Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Wednesday, December 13, 2017

559. NATAL

SELAMAT NATAL MENURUT AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ucapan Selamat Natal menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Terdapat tiga sisi dalam ajaran Islam, yaitu masalah “akidah” yang harus dipahami dan diyakini oleh seluruh umat Islam, “syariah” yaitu aturan dan ketentuan hukum yang diamalkan dalam keidupan sehari-hari, dan “akhlak” yaitu norma dan etika yang hendaknya menghiasi dalam pergaulan sesama manusia.

      Teks yang berkaitan dengan akidah dinyatakan oleh Al-Quran dengan jelas dan tegas, sedangkan untuk menghindari munculnya redaksi yang dapat menimbulkan kerancuan pemahaman disampaikan secara bertahap.
      Misalnya, kata “Allah” tidak digunakan oleh Al-Quran ketika masyarakat Mekah masih memahaminya dalam pengertian yang salah dan keliru, tetapi Al-Quran menggunakan kata “Tuhanmu”, seperti dalam ayat yang diturunkan dalam wahyu awal yang diterima oleh Nabi Muhammad.
     Nabi sering menguji pemahaman umat tentang Allah, misalnya Nabi tidak pernah bertanya, “Di manakah Tuhan berada?", karena penggunaan redaksi seperti itu dapat menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada satu tempat tertentu, hal yang mustahil bagi Allah dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi.
    Dengan alasan serupa, para ulama zaman terdahulu enggan menggunakan kata Tuhan “ada” atau “keberadaan Tuhan”, tetapi menggunakan istilah “wujud Tuhan”, karena masalah akidah yang diajarkan Nabi Muhammad berlangsung dengan jelas, tegas, tanpa penahapan dan tanpa banyak perincian.
     Para ulama menjelaskan bahwa pada mulanya “salat” diwajibkan hanya dua kali sehari, dan ketika itu salat sambil berbicara masih dibolehkan, sedangkan dalam  pelaksanaan “syariat” terdapat beberapa kompromi, tetapi untuk masalah “akidah” segala cara ditempuh untuk menjaga kemurnian akidah Islam.
     Para ahli dari berbagai agama sepakat bahwa kerukunan antara berbagai umat agama harus diusahakan dan diciptakan, tetapi tidak boleh mengaburkan dan mengorbankan masalah akidah dalam agama masing-masing.
     Dalam kaitan untuk menjaga akidah, maka umat Islam dilarang datang menghadiri upacara ritual keagamaan non-Muslim, seperti perayaan Natal, karena betapapun Islam menjunjung tinggi Nabi Isa Al-Masih adalah Nabi yang sangat mulia, tetapi akidah Islam berbeda dengan akidah agama Kristen.
    Terdapat ayat Al-Quran yang mengabadikan ucapan selamat Natal yang pernah diucapkan oleh Nabi Isa, sehingga tidak terlarang membacanya, dan tidak keliru mengucapkan "selamat" kepada siapa saja, dengan catatan memahami dan menghayati maksudnya.
      Al-Quran menekankan pentingnya menjaga kemurnian akidah, dan hal ini mungkin bagi orang awam sulit memahami dan menghayatinya, sehingga para pemimpin dan panutan umat dituntut agar bersikap arif dan bijaksana agar sikapnya tidak menimbulkan pengeruhan akidah dan kesalahpahaman kaum awam.
      Dalam suasana Natal yang dirayakan oleh umat Kristen, pada tempatnya umat Islam mengenang dan menghayati ucapan Selamat Natal yang diucapkan oleh Nabi Isa yang diabadikan dalam Al-Quran.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 33.

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

      “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.
      Para ulama mengingatkan bahwa akidah Islam tentang keimanan kepada Allah, tentang Nabi Isa dan ibunya Maryam adalah seperti berikut.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 88-92.

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا
وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا

      “Dan mereka berkata,”Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 17.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ۗ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

      “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam". Katakanlah,”Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?" Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 72.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

      “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata,”Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun”.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 73.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

      “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan,”Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”.
      Al-Quran surah Al-Ikhlas, surah ke-112 ayat 1-4.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

      “Katakanlah,”Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia"”  

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

559. NATAL

SELAMAT NATAL MENURUT AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ucapan Selamat Natal menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Terdapat tiga sisi dalam ajaran Islam, yaitu masalah “akidah” yang harus dipahami dan diyakini oleh seluruh umat Islam, “syariah” yaitu aturan dan ketentuan hukum yang diamalkan dalam keidupan sehari-hari, dan “akhlak” yaitu norma dan etika yang hendaknya menghiasi dalam pergaulan sesama manusia.

      Teks yang berkaitan dengan akidah dinyatakan oleh Al-Quran dengan jelas dan tegas, sedangkan untuk menghindari munculnya redaksi yang dapat menimbulkan kerancuan pemahaman disampaikan secara bertahap.
      Misalnya, kata “Allah” tidak digunakan oleh Al-Quran ketika masyarakat Mekah masih memahaminya dalam pengertian yang salah dan keliru, tetapi Al-Quran menggunakan kata “Tuhanmu”, seperti dalam ayat yang diturunkan dalam wahyu awal yang diterima oleh Nabi Muhammad.
     Nabi sering menguji pemahaman umat tentang Allah, misalnya Nabi tidak pernah bertanya, “Di manakah Tuhan berada?", karena penggunaan redaksi seperti itu dapat menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada satu tempat tertentu, hal yang mustahil bagi Allah dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi.
    Dengan alasan serupa, para ulama zaman terdahulu enggan menggunakan kata Tuhan “ada” atau “keberadaan Tuhan”, tetapi menggunakan istilah “wujud Tuhan”, karena masalah akidah yang diajarkan Nabi Muhammad berlangsung dengan jelas, tegas, tanpa penahapan dan tanpa banyak perincian.
     Para ulama menjelaskan bahwa pada mulanya “salat” diwajibkan hanya dua kali sehari, dan ketika itu salat sambil berbicara masih dibolehkan, sedangkan dalam  pelaksanaan “syariat” terdapat beberapa kompromi, tetapi untuk masalah “akidah” segala cara ditempuh untuk menjaga kemurnian akidah Islam.
     Para ahli dari berbagai agama sepakat bahwa kerukunan antara berbagai umat agama harus diusahakan dan diciptakan, tetapi tidak boleh mengaburkan dan mengorbankan masalah akidah dalam agama masing-masing.
     Dalam kaitan untuk menjaga akidah, maka umat Islam dilarang datang menghadiri upacara ritual keagamaan non-Muslim, seperti perayaan Natal, karena betapapun Islam menjunjung tinggi Nabi Isa Al-Masih adalah Nabi yang sangat mulia, tetapi akidah Islam berbeda dengan akidah agama Kristen.
    Terdapat ayat Al-Quran yang mengabadikan ucapan selamat Natal yang pernah diucapkan oleh Nabi Isa, sehingga tidak terlarang membacanya, dan tidak keliru mengucapkan "selamat" kepada siapa saja, dengan catatan memahami dan menghayati maksudnya.
      Al-Quran menekankan pentingnya menjaga kemurnian akidah, dan hal ini mungkin bagi orang awam sulit memahami dan menghayatinya, sehingga para pemimpin dan panutan umat dituntut agar bersikap arif dan bijaksana agar sikapnya tidak menimbulkan pengeruhan akidah dan kesalahpahaman kaum awam.
      Dalam suasana Natal yang dirayakan oleh umat Kristen, pada tempatnya umat Islam mengenang dan menghayati ucapan Selamat Natal yang diucapkan oleh Nabi Isa yang diabadikan dalam Al-Quran.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 33.

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

      “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.
      Para ulama mengingatkan bahwa akidah Islam tentang keimanan kepada Allah, tentang Nabi Isa dan ibunya Maryam adalah seperti berikut.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 88-92.

