Sunday, June 9, 2019

2426. MENGHARAMKAN YANG HALAL


MENGHARAMKAN YANG HALAL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal?” Syekh Yusuf Qardhawi menjelaskannya.

1.    Dasar penentuan halal dan haram dalam Islam:
1)    Ke-1: Asalnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah hukumnya halal dan mubah (boleh).
2)    Ke-2: Yang berhak menentukan halal dan haram hanya Allah semata.
2.    Islam memberikan batas wewenang untuk menentukan halal dan haram, yaitu dengan melepaskan hak tersebut dari manusia, artinya manusia tidak berhak menentukan halal dan haram.
3.    Betapapun tingginya kedudukan manusia tersebut dalam bidang agama maupun dunianya, manusia tidak mempunyai hak untuk menentukan halal dan haram.
4.    Hak untuk menentukan halal dan haram hanya milik Allah saja.
5.    Sikap menerima dan mengakui ada pihak lain yang dapat menentukan halal dan haram selain Allah, termasuk perbuatan syirik (menyekutukan Allah).
6.    Sikap mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk  perbuatan syirik (menyekutukan Allah).
7.    Rasulullah bersabda,”Aku diutus oleh Allah dengan membawa suatu agama yang  toleran.”
8.    Para ulama menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang teguh dalam akidah tauhid, tetapi toleran dalam hal pekerjaan dan perundang-undangan.
9.    Allah berfirman dalam hadis qudsi,“Aku menciptakan hamba-hambaKu ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datang setan membelokkan mereka dari agamanya dengan mengharamkan sesuatu yang Aku halalkan dan menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak memberikan keterangan kepadanya."
10. Oleh karena itu, mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan yang haram dapat dipersamakan dengan syirik (menyekutukan Allah).
11. Al-Quran menentang sikap orang-orang musyrik Arab yang berani mengharamkan makanan dan binatang yang baik-baik, padahal Allah tidak mengizinkannya.
12. Misalnya, mereka mengharamkan:
1)    Bahirah (unta betina yang sudah melahirkan anak ke-5).
2)    Saibah (unta betina yang dinazarkan untuk berhala).
3)    Washilah (kambing yang telah beranak 7).
4)    Ham (unta jantan yang membuntingi 10 kali).
13. Orang-orang Arab Jahiliah beranggapan: seekor unta betina beranak 5 kali dengan anak yang ke-5 jantan, unta itu telinganya dibelah dan tidak boleh dinaiki.
14. Unta itu khusus buat berhala, tidak disembelih, tidak dibebani muatan, dan diberi nama Bahirah (unta yang dibelah telinganya).
15. Jika ada orang datang dari bepergian atau sembuh dari sakit, dia memberikan tanda kepada untanya seperti yang diperbuat terhadap Bahirah dan diberi nama Saibah.
16. Jika ada seekor kambing melahirkan anak betina, maka anak kambing itu khusus untuk berhalanya dan tidak disembelih dan kambing itu diberi nama Washilah.
17. Jika ada seekor binatang telah membuntingi anak-anaknya, maka binatang tersebut tidak dinaiki, tidak dibebani muatan dan disebut Haami.

18. Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 103.

مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلَٰكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ


      Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya Bahiirah, Saaibah, Washiilah dan Haam, tetapi orang-orang kafir membuat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.

19. Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 104.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
   
  Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?

20. Al-Quran surah Al-An’am (surah ke-6) ayat 143-144.

21.        ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ ۖ مِنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْمَعْزِ اثْنَيْنِ ۗ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ ۖ نَبِّئُونِي بِعِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

وَمِنَ الْإِبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِ ۗ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ ۖ أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ اللَّهُ بِهَٰذَا ۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

  (Yaitu) 8 binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing. Katakan: "Apakah 2 yang jantan yang diharamkan Allah ataukah 2 yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan 2 betinanya?" Terangkan kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar, dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakan: "Apakah 2 yang jantan yang diharamkan ataukah 2 yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan 2 betinanya. Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

22. Ayat Al-Quran di atas mengajak semacam diskusi mendetail dengan gaya bahasa menarik terhadap prasangka mereka yang mengharamkan beberapa hewan, seperti: unta, sapi, kambing biri-biri dan kambing kacangan.

23. Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 32.

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
      Katakan: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakan: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

24. Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 33.

25. قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ



      Katakan: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui".

26. Seluruh semacam diskusi terdapat pada surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah) untuk mengkukuhkan akidah tauhid dan ketentuan di akhirat kelak.
27. Hal itu membuktikan, bahwa masalah halal dan haram dalam pandangan Al-Quran, bukan termasuk furu (cabang atau bagian), tetapi termasuk ushul (pokok dan kulli).
28. Di Madinah muncul beberapa umat Islam yang cenderung berbuat keterlaluan dengan melebihkan dan mengharamkan dirinya dalam hal-hal yang baik.
29. Sehingga Allah menurunkan ayat-ayat muhkamah (hukum) untuk menegakkan batas ketentuan Allah dan mengembalikan mereka ke jalan yang lurus.

30. Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 87.


31.        يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ


      Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

32. Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 88.
33.        وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

      Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.


Daftar Pustaka.
1.    Qardhawi, Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi. Halal dan Haram dalam Islam. Alih bahasa: H. Mu'ammal Hamidy. Penerbit: PT. Bina Ilmu, 1993
2.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3.    Tafsirq.com online.


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment