Monday, November 23, 2020

6773. PERANG MUKTAH 3.000 ISLAM LAWAN 200.000 ROMAWI



PERANG MUKTAH 3.000 ISLAM

LAWAN 200.000 ROMAWI

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

Perang Muktah adalah perang yang aneh 3.000 pasukan lslam melawan 200.000 pasukan Romawi di wilayah sangat jauh dari Madinah.

 

 

 

Jumadil Awal tahun 8 Hijriah ( Agustus 629 Masehi) Nabi Muhammad umur 61 tahun, terjadi Perang Muktah.

 

 

Perang Muktah adalah perang terbesar pada zaman Nabi.

 

Perang Muktah adalah perang yang menegangkan dan mencengangkan sebagai pembuka jalan menaklukkan negeri di luar Arab Saudi.

 

 

 Muktah adalah nama sebuah desa di perbatasan negeri Syam.

 

Penyebab terjadinya Perang Mukatah adalah Haris bin Umar (utusan Nabi Muhammad) dibunuh oleh Syurahbil bin Amr ketika berkirim surat kepada pemimpin Bushra.

 

 

Di tengah perjalanan Haris bin Umar dihadang dan ditangkap oleh Syurahbil bin Amr kemudian dibawa menghadap ke Qaishar dan digorok lehernya.

 

Nabi Muhammad menyiapkan pasukan 3.000 orang.

 

 

Jumlah pasukan Islam terbesar, selain Perang Parit.

 

 

Zaid bin Haritsah dipercaya sebagai panglima perang.

 

 

Nabi bersabda,”Jika Zaid bin Haritsah gugur akan diganti oleh Jakfar bin Abi Thalib. Jika Jakfar bin Abi Thalib gugur akan diganti oleh Abdullah bin Rawahah.”

 

 

Zaid bin Haritsah membawa bendera perang.

 

 

Berupa selembar kain berwarna putih bertulisan tinta hitam.

 

 

 

Ù„َا Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِÙ„َّا اللهُ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ

 

Tidak ada tuhan selain Allah dan  Nabi Muhammad utusan Allah.

 

 

Pasukan Islam berangkat menuju tempat terbunuhnya Haris bin Umar untuk mengajak penduduk masuk Islam.

 

 

Jika mereka tidak mau, pasukan Islam harus mohon pertolongan kepada Allah untuk memerangi mereka.

 

 

Nabi bersabda,”Dengan nama Allah, perangi di jalan Allah orang-orang yang kafir kepada Allah. Jangan kalian berhianat, jangan berubah pikiran, jangan membunuh anak-anak, wanita, orang tua renta, dan orang yang menyepi di pertapaan rahib. Jangan menebang pohon dan jangan merobohkan bangunan.”

 

 

 

Pasukan Islam siap berangkat, umat Islam mengerumuni mereka.

 

 

Abdullah bin Rawahah, salah satu komandan perang berpamitan sambil menangis.

 

”Mengapa engkau menangis?” tanya penduduk. 

 

 

Abdullah bin Rawahah berkata, “Demi Allah, aku menangis bukan karena cinta dunia atau rindu kepada kalian, tetapi aku pernah mendengar Nabi membaca Al-Quran: Dan Tidak ada seorang pun di antara kalian, melainkan mendatangi neraka. Hal ini suatu kepastian dari Tuhanmu.

 

 

Abdullah bin Rawahah melanjutkan, “Aku tidak tahu, apa yang akan terjadi denganku, setelah aku meninggal’.”

 

 

Nabi Muhammad mengantarkan pasukan Islam sampai di Tsaniyatul Wada dan mengucapkan selamat jalan.

 

 

 

Pasukan Islam bergerak ke utara lalu berhenti di Muan, termasuk daerah Syam di perbatasan dengan Hijaz utara.

 

 

 

Pasukan Islam mendengar berita yang mengejutkan Raja Heraklius menyiapkan 200.000 pasukan menunggu kedatangan pasukan Islam.

 

 

Pasukan Islam kaget dan tercengang..

 

Karena tidak membayangkan di tempat sangat jauh 3.000 pasukan Islam akan berhadapan dengan 200.000 tentara musuh.

 

Pasukan Islam bingung selama 2 hari bermarkas di Muan.

 

 

Sebagian ingin mengirim surat kepada Nabi agar mendapat bantuan atau perintah tertentu.

 

 

Tetapi Komandan Abdullah bin Rawahah memberikan motivasi.

 

 

”Wahai semua orang, demi Allah, apa yang tidak kalian sukai dalam perang ini, justru itulah yang kita cari yaitu mati syahid.”

 

 

 Abdullah bin Rawahah melanjutkan, “Kita tidak berperang melawan manusia karena jumlahnya, kekuatannya, dan banyaknya orang.

 

 

Kita berperang karena membela agama, maka Allah akan memuliakan kita.  Mari kita berangkat, di sana ada kebaikan, kita menang atau mati syahid.“

 

 

 

Pasukan Islam maju ke medan perang, berbelok dan bermaskas di Muktah.

 

 

Pasukan sayap kanan dipimpin Qutbah bin Qatada.

 

 

Sayap kiri dipimpin Ubadah bin Malik.

 

 

Sungguh aneh, 3.000  pasukan Islam berhadapan dengan 200.000 pasukan Romawi.

 

 

Pertempuran yang disaksikan dunia yang sangat mengherankan.

 

 

Zaid bin Haritsah membawa bendera perang.

 

 

Bertempur gagah berani, lalu terkena tombak musuh, gugur mati syahid.

 

 

Bendera perang ganti dipegang oleh Jakfar bin Abi Thalib yang maju bertempur luar biasa, gugur mati syahid.

 

 

Bendera perang diambil Abdullah bin Rawahah yang juga gugur mati syahid.

Tsabit bin Arqam mengambil bendera perang.

 

 

Dia berkata, “Wahai semua orang, angkatlah seseorang di antara kalian.”

 

”Kamu saja,” teriak seseorang.

 

“Aku tidak sanggup,“ teriaknya.

 

 

Akhirnya Khalid bin Walid mengambil bendera perang.

Khalid bin Walid bertempur dengan gagah berani.

 

 

“Ada 9 pedang patah di tanganku yang kupegang tinggal satu pedang lebar model Yaman,” kata Khalid, sesuai perang.

 

 

Nabi berada di Madinah mendapat wahyu.

 

 

Rasulullah bersabda sambil berlinang air mata,”Zaid bin Haritsah membawa bendera, dia gugur, lalu Jakfar bin Abi Thalib mengambilnya, dia pun gugur, Abdullah bin Rawahah memegangnya, dia gugur

 

 

“Hingga salah satu Pedang Allah (Khalid bin Walid) memegangnya, Allah memberi kemenangan kepadanya,” lanjut Nabi.

 

 

Khalid bin Walid mengubah komposisi perang.

 

 

Pasukan yang berada di depan dipindah ke belakang.

 

 

Pasukan yang sebelah kiri di pindah ke sebelah kanan, begitu sebaliknya.

 

 

Pasukan musuh kaget dan kebingungan.

 

 

Mereka mengira pasukan Islam memperoleh bantuan dari Madinah.

 

 

 

Pasukan Islam mundur teratur, tetapi tetap dalam posisi berperang.

 

 

Pasukan musuh tidak mau mengejar karena khawatir sebuah jebakan.

 

 

Pasukan Romawi kembali ke negerinya dan pasukan Islam kembali ke Madinah dengan selamat.

 

 

 

Pamor pasukan Islam naik.

 

 

Semua bangsa Arab kagum.

 

 

Sebanyak 3.000 tentara Islam mampu menahan gempuran 200.000 tentara Romawi.

 

 

 

Kemudian banyak suku dan kabilah Arab yang memeluk Islam.

 

 

Perang Muktah adalah awal dari gerakan pasukan Islam menguasai wilayah yang lebih luas.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1.    Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.

2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.

3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004

4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.

5.    Tafsirq.com online

 


0 comments:

Post a Comment