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا
وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا

      “Dan mereka berkata,”Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 17.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ۗ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

      “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam". Katakanlah,”Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?" Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 72.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

      “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata,”Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun”.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 73.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

      “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan,”Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”.
      Al-Quran surah Al-Ikhlas, surah ke-112 ayat 1-4.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

      “Katakanlah,”Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia"”  

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

559. NATAL

SELAMAT NATAL MENURUT AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ucapan Selamat Natal menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Terdapat tiga sisi dalam ajaran Islam, yaitu masalah “akidah” yang harus dipahami dan diyakini oleh seluruh umat Islam, “syariah” yaitu aturan dan ketentuan hukum yang diamalkan dalam keidupan sehari-hari, dan “akhlak” yaitu norma dan etika yang hendaknya menghiasi dalam pergaulan sesama manusia.

      Teks yang berkaitan dengan akidah dinyatakan oleh Al-Quran dengan jelas dan tegas, sedangkan untuk menghindari munculnya redaksi yang dapat menimbulkan kerancuan pemahaman disampaikan secara bertahap.
      Misalnya, kata “Allah” tidak digunakan oleh Al-Quran ketika masyarakat Mekah masih memahaminya dalam pengertian yang salah dan keliru, tetapi Al-Quran menggunakan kata “Tuhanmu”, seperti dalam ayat yang diturunkan dalam wahyu awal yang diterima oleh Nabi Muhammad.
     Nabi sering menguji pemahaman umat tentang Allah, misalnya Nabi tidak pernah bertanya, “Di manakah Tuhan berada?", karena penggunaan redaksi seperti itu dapat menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada satu tempat tertentu, hal yang mustahil bagi Allah dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi.
    Dengan alasan serupa, para ulama zaman terdahulu enggan menggunakan kata Tuhan “ada” atau “keberadaan Tuhan”, tetapi menggunakan istilah “wujud Tuhan”, karena masalah akidah yang diajarkan Nabi Muhammad berlangsung dengan jelas, tegas, tanpa penahapan dan tanpa banyak perincian.
     Para ulama menjelaskan bahwa pada mulanya “salat” diwajibkan hanya dua kali sehari, dan ketika itu salat sambil berbicara masih dibolehkan, sedangkan dalam  pelaksanaan “syariat” terdapat beberapa kompromi, tetapi untuk masalah “akidah” segala cara ditempuh untuk menjaga kemurnian akidah Islam.
     Para ahli dari berbagai agama sepakat bahwa kerukunan antara berbagai umat agama harus diusahakan dan diciptakan, tetapi tidak boleh mengaburkan dan mengorbankan masalah akidah dalam agama masing-masing.
     Dalam kaitan untuk menjaga akidah, maka umat Islam dilarang datang menghadiri upacara ritual keagamaan non-Muslim, seperti perayaan Natal, karena betapapun Islam menjunjung tinggi Nabi Isa Al-Masih adalah Nabi yang sangat mulia, tetapi akidah Islam berbeda dengan akidah agama Kristen.
    Terdapat ayat Al-Quran yang mengabadikan ucapan selamat Natal yang pernah diucapkan oleh Nabi Isa, sehingga tidak terlarang membacanya, dan tidak keliru mengucapkan "selamat" kepada siapa saja, dengan catatan memahami dan menghayati maksudnya.
      Al-Quran menekankan pentingnya menjaga kemurnian akidah, dan hal ini mungkin bagi orang awam sulit memahami dan menghayatinya, sehingga para pemimpin dan panutan umat dituntut agar bersikap arif dan bijaksana agar sikapnya tidak menimbulkan pengeruhan akidah dan kesalahpahaman kaum awam.
      Dalam suasana Natal yang dirayakan oleh umat Kristen, pada tempatnya umat Islam mengenang dan menghayati ucapan Selamat Natal yang diucapkan oleh Nabi Isa yang diabadikan dalam Al-Quran.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 33.

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

      “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.
      Para ulama mengingatkan bahwa akidah Islam tentang keimanan kepada Allah, tentang Nabi Isa dan ibunya Maryam adalah seperti berikut.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 88-92.

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا
وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا

      “Dan mereka berkata,”Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 17.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ۗ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

      “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam". Katakanlah,”Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?" Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 72.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

      “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata,”Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun”.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 73.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

      “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan,”Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”.
      Al-Quran surah Al-Ikhlas, surah ke-112 ayat 1-4.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

      “Katakanlah,”Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia"”  

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

559. NATAL

SELAMAT NATAL MENURUT AL-QURAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ucapan Selamat Natal menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Terdapat tiga sisi dalam ajaran Islam, yaitu masalah “akidah” yang harus dipahami dan diyakini oleh seluruh umat Islam, “syariah” yaitu aturan dan ketentuan hukum yang diamalkan dalam keidupan sehari-hari, dan “akhlak” yaitu norma dan etika yang hendaknya menghiasi dalam pergaulan sesama manusia.

      Teks yang berkaitan dengan akidah dinyatakan oleh Al-Quran dengan jelas dan tegas, sedangkan untuk menghindari munculnya redaksi yang dapat menimbulkan kerancuan pemahaman disampaikan secara bertahap.
      Misalnya, kata “Allah” tidak digunakan oleh Al-Quran ketika masyarakat Mekah masih memahaminya dalam pengertian yang salah dan keliru, tetapi Al-Quran menggunakan kata “Tuhanmu”, seperti dalam ayat yang diturunkan dalam wahyu awal yang diterima oleh Nabi Muhammad.
     Nabi sering menguji pemahaman umat tentang Allah, misalnya Nabi tidak pernah bertanya, “Di manakah Tuhan berada?", karena penggunaan redaksi seperti itu dapat menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada satu tempat tertentu, hal yang mustahil bagi Allah dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi.
    Dengan alasan serupa, para ulama zaman terdahulu enggan menggunakan kata Tuhan “ada” atau “keberadaan Tuhan”, tetapi menggunakan istilah “wujud Tuhan”, karena masalah akidah yang diajarkan Nabi Muhammad berlangsung dengan jelas, tegas, tanpa penahapan dan tanpa banyak perincian.
     Para ulama menjelaskan bahwa pada mulanya “salat” diwajibkan hanya dua kali sehari, dan ketika itu salat sambil berbicara masih dibolehkan, sedangkan dalam  pelaksanaan “syariat” terdapat beberapa kompromi, tetapi untuk masalah “akidah” segala cara ditempuh untuk menjaga kemurnian akidah Islam.
     Para ahli dari berbagai agama sepakat bahwa kerukunan antara berbagai umat agama harus diusahakan dan diciptakan, tetapi tidak boleh mengaburkan dan mengorbankan masalah akidah dalam agama masing-masing.
     Dalam kaitan untuk menjaga akidah, maka umat Islam dilarang datang menghadiri upacara ritual keagamaan non-Muslim, seperti perayaan Natal, karena betapapun Islam menjunjung tinggi Nabi Isa Al-Masih adalah Nabi yang sangat mulia, tetapi akidah Islam berbeda dengan akidah agama Kristen.
    Terdapat ayat Al-Quran yang mengabadikan ucapan selamat Natal yang pernah diucapkan oleh Nabi Isa, sehingga tidak terlarang membacanya, dan tidak keliru mengucapkan "selamat" kepada siapa saja, dengan catatan memahami dan menghayati maksudnya.
      Al-Quran menekankan pentingnya menjaga kemurnian akidah, dan hal ini mungkin bagi orang awam sulit memahami dan menghayatinya, sehingga para pemimpin dan panutan umat dituntut agar bersikap arif dan bijaksana agar sikapnya tidak menimbulkan pengeruhan akidah dan kesalahpahaman kaum awam.
      Dalam suasana Natal yang dirayakan oleh umat Kristen, pada tempatnya umat Islam mengenang dan menghayati ucapan Selamat Natal yang diucapkan oleh Nabi Isa yang diabadikan dalam Al-Quran.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 33.

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

      “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.
      Para ulama mengingatkan bahwa akidah Islam tentang keimanan kepada Allah, tentang Nabi Isa dan ibunya Maryam adalah seperti berikut.
      Al-Quran surah Maryam, surah ke-19 ayat 88-92.

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا
وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا

      “Dan mereka berkata,”Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 17.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ۗ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

      “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam". Katakanlah,”Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?" Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 72.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

      “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata,”Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun”.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 73.

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

      “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan,”Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”.
      Al-Quran surah Al-Ikhlas, surah ke-112 ayat 1-4.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

      “Katakanlah,”Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia"”  

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Tuesday, December 12, 2017

558. PERANG

PERANG DAN PERAN ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang perang dan peran Allah  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Seandainya Allah menghendaki, manusia tidak akan berperang, tetapi Allah melakukan apa yang dikehendakinya, seperti dalam Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke- 2 ayat 253, ayat muncul dalam pembahasan ketika terjadi peperangan.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke- 2 ayat 253.

۞ تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ ۚ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَٰكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

    
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya”.
      Allah mampu membebaskan manusia dari peperangan, tetapi Allah tidak menghendaki itu, dan pasti terdapat hikmah di balik kehendak Allah.
     Para ulama berpendapat apabila Allah menghendaki terbebasnya manusia dari peperangan sesama manusia, maka dicabutnya kebebasan untuk berkehendak dan bertindak yang dianugerahkan kepada manusia, kemudian diciptakan manusia seperti malaikat yang hanya mengerjakan perintah Allah saja.
     Allah adalah Penjaga alam semesta, sehingga memberikan “eko sistem” yang utuh dalam pemeliharaan-Nya, dan salah satu subsistemnya adalah persaingan atau peperangan sesama manusia.
    Allah yang memberiakan kebebasan bertindak kepada manusia, dan membiarkan manusia bersaing atau berperang, apabila manusia ingin berperang, sampai batas yang tidak mengganggu sistem alam semesta, bagaikan seorang ayah memberikan kebebasan kepada anaknya dalam batas yang tidak merusak.
     Bahkan Allah merekayasa melalui “sunatulah” (hukum-hukum kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Allah) terjadi pembentukan aneka masyarakat dengan kekuatan masing-masing, sehingga tercipta keseimbangan.
    Sehingga tidak ada satu pihak pun yang dapat menguasai secara penuh seluruh alam semesta, kalau tidak demikian akan terjadi kehancuran di bumi, karena sifat dan ambisi manusia yang tidak terbatas.
     Seandainya Allah tidak mendorong sebagian manusia melawan sebagian yang lain, pasti bumi ini sudah binasa, tetapi Allah mempunyai karunia yang dicurahkan kepada semesta alam.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke- 2 ayat 251.

فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُودُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
    
“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam”.
      Al-Quran surah Al-Haj, surah ke- 22 ayat 40.

الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
     
     “Yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata,”Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.
     Itulah sebabnya dalam sejarah kemanusiaan tidak pernah luput dari peperangan, dan itu pula sebabnya dalam masyarakat manusia tidak pernah mengenal satu adidaya yang tunggal, tetapi bergiliran.
     Dunia kita menyaksikan betapa salah satu dari dua negara ‘super power” digerogoti oleh keruntuhan sistem negara satelitnya, pergolakan dalam negeri serta kemerosotan ekonominya, dan problem besar lainnya.
     Al-Quran menjelaskan bahwa melalui peperangan Allah memisahkan yang buruk dari yang baik, dan menjadikan yang buruk bergabung sesamanya, lalu kesemuanya ditumpukkan dan dimasukkan ke dalam neraka jahanam.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 37.

لِيَمِيزَ اللَّهُ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيثَ بَعْضَهُ عَلَىٰ بَعْضٍ فَيَرْكُمَهُ جَمِيعًا فَيَجْعَلَهُ فِي جَهَنَّمَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
   
  “Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang merugi”.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 14.

قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ

      “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman”.
      Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 4-8.

وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا
ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ ۚ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا ۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا

     “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu,”Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar”.
      “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat (Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

558. PERANG

PERANG DAN PERAN ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang perang dan peran Allah  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Seandainya Allah menghendaki, manusia tidak akan berperang, tetapi Allah melakukan apa yang dikehendakinya, seperti dalam Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke- 2 ayat 253, ayat muncul dalam pembahasan ketika terjadi peperangan.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke- 2 ayat 253.

۞ تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ ۚ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَٰكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

    
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya”.
      Allah mampu membebaskan manusia dari peperangan, tetapi Allah tidak menghendaki itu, dan pasti terdapat hikmah di balik kehendak Allah.
     Para ulama berpendapat apabila Allah menghendaki terbebasnya manusia dari peperangan sesama manusia, maka dicabutnya kebebasan untuk berkehendak dan bertindak yang dianugerahkan kepada manusia, kemudian diciptakan manusia seperti malaikat yang hanya mengerjakan perintah Allah saja.
     Allah adalah Penjaga alam semesta, sehingga memberikan “eko sistem” yang utuh dalam pemeliharaan-Nya, dan salah satu subsistemnya adalah persaingan atau peperangan sesama manusia.
    Allah yang memberiakan kebebasan bertindak kepada manusia, dan membiarkan manusia bersaing atau berperang, apabila manusia ingin berperang, sampai batas yang tidak mengganggu sistem alam semesta, bagaikan seorang ayah memberikan kebebasan kepada anaknya dalam batas yang tidak merusak.
     Bahkan Allah merekayasa melalui “sunatulah” (hukum-hukum kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Allah) terjadi pembentukan aneka masyarakat dengan kekuatan masing-masing, sehingga tercipta keseimbangan.
    Sehingga tidak ada satu pihak pun yang dapat menguasai secara penuh seluruh alam semesta, kalau tidak demikian akan terjadi kehancuran di bumi, karena sifat dan ambisi manusia yang tidak terbatas.
     Seandainya Allah tidak mendorong sebagian manusia melawan sebagian yang lain, pasti bumi ini sudah binasa, tetapi Allah mempunyai karunia yang dicurahkan kepada semesta alam.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke- 2 ayat 251.

فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُودُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
    
“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam”.
      Al-Quran surah Al-Haj, surah ke- 22 ayat 40.

الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
     
     “Yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata,”Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.
     Itulah sebabnya dalam sejarah kemanusiaan tidak pernah luput dari peperangan, dan itu pula sebabnya dalam masyarakat manusia tidak pernah mengenal satu adidaya yang tunggal, tetapi bergiliran.
     Dunia kita menyaksikan betapa salah satu dari dua negara ‘super power” digerogoti oleh keruntuhan sistem negara satelitnya, pergolakan dalam negeri serta kemerosotan ekonominya, dan problem besar lainnya.
     Al-Quran menjelaskan bahwa melalui peperangan Allah memisahkan yang buruk dari yang baik, dan menjadikan yang buruk bergabung sesamanya, lalu kesemuanya ditumpukkan dan dimasukkan ke dalam neraka jahanam.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 37.

لِيَمِيزَ اللَّهُ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيثَ بَعْضَهُ عَلَىٰ بَعْضٍ فَيَرْكُمَهُ جَمِيعًا فَيَجْعَلَهُ فِي جَهَنَّمَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
   
  “Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang merugi”.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 14.

قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ

      “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman”.
      Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 4-8.

وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا
ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ ۚ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا ۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا

     “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu,”Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar”.
      “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat (Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online