APAKAH IMPOR DAN EKSPOR ITU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
ARTI IMPOR DAN EKSPOR
Impor adalah pemasukan barang
dan sebagainya dari luar negeri.
Ekspor adalah pengiriman
barang dagangan ke luar negeri.
Saya suka produk impor.
Dan saya dengan senang hati
memakainya.
Saya tidak akan bergaya
membenci produk impor.
Tapi, diam-diam, nyaris apa pun
yg ada di sekitar saya impor.
Beli mie instan misalnya.
Mie-nya sih betul bikinan
Indonesia.
Tapi garamnya.
Jangan salah.
Jutaan ton garam diimpor dari
LN.
Dari India dan Australia.
Kalau dijadikan gram, maka 3
juta ton yg akan diimpor awal tahun 2021.
Nulisnya 3.000.000.000.000 gram.
Coba kalau tdk impor.
Mie rebus atau mie instan
kalian tidak enak.
Pun produk2 makanan dari
pabrik2 ternama lainnya.
Gula contoh berikutnya.
Juga sama, itu
3.200.000.000.000 gram diimpor tahun lalu.
Tidak ada gula impor.
Wah kacau.
Produk makanan kesukaan
kalian, kagak manis.
Sudah yang makannya nggak
manis.
Makanannya nggak manis.
Dobel kuadrat nggak manisnya.
Gandum, dll, jelas impor.
Karena kagak ada tanaman
gandum di Indonesia.
Tapi apakah buah-buahan impor?
Yes. Tahun 2019, total impornya, 724.000 ton.
Senilai 1,4 milyar dollar,
alias 21 trilyun.
Sayur-sayuran?
Impor juga. Yes.
Tahun 2019, kita impor sekitar
11 trilyun.
Menarik toh?
Negeri yang katanya lempar
tongkat jadi tanaman.
Bahkan sayur saja impor.
Bawang putih, bawang merah,
beras?
Wah, itu sih sudah jamak.
Ini baru ngomongin makanan.
Belum ngomongin HP, mobil,
tekstil, dll, dsbgnya.
Maka, di sekitar kita itu
memang banyak barang impor.
Tentu, ada juga yang kita
ekspor ke LN.
Banyak juga.
Misalnya lemak & minyak
hewan/nabati.
Bahan bakar mineral, logam
mulia, karet, dll.
Perhatikan.
Kita ekspor juga sih, banyak.
Tapi isinya adalah:
1.
Kelapa sawit.
2.
Batubara.
3.
Minyak.
4.
Gas.
5.
Karet.
6.
Dll.
Ada produk jadi kayak mobil,
dll.
Ada, tenang saja.
Tapi mau bagaimana lagi.
Yg banyak mentahannya saja.
Saya tidak akan rumit soal
produk impor ini.
Apalagi gaya sampai bilang,
'Cintailah produk Indonesia'.
, 'Benci produk LN'.
Lah, kalau pada kenyataannya
produk LN memang lebih bagus, lebih murah, mau gimana?
Sy nggak akan munafik.
Sibuk nyuruh orang lain love
produk dalam negeri.
Lah, itu garam kita impor.
Garam hasil petani sendiri
kagak diurus.
Beras impor.
Gula impor.
Dll impor.
Kenapa kita impor garam?
Mudah jawabannya.
Dari India, itu garam hanya
400/kg.
Dengan kualitas top lagi.
Di sini, minta 1.000/kg.
Kualitasnya tdk memenuhi
standar industri pula.
Jadilah impor.
Logikanya sederhana sekali
bukan?
Tapi kan harusnya pemerintah
melindungi petani lokal, dll?
Lah, itu kamu tanyakan ke
pemerintah sana.
Pemerintah yg bergaya bilang
cintailah produk local.
Tapi dia impor juga.
Jangan tanya ke Tere Liye.
Karena kalau kamu tanya ke
saya:
boleh2 saja impor.
Biarkan.
Tapi!
Nah, ini baru seru, tapinya
ini.
Saya mau, impor ini terbuka.
Siapa pun boleh.
Kan kesel banget.
Saya mau impor beras dari
Vietnam, nggak boleh.
Mau beli gula dari China,
nggak boleh.
Harusnya, buka saja itu
perdagangan marketplace lintas negara.
Ibuk2 di rumah, bisa beli
bawang dari LN.
Nah, di Indonesia ini lucu.
Siapa yang bisa impor?
Perusahaan yang ditunjuk
pemerintah.
Si A dapat jatah 20.000 ton.
Si B dapat jatah 30.000 ton.
Si C dapat jatah 40.000 ton.
Ngapain kamu pakai perusahaan
perantara lagi?
Buka saja.
Siapa pun bebas impor.
Hepi semua ini.
Toh, pada akhirnya tetap
impor?
Karena bukan apa2.
Jika setiap ton itu ada yang
korup Rp 100.000 saja misal.
Mungut upeti, dll.
Wuih, bos, nilainya ampun2an.
Tidak mungkin?
Semua jujur?
Ampun dah.
Elu lihat itu Menteri dari
Gerindra.
Bahkan urusan ecek2 benur saja
bisa diembat.
Di negeri ini, segala sesuatu
yang terkait impor-ekspor, disana ada jalan.
Bahkan jika ada bagi2 beras,
sembako, di sana ada jalan.
Jalan korupsi maksudnya.
Maka, jika kalian nanya ke
saya:
terus bagaimana?
Mudah.
Buka impor secara terbuka.
Biarkan marketplace meletakkan
produk2 LN dan siapa pun bisa beli.
Kan seru, emak2 klik2 sendiri.
Beli beras 20 kilogarm dari
Vietnam.
Bawang 1 kg dari India.
Gula 5 kg dari manalah.
Lantas besok2, PAKEEET!!!
Itu barang datang.
Ongkirnya mahal?
Hahahaha, itu komen lucu
sekali.
Berhentilah halu sekali belain
idola kamu itu.
Coba deh dibuka dulu.
Siapa pun bisa melakukannya.
Siapa pun bisa impor.
Dijamin, itu lebih efisien.
Lebih murah.
Dibanding elu2 ngasih jatah ke
Si A, Si B, Si C, dstnya.
Akan terbentuk pola transaksi
impor baru.
Ongkir akan turun pd akhirnya.
Malah gontok2an promo FREE
ONGKIR.
Diskon, dll, dsbgnya.
Tidak percaya?
Buka saja.
(Sumber Tere Liye)
0 comments:
Post a Comment