anies baswedan keadilan sosial kompas 17-2-2023
Oleh: Drs HM Yusron Hadi, MM
KEADILAN SOSIAL
Meluruskan Jalan.
Menghadirkan Keadilan.
Para pendiri
Republik ini.
Merancang sebuah
negara.
Memungkinkan
siapa pun.
Punya karya dan
gagasan.
Bisa jadi
pemimpin.
Sang pemimpin.
Selenggarakan
pemerintahan.
Dengan cara
berintegritas.
Pulau
itu hanya sebesar 1 titik di peta.
Desebut
”Sang Penjaga Utara”.
Tapi
selama puluhan tahun.
Sang
penjaga itu makin tertinggal.
Warganya:
1)
Tak
bisa akses listrik.
Sepanjang
hari.
2)
Sulit
akses air bersih.
3)
Kapal
melintas 1 minggu 1 kali.
Namanya
Pulau Sebira.
Letaknya
di ujung utara Jakarta.
Secara
geografis dekat Pulau Sumatera.
Daripada ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Banyak
orang anggap jauh.
Jarak
kilometernya.
Dari
Monas memang jauh.
Tapi
perspektif jauh-dekat.
Semacam
itu.
Perlu
diubah.
Semua
pulau di Indonesia.
Jaraknya
nol kilometer.
Dari
Ibu Pertiwi.
Beranjak
dari perspektif.
Tak
ada yang nomor 2.
Kita
wujudkan hak dasar.
Di
Pulau Sebira.
1)
Layanan
listrik hadir.
2)
Air
bersih mengalir.
3)
Akses
pasar pangan dan kapal.
Bisa melintas
tiap hari.
Dalam
hitungan matematis.
Hal
itu dianggap tak untung.
Tapi
Republik ini hadir.
Bukan
pilah untung dan tidak.
Republik ini tak dibangun.
Dengan
logika untung rugi.
Republik
ini berdiri .
Dengan
janji:
Menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tanpa
kecuali!
Janji
keadilan sosial
Bukan
saatnya.
Hanya
jadi dokumen sejarah.
Kami
ingin manifestasi keadilan social.
Lewat
gagasan konkret.
Gagasan
yang bisa meluruskan jalan.
Bagi
masa depan Republik ini.
Kita
ingin dorong penguatan demokrasi.
Lewat
beberapa prinsip utama:
1)
Jalankan
amanah reformasi.
2)
Hadirkan
hukum setara.
3)
Dorong
masyarakat sipil kritis.
4)
Kuatkan
landasan demokrasi elektoral.
Demokrasi dan setara hukum
Demokrasi
adalah jalan Panjang.
Yang
perlu terus kita rawat.
Keliru
jika kita memandang.
Demokrasi
bisa tumbuh.
Dan
bertahan begitu saja.
Kita
pilih jalan demokrasi.
Bukan
jalan pintas pembangunan.
Tapi
ikhtiar wujudkan manusia:
1)
Bermartabat.
2)
Merdeka
berpikir.
3)
Bebas
berpendapat.
4)
Boleh
tentukan tindakan.
Basis
dari demokrasi adalah trust.
Atau kepercayaan.
Wis wayahe.
Sudah waktunya.
Kembalikan
kepercayaan itu!
Kepercayaan
bukan dari fanatik buta.
Layaknya
pertandingan sepak bola.
1)
Wasitnya
harus adil.
2)
Aturan
main jelas.
3)
Berlaku
sama pada semua.
Baru
kepercayaan akan muncul.
Kepercayaan
akan tumbuh.
Dengan
penguatan demokrasi.
Kita
dorong penguatan demokrasi.
Lewat
beberapa prinsip utama:
1)
Jalankan
amanah reformasi.
2)
Hadirkan
kesetaraan hukum.
3)
Dorong
masyarakat sipil yang kritis.
4)
Kuatkan
landasan demokrasi elektoral.
Esensi
demokrasi.
Yaitu:
1)
Beri
ruang setara bagi semua.
2)
Hadirkan
kepastian hukum.
3)
Beri
rasa aman.
4)
Jamin
hak warga negara.
5)
Terutama
ruang aman.
Bagi perempuan, anak, difabel, warga
adat, dan kelompok marjinal.
Demokrasi
sehat dan setara hukum.
Dorong
kemajuan ekonomi berkeadilan.
Kemajuan
ekonomi.
Tanpa
perspektif keadilan social.
Terasa
semu.
Ekonomi untuk semua
Soal
pertumbuhan ekonomi.
Sering
lihat hanya angka makro.
Angka-angka
itu.
Ibarat
1 potret 2 dimensi.
Tunjukkan
permukaan.
Tapi
tak selalu gambarkan.
Kedalaman dampak.
Yang
dirasakan warga.
Prinsipnya
kita dorong:
Pertumbuhan
ekonomi harus berkualitas.
Bukan
sekadar melihat aspek makro.
Tapi
harus bisa jangkau semua.
Kualitas
pertumbuhan.
Pada
jangkauannya.
Makin
merata, maka makin tingi.
Mutu
pertumbuhannya.
Selama
ini.
Pembahasan
ekonomi kerakyatan.
Berhenti
level filosofis.
Akibatnya.
Cara
pandang terhadap ketimpangan.
Tak
berkembang.
Sekadar
ditopang program Jaring Pengaman Sosial.
Perspektif
ini perlu kita ubah!
Urusan
ketimpangan.
Tak
boleh sekadar .
Selesai
lewat jaring pengaman social.
Tapi
selesai lewat instrumen ekonomi.
Ekonomi
perlu dirancang.
Untuk
mereka yang miskin.
Akomodasi
lewat kesempatan setara.
Dalam
sistem ekonomi.
Kita
terus membesarkan yang kecil.
Tanpa
mengecilkan yang besar.
Urusan
ketimpangan.
Tak
sekadar selesai.
Lewat
jaring pengaman social.
Tapi
selesai lewat instrumen ekonomi.
Cara
pandang ini.
Membuat
soal ketimpangan.
Bukan
masalah sektoral semata.
Masalah
ketimpangan.
Perlu
integrasi lewat instrumen ekonomi.
Seperti:
1)
Moneter.
2)
Kredit.
3)
Bisnis.
4)
Pajak.
5)
Investasi.
6)
Kebijakan
social.
Untuk
ciptakan ekonomi.
Berikan
sejahtera semua warga.
Bukan
hanya sebagian warga.
Konsep
semacam itu.
Disebut
social market economy .
Jadi
alternatif baru.
Konsep
senyawa d ekonomi kerakyatan.
Digaungkan para pendiri Republik.
Sejak
lama.
Pikiran
itu diturunkan dalam :
1)
Kebijakan.
2)
Aplikasi
konkret.
3)
Eksekusi
untuk kepentingan warga.
4)
Hasilnya
dahsyat.
Hal
itu dirasakan.
Ketika
usaha mikro kecil.
Mendominasi
Jakarta.
Kita
pakai ragam instrumen.
Untuk
beri kesempatan setara.
Dulu,
gerbang setara tertutup rapat.
Bayangkan.
1)
Izin
usaha kecil pakai alamat kantor.
2)
Kredit
modal minim Rp 50 juta.
Sejak
lama.
Aturan
itu dianggap wajar.
Jika
atura dilihat pengusaha kecil.
Terlihat
bias timpang besar.
Agar
setara.
Tak
hanya filosofis.
Izin
usaha mikro kecil (IUMK).
Didorong
relevan.
Kebutuhan
usaha kecil.
IUMK
diterbitkan.
Gerbang
awal insentif.
Bagi
pengusaha pemula.
Izin
semacam ini.
Bukan
sekadar untuk administrasi.
Tapi
terobosan setara.
Misalnya.
Skala
pinjaman.
Dulu
beratkan pengusaha pemula.
Maka
tak setara akses modal.
Kita
inovasi.
Agar
relevan usaha pemula.
Pinjaman
Rp 5 juta-Rp 10 juta.
Didukung
izin dipercepat .
Alamat
rumah diakui domisili usaha.
Upaya
itu.
Agar
ketimpangan.
Tak
sekadar ditopang.
Jaring
pengaman social.
Tapi
lewat instrument.
Basis
setara.
Ekosistem
ekonomi setara.
Didukung
ekosistem sosial lestari.
Harus
saling menguatkan.
Bukan
meniadakan.
Tujuan
akhir Pancasila.
Yaitu
keadilan bagi semua.
Hal
itu.
Tujuan
utamanya.
Masyarakat guyub dan sejahtera
Pancasila
dilihat tujuan akhirnya.
Bahwa
keadilan bagi semua.
Yaitu
tujuan utamanya.
Sejak
awal.
Para
pendiri Republik.
Sadar
kekuatan ekosistem.
Sosial
warga kokoh.
Jika
ditata rasa keadilan.
Keberagaman
manusia Indonesia.
Yaitu
karunia Allah.
Tapi
dorong rakyat bersatu dan guyub.
Yaitu ikhtiar bersama.
Guyub.
Yaitu
interaksi saling menguatkan.
Warga dan penyelenggara negara.
Ada
2 kuncinya.
Yaitu:
1)
Kolaborasi.
2)
Meritokrasi!
Kolaborasi
dan meritokrasi .
Yakin
pembangunan.
Kesempatan
bagi semua.
Untuk
berkiprah.
Penyelenggara
negara.
Perlu
rendah hati
Tak
monopoli kebenaran.
Tapi
ggelar tikar nyaman.
Agar
warga bisa:
1)
Duduk
Bersama.
2)
Terlibat.
Pendekatan
pembangunan.
Tak
sekadar penyelenggara negara.
Jadi
administrator.
Pendekatan
konvensional.
Harus
berubah.
Yaitu:
1)
Penyelenggara
negara jadi kolaborator.
2)
Warga
jadi ko-kreator.
Jakarta
munculkan ragam kolaborasi.
Disebut
konsep.
”Jakarta, Kota Kolaborasi!”
Syarat
utama pemerintah kolaboratif.
Yaitu
tata kelola pemerintah yang benar.
Suka
tidak suka.
Seluruh
dunia.
Ke
arah good governance.
Mirip
saat dunia.
Hapus
budak.
Satu
cara wujudkan good governance
Yaitu
meritokrasi.
Para
pendiri Republik.
Rancang
negara.
Memungkinkan
siapa pun.
Yang
punya karya dan gagasan.
Bisa jadi pemimpin.
Merdeka
lawan konsep aristokrat dan monarki.
Indonesia
lahir prinsip meritokrasi.
Pemerintahan
yang jalankan meritokrasi.
Kirimkan
pesan tegas.
Bahwa
pemerintah berintegritas.
Kita
ikhtiar :
1)
Selenggarakan
pemerintah.
Dengan
cara berintegritas.
2)
Meluruskan
jalan.
3)
Hadirkan
kesetaraan.
4)
Raih
kemajuan berkeadilan.
Gagasan
ini ditulis dengan yakin.
Bahwa
kita punya mimpi besar.
Untuk
masa depan Indonesia.
Kami
undang tiap warga negara.
Untuk kolaborasi wujudkan gagasan ini.
Bismillah.
Kolaborasi
ini.
Bisa
luruskan jalan.
Untuk
wujudkan keadilan social.
Bagi seluruh rakyat Indonesia!
Gubernur DKI Jakarta 2017-2022
0 comments:
Post a Comment