PENGERTIAN
MUTASYABIHAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Pengertian
mutasyabihat.
1. Ayat
Al-Quran dan hadis Nabi yang mutasyabihat tidak bisa dipahami secara tekstual.
2. Mutasyabihat
artinya masih samar-samar.
3. Jika
dipahami secara tekstual, maka akan terjerumus kepada “tasybih” dan “tajsim” .
4. Tasybih
adalah menyerupakan Allah dengan makhluk.
5. Tajsim
adalah menjasmanikan wujud Allah.
6. Al-Quran
surah Thaha (surah ke-20) ayat 5.
الرَّحْمَٰنُ
عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang
bersemayam di atas `Arsy.
7. Jika
kita memahami ayat ini secara tekstual.
8. Maka
kita akan menyamakan Allah dengan seorang manusia yang duduk di atas kursi.
9. Maha
Suci Allah dari sifat seperti itu.
10. Al-Quran
surah Asy-Syura (surah ke-42) ayat 11.
فَاطِرُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ
الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
(Dia) Pencipta langit dan bumi.
Dia menjadikan bagimu dari jenismu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis
binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak
dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
ۚ لَيْسَ
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak
ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan Allah Yang Maha
Mendengar dan Melihat.
(Qs. Asy-Syura [42]:
11).
11. Para
ulama zaman para sahabat, tabi’in, tabi’at tabi’in.
12. Hingga
saat ini dalam memahami ayat mutasyabihat memakai 2 metode, yaitu:
1) Tafwidh.
2) Takwil.
.
Metode Tafwidh dan
Takwil.
Metode Tafwidh.
1) Metode
Tafwidh adalah menyerahkan maknanya kepada Allah.
2) Al-Quran
surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 7.
هُوَ
الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ
الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ
فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ
تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي
الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Dia, Allah yang menurunkan
Al-Quran kepadamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat itu pokok isi
Al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihaat. Adapun orang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat mutasyabihat
untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari takwilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang mendalam ilmunya berkata:
"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi
Tuhan kami." Dan tidak bisa mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang
berakal.
Metode Takwil.
1) Metode
Takwil dengan cara menakwilkan ayat mutasyabihat.
2) Al-Quran
surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 51.
الَّذِينَ
اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ
فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَٰذَا وَمَا كَانُوا
بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ
(Yaitu) orang-orang yang
menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia
telah menipu mereka. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka
sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan
(sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.
Penjelasan.
1. Kalimat
“Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka seperti mereka melupakan
pertemuan mereka dengan hari ini”.
(Qs. Al-A’raf [7]:
51).
2. Ayat
ini tidak bisa dipahami secara tekstual, karena tidak mungkin Allah punya sifat
lupa.
3. Al-Quran
surah Maryam (ayat ke-19) ayat 64 menyatakan Allah tidak akan lupa.
وَمَا
نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا
خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali
dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada di hadapan kita,
apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan
tidaklah Tuhanmu lupa.
4. Abdullah bin Abbas melakukan
takwil terhadap ayat mutasyabihat.
5. “Maka
pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka seperti mereka melupakan
pertemuan mereka dengan hari ini”.
6. Takwilnya
adalah, “Kami tinggalkan mereka dari rahmat, seperti mereka meninggalkan amal
untuk pertemuan pada hari ini.”
7. Takwil
yang lain,”Allah akan melupakan mereka dari kebaikan, tetapi tidak melupakan
mereka dari kejahatan.”
8. Ayat
mutasyabihat dalam Al-Quran surah Al-Qalam (surah ke-68) ayat 42.
يَوْمَ
يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ
Pada hari betis
disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa.
9. Ayat
ini tidak bisa dipahami secara tekstual.
10. Bagaimana
mungkin betis Allah disingkapkan.
11. Lalu
manusia diperintahkan untuk bersujud.
12. Abdullah
bin Abbas menakwilkan ayat mutasyabihat ini.
13. Maksudnya
adalah,”Hal yang berat dan sangat keras karena ketakutan huru-hara pada hari
kiamat.”
14. Ayat
mutasyabihat dalam Al-Quran surah Adz-Dzariyat (surah ke-51) ayat 47.
وَالسَّمَاءَ
بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
Dan langit
itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya.
15. Secara
tekstual, terjemah ayat ini adalah.
16. “Dan
langit itu Kami bangun dengan tangan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa.”
17. Ibnu
Abbas menakwilkan ayat mutasyabihat ini.
18. “Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (kami).”
19. Kata
“tangan” ditakwilkan dengan “kekuasaan”.
20. Imam
Malik bin Anas menakwilkan hadis mutasyabihat.
21. Rasulullah
bersabda,”Sesungguhnya Allah turun pada waktu malam ke langit dunia.”
22. Pengertian,”Allah
turun” ditakwilkan dengan “Urusan perkara dari Allah yang turun.”
Ayat
Mutasyabihat seperti dalam Al-Qurab surah Al-Fajr (surah ke-89) ayat 22.
وَجَاءَ
رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا
Dan datanglah Tuhanmu; sedangkan malaikat
berbaris-baris.
24. Imam
Ahmad bin Hambal menakwilkan ayat mutasyabihat.
“Dan
datanglah Tuhanmu.”
Maksudnya
adalah “Dan datanglah balasan pahala dari Allah.”
Ayat
mutasyabihat dalam Al-Quran surah A-Qashash (surah ke-28) ayat 88.
وَلَا
تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ ۘ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَيْءٍ
هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Janganlah kamu
sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali
Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya kamu
dikembalikan.
كُلُّ
شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ
Secara
tekstual, terjemah ayat ini adalah.
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa,
kecuali wajah Allah”.
(Qs. Al-Qashash [28]: 88).
Imam
Bukhari menakwilkan pengertian “Wajah Allah”.
Maksudnya
adalah “Kekuasaan Allah.”
Hadis mutasyabihat.
Rasulullah bersabda,”Allah tertawa tadi
malam.”
Takwilnya
adalah,”Allah memberi kasih sayang tadi malam.”
Kesimpulan.
1. Ayat
Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad yang “mutasyabihat” (maknanya masih samar),
tidak bisa dipahami secara tekstual.
2. Jika
dipahami secara tekstual, maka akan terjerumus kepada:
1) Tasybih
(menyerupakan Allah dengan makhluk).
2) Tajsim
(menjasmanian wujud Allah).
Daftar Pustaka
1. Somad,
Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
2. Somad,
Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
3. Somad,
Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com
online
0 comments:
Post a Comment