Friday, March 15, 2019

2006. BADUI MENGHISAB ALLAH











BADUI MENGHISAB ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang kisah seorang Badui yang ingin menghisab Allah?” Syekh Ibnu Katsir menjelaskannya. 
1.    Seorang Badui telah memeluk Islam dengan  mengikrarkan “dua kalimat syahadat” (Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah).
2.    Si Badui telah masuk Islam hasil dakwah dari para pemimpin sukunya.
3.    Dia belajar cara beribadah agama Islam dari tokoh kabilahnya, meskipun dia tergolong miskin, tidak pintar, dan belum pernah bepergian keluar dari desanya.
4.    Si Badui belum pernah ke Mekah maupun Madinah, belum pernah bertemu dengan Rasulullah, sehingga tidak mengenal wajah Nabi Muhammad.
5.    Tetapi dengan segala keterbatasannya, dia sudah termasuk orang mukmin yang baik, karena dia sangat  mencintai Nabi Muhammad.
6.    Pada suatu hari rombongan kabilah sukunya pergi ke Mekah untuk melaksanakan ibadah umrah dan si Badui ikut dalam rombongan.
7.    Ketika rombongannya melaksanakan tawaf mengelilingi Kakbah, si Badui selalu mengikuti di belakang rombongannya.
8.    Si Badui terpisah dari rombongan yang melaksanakan tawaf.
9.    Dia berjalan mengelingi Kakbah sambil berzikir, “Ya, Karim, … ” berulang-ulang.
10. Si Badui tidak mampu menghafal doa tawaf, sehingga selama tawaf dia hanya membaca “Ya, Karim, …”, berulang-ulang.
11. Tiba-tiba dia merasa ada orang yang menempel dan mengikuti di belakangnya sambil  menirukan ucapannya, “Ya, Karim,...” seperti dirinya.
12. Si Badui bergeser berpindah agak menjauh, agar tidak diikuti orang tersebut.
13. Dia menyangka orang itu mengolok-oloknya.
14. Meskipun dia telah bergeser dan menjauh, tetapi orang itu tetap membuntutinya dan  kemana pun dia bergerak orang itu selalu mengikutinya.
15. Akhirnya, si Badui menghentikan langkahnya dan memutar badannya 180 derajat,  berbalik menghadap orang itu.
16. Si Badui berkata,”Wahai, orang yang berwajah cerah dan berbadan bagus, apakah engkau memperolok-olokku? Demi Allah, engkau akan kulaporkan kepada kekasihku”. 
17.  “Siapakah kekasihmu itu?” jawab lelaki itu, lalu si Badui menjawab, “Nabiku, Nabi Muhammad Rasulullah.”
18. Lelaki itu tampak tersenyum mendengarkan jawabannya, kemudian lelaki itu bertanya, “Apakah engkau belum mengenal dan bertemu dengan Nabimu itu, wahai saudaraku, Badui?” “Belum,” jawab si Badui.
19.  Pria itu berkata lagi,”Bagaimana mungkin engkau mencintainya, padahal engkau tidak mengenalnya? Bagaimana pula keimananmu kepadanya?”
20. “Aku beriman atas kenabiannya, meskipun aku tidak pernah melihatnya dan aku membenarkan kerasulannya, walaupun aku belum pernah bertemu dengannya,” jawab si Badui.
21. Laki-laki itu tersenyum lagi, “Wahai saudaraku orang Badui, aku inilah Nabimu di dunia dan pemberi syafaat kepadamu di akhirat kelak.”
22. Memang, lelaki yang mengikuti Badui adalah Nabi Muhammad yang saat itu juga sedang melaksanakan tawaf.
23. Rasulullah mengikuti si Badui ketika sedang tawaf, karena beliau melihat si Badui yang polos dan unik yang terpisah dari rombongannya, tetapi dia tampak begitu khusuk dalam melaksanakan tawaf.
24. Si Badui memandang Nabi Muhammad, seakan tidak percaya, kaget bercampur gembira.
25. Dia terpana, matanya berkaca-kaca, lalu dia mendekat kepada Nabi Muhammad dengan merendahkan badannya akan mencium tangan Rasulullah.
26. Nabi Muhammad sambil memegang pundaknya bersabda,”Wahai saudaraku orang Badui, janganlah engkau memperlakukanku seperti orang asing memperlakukan rajanya. Sesungguhnya, Allah mengutusku bukan sebagai orang yang sombong dan sewenang-wenang, tetapi Allah mengutusku dengan kebenaran dan memberikan kabar gembira berupa kenikmatan di surga serta  memberikan  peringatan tentang pedihnya azab neraka.”
27. Si Badui lalu berdiri termangu, tampak jelas raut wajah kegembiraannya, karena dapat berjumpa dengan Rasulullah.
28. Tiba-tiba malaikat Jibril turun kepada Nabi Muhammad menyampaikan beberapa kalimat kepada si Badui.
29. Rasulullah bersabda, “Wahai Badui, sesungguhnya kelembutan dan kemuliaan Allah. Ya, Karim, Yang Maha Pemurah, Maha Memberi tanpa diminta akan menghisab dan memperhitungkan segala perbuatan manusia.”
30. Si Badui bertanya, “Apakah Allah akan menghisabku, Ya Rasulullah?
31. Nabi Muhammad bersabda, “Benar Allah akan menghisabmu, jika Allah menghendaki.”
32. Tiba-tiba Badui mengucapkan sesuatu yang tidak terduga, “Demi kebesaran dan keagungan Allah. Jika Allah menghisabku, maka aku juga akan menghisab Allah”,
33.  Nabi Muhammad bersabda sambil tersenyum, “Wahai saudaraku, engkau menghisab Allah dalam hal apa?” 
34. Si Badui menjawab,”Jika Allah menghisabku atas dosaku, maka aku akan menghisab Allah dengan Maha Pengampunan-Nya.  Jika Allah menghisabku atas kemaksiatanku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Pemaaf-Nya. Jika Allah menghisabku atas kekikiranku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Kedermawanan-Nya”.
35. Rasulullah terharu mendengar jawaban si Badui, hingga beliau meneteskan air mata membasahi jenggot beliau.
36. Nabi Muhammad mendengar jawaban sederhana yang menunjukkan betapa akrabnya si Badui dengan Tuhan-Nya, dan betapa tinggi makrifatnya kepada Allah, padahal dia belum pernah mendapatkan didikan langsung dari Rasulullah.
37.  Malaikat Jibril turun lagi dan memberi tahu Nabi Muhammad, “Wahai Muhammad, Allah mengirim salam kepadamu dan berfirman: Kurangi tangismu, karena dapat memengaruhi para malaikat dalam bertasbih dan sampaikan kepada saudaramu, si Badui, bahwa dia tidak perlu menghisab Allah, karena Allah tidak akan menghisabnya, dan dia termasuk penghuni surga.”

38. Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 36.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
      “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”

Sumber :
1.    Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta 2011.
2.    Sahil, Azharuddin. Indeks Al-Quran. Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata dalam Al-Quran. Penerbit Mizan. Bandung 2007.
3.    Bahjat, Ahmad. Nabi Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.
4.    Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2011.
5.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2.
6.    Tafsirq.com online.

     
      

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment