Wednesday, October 10, 2018

1102. BAHASA KORELASI












BAHASA DAN KORELASI AYAT AL-QURAN
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

         Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang pendapat para ulama tentang segi bahasa dan korelasi ayat-ayat Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Para ulama mengingatkan agar para mufasir dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan penafsiran ilmiah dituntut untuk memperhatikan segi bahasa dan korelasi di antara ayat Al-Quran.
2.       Al-Quran surah An-Naml (surah ke-27) ayat 87-88.  

وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۚ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ

        Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.
      Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
3.    Sebelum menetapkan bahwa ayat Al-Quran ini bersifat sains ilmiah, karena menginformasikan pergerakan gunung dan peredaran bumi, terlebih dahulu harus dipahami kaitan ayat ini dengan ayat sebelumnya, padahal ayat sebelumnya menjelaskan tentang kehidupan di akhirat.
4.    Apakah ayat Al-Quran tersebut berbicara tentang keadaan gunung dalam kehidupan dunia kita sekarang ini atau keadaannya kelak di akhirat?
5.    Penyusunan ayat Al-Quran tidak berdasarkan pada kronologis waktu turunnya, tetapi pada korelasi makna ayatnya, sehingga kandungan ayat terdahulu selalu berkaitan dengan kandungan ayat berikutnya.
6.    Demikian pula halnya dengan segi kebahasaan, sebagian ulama berusaha memberikan legitimasi dari ayat Al-Quran terhadap penemuan ilmiah dengan mengabaikan kaidah kebahasaan.
7.    Al-Quran surah An-Hijr (surah ke-15) ayat 22  diterjemahkan oleh Tim Departemen Agama.

وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ

       Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.
8.    Terjemahan ini mengabaikan arti huruf “fa” dan menambahkan kata “tumbuh-tumbuhan” sebagai penjelasan, sehingga terjemahan tersebut menginformasikan bahwa angin berfungsi mengawinkan tumbuh-tumbuhan.
9.    Seharusnya “fa anzalna min alsama'ma'a”, diterjemahkan dengan “maka Kami menurunkan hujan”.
10. Huruf “fa“ yang artinya “maka” menunjukkan adanya kaitan sebab dan akibat antara fungsi angin dan turunnya hujan atau perurutan logis antara keduanya, sehingga tidak tepat huruf “fa” diterjemahkan “dengan” dan sebagaimana tidak tepat penyisipan kata “tumbuh tumbuhan” dalam terjemahan tersebut.
11. Terjemahan kata “lawaqiha” dengan “meniupkan” juga kurang tepat, karena dalam kamus bahasa, mengisyaratkan bahwa kata tersebut digunakan antara lain untuk menggambarkan “inseminasi”.
12. Sehingga, atas dasar ini, para ulama menjadikan ayat tersebut sebagai informasi tentang fungsi angin dalam menghasilkan atau mengantarkan turunnya hujan, yang semakna dengan Al-Quran surah Al-Nur (surah ke-24) ayat 43.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
      
      Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir menghilangkan penglihatan.
13. Kesalahan dan kekeliruan dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat  Al-Quran disebabkan kelemahan dalam bidang bahasa Al-Quran dan kedangkalan pengetahuan menyangkut objek bahasan ayat.
14. Oleh karena itu, para ulama masih tetap menganjurkan kerja sama berbagai disiplin ilmu untuk mencapai pemahaman dn penafsiran yang tepat tentang ayat-ayat Al-Quran dan untuk membuktikan bahwa Al-Quran memang benar bersumber dari Allah Yang Maha Mengetahui segalanya.
14.
Daftar Pustaka
1.    Hatta, DR. Ahmad. Tafsir Quran Per Kata, Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah. Penerbit Pustaka Maghfirah, Jakarta 2011.
2.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
3.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
4.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
5.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
6.    Tafsirq.com online. Daftar Pustaka

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment