BADUI
MENGHISAB ALLAH
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon
dijelaskan tentang kisah seorang Badui yang ingin menghisab Allah?” Syekh Ibnu
Katsir menjelaskannya.
1. Seorang
Badui telah memeluk Islam dengan mengikrarkan
“dua kalimat syahadat” (Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya
bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah).
2. Si
Badui telah masuk Islam hasil dakwah dari para pemimpin sukunya.
3. Dia belajar
cara beribadah agama Islam dari tokoh kabilahnya, meskipun dia tergolong miskin,
tidak pintar, dan belum pernah bepergian keluar dari desanya.
4. Si
Badui belum pernah ke Mekah maupun Madinah, belum pernah bertemu dengan Rasulullah,
sehingga tidak mengenal wajah Nabi Muhammad.
5. Tetapi
dengan segala keterbatasannya, dia sudah termasuk orang mukmin yang baik,
karena dia sangat mencintai Nabi
Muhammad.
6. Pada
suatu hari rombongan kabilah sukunya pergi ke Mekah untuk melaksanakan ibadah
umrah dan si Badui ikut dalam rombongan.
7. Ketika
rombongannya melaksanakan tawaf mengelilingi Kakbah, si Badui selalu mengikuti
di belakang rombongannya.
8. Si Badui
terpisah dari rombongan yang melaksanakan tawaf.
9. Dia berjalan
mengelingi Kakbah sambil berzikir, “Ya, Karim, … ” berulang-ulang.
10. Si
Badui tidak mampu menghafal doa tawaf, sehingga selama tawaf dia hanya membaca “Ya,
Karim, …”, berulang-ulang.
11. Tiba-tiba
dia merasa ada orang yang menempel dan mengikuti di belakangnya sambil menirukan ucapannya, “Ya, Karim,...” seperti
dirinya.
12. Si
Badui bergeser berpindah agak menjauh, agar tidak diikuti orang tersebut.
13. Dia
menyangka orang itu mengolok-oloknya.
14. Meskipun
dia telah bergeser dan menjauh, tetapi orang itu tetap membuntutinya dan kemana pun dia bergerak orang itu selalu
mengikutinya.
15. Akhirnya,
si Badui menghentikan langkahnya dan memutar badannya 180 derajat, berbalik menghadap orang itu.
16. Si
Badui berkata,”Wahai, orang yang berwajah cerah dan berbadan bagus, apakah
engkau memperolok-olokku? Demi Allah, engkau akan kulaporkan kepada kekasihku”.
17. “Siapakah kekasihmu itu?” jawab lelaki itu,
lalu si Badui menjawab, “Nabiku, Nabi Muhammad Rasulullah.”
18. Lelaki
itu tampak tersenyum mendengarkan jawabannya, kemudian lelaki itu bertanya,
“Apakah engkau belum mengenal dan bertemu dengan Nabimu itu, wahai saudaraku,
Badui?” “Belum,” jawab si Badui.
19. Pria itu berkata lagi,”Bagaimana mungkin
engkau mencintainya, padahal engkau tidak mengenalnya? Bagaimana pula
keimananmu kepadanya?”
20. “Aku
beriman atas kenabiannya, meskipun aku tidak pernah melihatnya dan aku
membenarkan kerasulannya, walaupun aku belum pernah bertemu dengannya,” jawab si
Badui.
21. Laki-laki
itu tersenyum lagi, “Wahai saudaraku orang Badui, aku inilah Nabimu di dunia
dan pemberi syafaat kepadamu di akhirat kelak.”
22. Memang,
lelaki yang mengikuti Badui adalah Nabi Muhammad yang saat itu juga sedang
melaksanakan tawaf.
23. Rasulullah
mengikuti si Badui ketika sedang tawaf, karena beliau melihat si Badui yang polos
dan unik yang terpisah dari rombongannya, tetapi dia tampak begitu khusuk dalam
melaksanakan tawaf.
24. Si
Badui memandang Nabi Muhammad, seakan tidak percaya, kaget bercampur gembira.
25. Dia terpana,
matanya berkaca-kaca, lalu dia mendekat kepada Nabi Muhammad dengan merendahkan
badannya akan mencium tangan Rasulullah.
26. Nabi
Muhammad sambil memegang pundaknya bersabda,”Wahai saudaraku orang Badui, janganlah
engkau memperlakukanku seperti orang asing memperlakukan rajanya. Sesungguhnya,
Allah mengutusku bukan sebagai orang yang sombong dan sewenang-wenang, tetapi
Allah mengutusku dengan kebenaran dan memberikan kabar gembira berupa
kenikmatan di surga serta memberikan peringatan tentang pedihnya azab neraka.”
27. Si
Badui lalu berdiri termangu, tampak jelas raut wajah kegembiraannya, karena dapat
berjumpa dengan Rasulullah.
28. Tiba-tiba
malaikat Jibril turun kepada Nabi Muhammad menyampaikan beberapa kalimat kepada
si Badui.
29. Rasulullah
bersabda, “Wahai Badui, sesungguhnya kelembutan dan kemuliaan Allah. Ya, Karim,
Yang Maha Pemurah, Maha Memberi tanpa diminta akan menghisab dan
memperhitungkan segala perbuatan manusia.”
30. Si Badui
bertanya, “Apakah Allah akan menghisabku, Ya Rasulullah?
31. Nabi
Muhammad bersabda, “Benar Allah akan menghisabmu, jika Allah menghendaki.”
32. Tiba-tiba
Badui mengucapkan sesuatu yang tidak terduga, “Demi kebesaran dan keagungan
Allah. Jika Allah menghisabku, maka aku juga akan menghisab Allah”,
33. Nabi Muhammad bersabda sambil tersenyum,
“Wahai saudaraku, engkau menghisab Allah dalam hal apa?”
34. Si
Badui menjawab,”Jika Allah menghisabku atas dosaku, maka aku akan menghisab
Allah dengan Maha Pengampunan-Nya. Jika Allah
menghisabku atas kemaksiatanku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha
Pemaaf-Nya. Jika Allah menghisabku atas kekikiranku, maka aku akan menghisab
Allah atas Maha Kedermawanan-Nya”.
35. Rasulullah
terharu mendengar jawaban si Badui, hingga beliau meneteskan air mata membasahi
jenggot beliau.
36. Nabi
Muhammad mendengar jawaban sederhana yang menunjukkan betapa akrabnya si Badui
dengan Tuhan-Nya, dan betapa tinggi makrifatnya kepada Allah, padahal dia belum
pernah mendapatkan didikan langsung dari Rasulullah.
37. Malaikat Jibril turun lagi dan memberi tahu
Nabi Muhammad, “Wahai Muhammad, Allah mengirim salam kepadamu dan berfirman: Kurangi
tangismu, karena dapat memengaruhi para malaikat dalam bertasbih dan sampaikan
kepada saudaramu, si Badui, bahwa dia tidak perlu menghisab Allah, karena Allah
tidak akan menghisabnya, dan dia termasuk penghuni surga.”
38. Al-Quran
surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 36.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ
بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ
عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
Sumber
:
1. Katsir,
Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta 2011.
2. Sahil,
Azharuddin. Indeks Al-Quran. Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata dalam Al-Quran.
Penerbit Mizan. Bandung 2007.
3. Bahjat,
Ahmad. Nabi Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.
4. Katsir,
Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2011.
5. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2.
6. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment