-doamu.”
(Sumber fbt)









0 comments:
Post a Comment