Saturday, February 20, 2021

8735. PGRI LAHIR 25 NOVEMBER 1945 TEPAT 100 HARI SETELAH MERDEKA

 


PGRI LAHIR 25 NOVEMBER 1945 TEPAT 100 HARI SETELAH MERDEKA

Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

 

 

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (PGRI)

 

 

 

 

Pada awal tahun 1930-an, Pemerintah Hindia Belanda membuat politik penghematan anggaran sehingga rakyat tambah sengsara.

 

 

 

Di antara kebijakan Pemerintah Hindia Belanda adalah pemangkasan anggaran pendidikan.

 

 

 

Kebijakan itu memantik kemarahan para guru.

 

 

 

Kebijakan itu ditentang karena  berdampak pada guru-guru bantu.

 

 

 

Dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

 

 

 

Akibat kebijakan itu, pada 1931 banyak guru bantu yang menjadi korban pemecatan.

 

 



Volksoonderwijzersbond atau Persatuan Guru Hindia Belanda (PGBH) berdiri sejak 1912.

 

 

 

PGBH terdiri atas para guru bantu, guru desa, kepala sekolah dan pemilik sekolah.

 

 

 

Mereka melakukan protes terhadap kebijakan itu.

 

 

 

 

 

PGBH protes atas penyusutan anggaran pendidikan oleh Belanda.

 

 

Protes ini didukung organisasi lain yang bergerak dalam pendidikan seperti Budi Utomo.

 

 

 

PGBH pun terus berjuang sambil menyempurnakan organisasinya.

 

 

Para guru menuntut persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda.

 

 

 

Seiring berjalannya waktu, perjuangan para guru pun semakin berkobar diiringi kesadaran untuk merdeka.

 



“Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib.

 

 

 

Tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda.

 

 

 

Tetapi memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak merdeka,” tulis Musriadi dalam Profesi Kependidikan Secara Teoritis dan Aplikatif. 

 

 



Pada tahun 1932 PGBH berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).

 

 

 

Organisasi PGI adalah kumpulan beberapa organisasi profesi guru, yaitu:

 

1.      Persatuan Guru Bantu (PGB), Persatuan Guru Ambachtshool (PGAS).

 

2.      Volksnoderwijzers Bond (VOB).

 

3.      Oud Kweek Scholieren Bond (PNS).

 

4.      Hogere Kweek Schoileren Bond (HKSB).

 

5.      Persatuan School Opziener (PSO).

 

6.      Perserikatan Normal School (PNS).

 

 



Dalam Ensiklopedi Umum yang diterbitkan Kanisius, jumlah anggota seluruhnya mencapai 15.000 orang.

 

 

 

 

Yang terbesar VOB atau Perserikatan Guru Desa dengan 103 cabang dan 9.000 anggota.

 

 

Pada kongres tahun 1934 jumlah anggota PGI 20.000 orang.

 

 

 

 

Pada tahun itu, PGB keluar dari PGI karena dinilai kurang tegas dalam memperjuangkan nasib guru bantu.

 


Perubahan nama dari PGBH menjadi PGI membuat Belanda terkejut dan khawatir.

 

 

 

 

Sebab pemakaian kata Indonesia menjadi cermin munculnya semangat kebangsaan.

 

 

 

Menentang Pemerintah Hindia Belanda dan ingin merdeka.

 

 

 

Kebijakan penghematan pemerintah Hindia Belada  menjadi pembahasan dan penentangan keras PGI dari tahun ke tahun.

 

 



Penentangan para guru terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda makin sering terjadi.

 

 

Salah satunya PGI menentang Pemerintah Belanda yang akan memindahkan urusan pengajaran dari pusat ke daerah.

 

 

 

Usaha ini dianggap kemunduran dalam pendidikan karena  kurangnya dana keuangan daerah.

 

 

 

Para guru menentang penyerahan urusan pengajaran kepada pemerintah daerah sebelum ada perbaikan dana keuangan daerah.

 



Saat Jepang menduduki Indonesia, PGI tak bisa melakukan aktivitasnya.

 

 

 

 Jepang menutup sekolah.

 

 

 

Setelah beku selama pendudukan Jepang, organisasi itu muncul kembali dengan semangat baru.

 

 


Setelah proklamasi Kemerdekaan, para guru menyelenggarakan kongres guru.

 

 

 

Kongres dilakukan pada 24-25 November 1945 di Solo.

 

 

 

Dalam kongres ini segala organisasi dan kelompok guru berdasar tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku dihapuskan.

 

 

 

 

Di kongres ini Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.

 

PGRI lahir 25 November 1945.

 

 

Tepat 100 hari setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.

 

 

(Sumber internet)

0 comments:

Post a Comment