PGRI LAHIR 25 NOVEMBER 1945
TEPAT 100 HARI SETELAH MERDEKA
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.
PERSATUAN GURU REPUBLIK
INDONESIA (PGRI)
Pada awal tahun 1930-an, Pemerintah
Hindia Belanda membuat politik penghematan anggaran sehingga rakyat tambah
sengsara.
Di antara kebijakan Pemerintah
Hindia Belanda adalah pemangkasan anggaran pendidikan.
Kebijakan itu memantik
kemarahan para guru.
Kebijakan itu ditentang
karena berdampak pada guru-guru bantu.
Dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Tengah, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Akibat kebijakan itu, pada
1931 banyak guru bantu yang menjadi korban pemecatan.
Volksoonderwijzersbond atau Persatuan Guru Hindia Belanda (PGBH) berdiri sejak
1912.
PGBH terdiri atas para
guru bantu, guru desa, kepala sekolah dan pemilik sekolah.
Mereka melakukan protes
terhadap kebijakan itu.
PGBH protes atas penyusutan
anggaran pendidikan oleh Belanda.
Protes ini didukung organisasi
lain yang bergerak dalam pendidikan seperti Budi Utomo.
PGBH pun terus berjuang
sambil menyempurnakan organisasinya.
Para guru menuntut
persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda.
Seiring berjalannya waktu,
perjuangan para guru pun semakin berkobar diiringi kesadaran untuk merdeka.
“Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib.
Tidak lagi perjuangan
kesamaan hak dan posisi dengan Belanda.
Tetapi memuncak menjadi
perjuangan nasional dengan teriak merdeka,” tulis Musriadi dalam Profesi Kependidikan Secara Teoritis dan Aplikatif.
Pada tahun 1932 PGBH berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Organisasi PGI adalah
kumpulan beberapa organisasi profesi guru, yaitu:
1.
Persatuan Guru Bantu (PGB), Persatuan Guru Ambachtshool (PGAS).
2.
Volksnoderwijzers Bond (VOB).
3.
Oud Kweek Scholieren Bond (PNS).
4.
Hogere Kweek Schoileren Bond (HKSB).
5.
Persatuan School Opziener (PSO).
6.
Perserikatan Normal School (PNS).
Dalam Ensiklopedi Umum yang diterbitkan Kanisius, jumlah anggota seluruhnya
mencapai 15.000 orang.
Yang terbesar VOB
atau Perserikatan Guru Desa dengan 103 cabang dan 9.000 anggota.
Pada kongres tahun
1934 jumlah anggota PGI 20.000 orang.
Pada tahun
itu, PGB keluar dari PGI karena dinilai kurang tegas dalam memperjuangkan nasib
guru bantu.
Perubahan nama dari PGBH menjadi PGI membuat Belanda terkejut dan khawatir.
Sebab
pemakaian kata Indonesia menjadi cermin munculnya semangat kebangsaan.
Menentang Pemerintah
Hindia Belanda dan ingin merdeka.
Kebijakan
penghematan pemerintah Hindia Belada menjadi pembahasan dan penentangan keras PGI
dari tahun ke tahun.
Penentangan para guru terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda makin sering
terjadi.
Salah satunya
PGI menentang Pemerintah Belanda yang akan memindahkan urusan pengajaran dari
pusat ke daerah.
Usaha ini dianggap kemunduran
dalam pendidikan karena kurangnya dana keuangan
daerah.
Para guru menentang
penyerahan urusan pengajaran kepada pemerintah daerah sebelum ada perbaikan
dana keuangan daerah.
Saat Jepang menduduki Indonesia, PGI tak bisa melakukan aktivitasnya.
Jepang menutup sekolah.
Setelah beku selama pendudukan
Jepang, organisasi itu muncul kembali dengan semangat baru.
Setelah proklamasi Kemerdekaan, para guru menyelenggarakan kongres guru.
Kongres dilakukan pada
24-25 November 1945 di Solo.
Dalam kongres ini segala organisasi dan kelompok guru berdasar tamatan,
lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku dihapuskan.
Di kongres ini Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
PGRI lahir 25 November
1945.
Tepat 100 hari setelah Indonesia
merdeka 17 Agustus 1945.
(Sumber internet)
0 comments:
Post a Comment