BELANDA ATASI BANJIR SUNGAI DI ATAS JALAN RAYA
Oleh:Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Banjir
menjadi masalah tahunan yang melanda Indonesia setiap musim hujan tiba.
Di
Belanda, banjir juga salah satu yang mendapat perhatian serius.
Belanda, sepertiga
wilayahnya berada di bawah permukaan
laut.
Dan dua
pertiganya rentan terhadap banjir.
Belanda
adalah negara terletak di dataran rendah
delta.
Yang
dibentuk aliran 3 sungai utama: Rhine, Meuse dan Scheldt.
Belanda
lahir melawan laut.
Kami
hidup di delta, dataran pantai, dan di rawa.
Seluruh
budaya Belanda lahir dari gagasan ini," kata Adriaan Geuze,
Setelah
puluhan tahun dilanda bencana banjir dan badai.
Penduduk
Belanda mulai mengatur kebutuhan bersama.
Untuk
menjaga agar air tetap mengalir.
Dan
mengembangkan teknologi mengatasi banjir.
Salah satu
inovasi pengelolaan air adalah kincir angin polder pada abad ke-15.
Yang
sekarang menjadi ikon Belanda.
Kincir angin
memompa air keluar dari rawa.
Dan
menciptakan polder atau petak lahan kering.
Seiring
berjalannya waktu, sekitar 3.000 polder yang dikelilingi tanggul berhasil
dibuat.
Belanda terkenal
karena penguasaan dalam teknik pesisir dan pengelolaan air.
Yang
selama berabad-abad mereka hidup aman di balik dinding pembatas dan tanggul.
Tapi, rasa
aman runtuh awal tahun 1953.
Terjangan
air Laut Utara menerobos dinding perlindungan.
Membanjiri
lebih dari 2.000 kilometer persegi daratan.
Dan menewaskan
1.835 orang dalam semalam.
Setelah
banjir besar itu, Belanda meningkatkan cara mengatasi ancaman dari laut.
Belanda menciptakan
sistem pengendalian banjir raksasa yang disebut Delta Works.
Delta
Works, dibangun tahun 1950-an dan 1990-an.
Terdiri atas
9 bendungan dan 4 penghalang badai.
Yang menutup
muara.
Dan mengurangi
garis pantai Belanda sekitar 700 kilometer.
Delta
Works melindungi Belanda selama beberapa dekade.
Tapi
banjir besar tahun 90-an menyebabkan evakuasi penduduk massal.
Belanda membangun
lebih banyak tembok dan tanggul.
Belanda mulai
menerapkan perspektif holistik jangka panjang tentang banjir.
Yang dihitungkan
dalam data ilmiah tentang perubahan iklim.
Pencapaian
puncaknya dikenal Room for the River.
Proyek
besar senilai 3 miliar dollar AS dimulai tahun 2006.
Melibatkan
40 proyek infrastruktur berbeda di sepanjang sungai dan saluran air Belanda.
Proyek
ini tidak menahan air.
Tapi ruang
yang ada dipakai menampung banjir dengan aman.
Tanggul
dan penghalang lainnya disingkirkan.
Saluran
banjir dan dataran banjir diperluas dan diperdalam.
Proyek Room
for the River bekerja dengan cara menurunkan dataran banjir.
Memperlebar
sungai dan saluran samping.
Yang pada
dasarnya memberi sungai ruang menampung lebih banyak air.
Proyek
ini memindahkan 200 keluarga dari tempat tinggal mereka.
Belanda
berhasil membendung laut untuk mengatasi bencana banjir.
Belanda tak
luput dari potensi bahaya serupa di beberapa daerah, seperti di Njmegen.
Arsitek
lanskap, Schouten mengatakan, 20 tahun lalu pertahanan tanggul di daerah ini
mulai retak.
"Pada
1993 dan 1995 tanggul hampir gagal sehingga 20.000 penduduk dievakuasi," ujar
Schouten.
Hal itu adalah
peringatan.
Setelah
itu, peringatan kerusakan tanggul terulang tahun 2000.
Perubahan
iklim diperkirakan berdampak pada kenaikan air di sekitar tanggul.
Hal ini membuat
Belanda melakukan perubahan besar-besaran.
Belanda
tidak membangun tanggul lebih tinggi untuk menahan air.
Pemerintah
Belanda mengelola banjir dengan menyediakan area tempat luapan.
Pemerintah
Belanda mengakui mereka tidak dapat menghindari banjir dari luapan sungai dan laut
sama sekali.
Pemerintah
Belanda membiarkan terjadi banjir di suatu daerah.
Untuk mencegah luapan air terjadi di daerah
lain yang lebih padat.
Proyek
penyediaan lahan aliran banjir disebut Room for the River.
Tapi rencana
ini menemui kendala.
Daerah
yang akan dipakai menampung banjir telah
dipadati puluhan keluarga.
Butuh
waktu bertahun-tahun agar warga yang tinggal di area itu bersedia dipindahkan.
Ada bernama
Biesbosch.
Tempat bertemunya
2 sungai besar, yaitu Wall dan Meuse.
Pemerintah
Belanda mengubah daerah itu menjadi area
luapan banjir.
Untuk
mencegah terjadinya banjir di tempat yang lebih padat.
Proyeknya
diberi nama Noorwaard Depoldering.
Proyek
ini menyediakan dataran rendah di belakang tanggul sebagai area penampung
banjir.
Proyek
ini tidak mencegah banjir, tetapi mencegah tanggul bocor," kata arsitek
lanskap Robbert de Koning.
Banyak
penduduk menolak direlokasi.
Pemerintah
Belanda menawarkan usulan.
Jika
rumah yang ditempati berada 1 meter di atas ketinggian air, maka boleh tinggal.
Jika tidak,
maka penduduk harus bersedia pindah.
Proyek ini
menyediakan area khusus menampung aliran air.
Proyek juga
bermanfaat merestorasi anak sungai
sepanjang 40 kilometer.
Daerah
sepanjang anak sungai itu menjadi lahan basah.
Yang
populer di kalangan pencinta burung dan pengendara motor.
(Sumber
internet)
.
0 comments:
Post a Comment