Saturday, June 8, 2019

2424. HUKUM ASALNYA MUBAH


HUKUM ASALNYA MUBAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang asalnya segala sesuatu hukumnya adalah mubah?” Syekh Yusuf Qardhawi menjelaskannya.

1.    Dasar pertama yang ditetapkan ajaran Islam adalah asalnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah hukumnya adalah halal dan mubah (boleh).
2.    Tidak ada satu pun yang haram, kecuali ada ketentuan yang sah dan jelas  dari Allah dan Rasulullah yang mengharamkannya.
3.    Jika tidak ada ketentuan yang sah dan tegas, misalnya ada sebagian hadis daif (lemah) atau tidak ada hukum yang tegas dan sahih yang menunjukkan haramnya,  maka hukumnya adalah mubah (boleh).
4.    Para ulama menjelaskan bahwa segala sesuatu asalnya adalah mubah (boleh) dan tidak terlarang.
5.    Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 29.

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

       Dia Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untukmu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

6.    Al-Quran surah Al-Jatsiyah (surah ke-45) ayat 13.

7.   وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


       Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
8.    Al-Quran surah Lukman (surah ke-31) ayat 20.

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ

       Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.


9.    Allah menjadikan alam semesta dengan semua isinya sebagai karunia untuk manusia, kecuali beberapa hal yang diharamkan oleh Allah dengan sebab yang dijelaskan nantinya.
10. Dalam agama Islam, wilayah halal dan boleh terbentang sangat luas, sedangkan  wilayah haram sangat sempit sekali.
11. Aturan yang tegas dan jelas tentang sesuatu hal yang diharamkan jumlahnya sangat minim sekali, sedangkan sesuatu hal yang tidak ada keterangan halal dan haramnya, maka termasuk dalam hukum asalnya yaitu mubah (boleh).
12. Rasulullah bersabda,”Apa saja yang Allah halalkan, maka menjadi halal, dan apa saja yang diharamkan, maka menjadi haram. Sedangkan apa yang didiamkan, maka dibolehkan. Oleh karena itu terimalah dari Allah kemaafannya,  sesungguhnya Allah tidak bakal lupa sedikitpun." Kemudian Rasulullah membaca ayat: dan Tuhanmu tidak lupa.

13. Al-Quran surah Maryam (surah ke-19) ayat 64.

وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا

      Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.

14. Para ulama menjelaskan masalah halal dan haram bukan hanya menyangkut benda, tetapi juga termasuk muamalah (perbuatan) yang bukan menyangkut ibadah.
15. Pokok asalnya adalah tidak haram dan tidak terikat, kecuali sesuatu yang jelas dan tegas diharamkan oleh Allah dan Rasulullah.

16. Al-Quran surah Al-An’am (surah ke-6) ayat 119.


17.        وَمَا لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ

      Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.
18. Para ulama menjelaskan bahwa ayat ini bersifat umum, meliputi masalah makanan, perbuatan, dan hal lainnya.
19. Para ulama menjelaskan dalam masalah ibadah, harus sesuai dengan perintah Allah dan Rasulullah, dan dilarang membuat model ibadah sendiri.
20. Rasulullah bersabda,”Barangsiapa membuat cara baru dalam urusan kami, dengan sesuatu yang tidak ada contohnya, maka dia itu tertolak."
21. Dalam masalah ibadah, tercermin dua hal yaitu:
1)    Hanya Allah saja yang berhak yang disembah.
2)    Untuk menyembah Allah, hanya dapat dilakukan menurut cara yang disyariatkan oleh Rasulullah.
22. Ibnu Taimiyah berkata, "Sesungguhnya sikap manusia dalam bentuk perkataan  dan perbuatan terbagi dua macam, yaitu beribadah untuk agamanya dan adat kebiasaan untuk urusan dunianya.”
23. Al-Quran surah Asy-Syura (surah ke-42) ayat 21.

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
     
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu akan memperoleh adzab yang amat pedih.

24. Dalam masalah adat kebiasaan prinsipnya semuanya boleh dan tidak terlarang, kecuali yang memang telah diharamkan.
25. Sehingga manusia boleh melakukan jual-beli dan sewa-menyewa, makan minum sesuka hatinya, selama tidak diharamkan oleh syariat.
26. Kesimpulannya, dalam masalah ibadah harus sesuai dengan syariat yang ditetapkan oleh Allah, sedangkan dalam adat kebiasaan semuanya dibolehkan , kecuali yang diharamkan oleh Allah dan Rasulullah.

Daftar Pustaka.
  1. Qardhawi, Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi. Halal dan Haram dalam Islam. Alih bahasa: H. Mu'ammal Hamidy. Penerbit: PT. Bina Ilmu, 1993
2.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3.    Tafsirq.com online.




Related Posts:

0 comments:

Post a Comment