Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Thursday, December 14, 2017

563. UJI

MENGUJI KEBENARAN BERITA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang menguji kebenaran suatu berita menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Informasi adalah kebutuhan manusia sejak manusia tercipta, karena adanya naluri dan sifat ingin tahu yang menghiasi makhluk manusia, sehingga Nabi Adam  tertipu oleh rayuan Iblis karena naluri keingintahuannya.

     Al-Quran surah Thaha, surah ke-20 ayat 120.

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ

      “Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata,”Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
     Informasi Iblis ini ternyata salah dan menyesatkan Nabi Adam, sehingga Al-Quran mengingatkan agar dalam menerima informasi setiap orang untuk menimbang dan menyelidiki dengan saksama informasi yang disampaikan, terutama oleh orang yang tidak terpercaya.
     Al-Quran surah Al-Hujurat, surah ke-49 ayat 6.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

      “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
     Al-Quran surah Al-Ahzab, surah ke-33 ayat 70 memerintahkan orang Islam agar menyatakan perkataan yang benar.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
     “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”.
     Kata “sadid” bukan hanya artinya “benar, tetapi kata “sadid” dalam berbagai bentuknya, pada akhirnya bermuara kepada makna “menghalangi” atau “membendung”, artinya menghalangi dan membendung yang tidak sesuai, sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
     Para ulama menekankan bahwa semua ucapan umat Islam apa pun bentuk dan isinya harus sesuai dengan kenyataan dan harus bermanfaat, serta sasarannya tidak menjerumuskan orang ke dalam kesulitan.
     Kemudian muncul istilah,”Li kulli maqam maqal wa likulli maqal maqam” (untuk setiap tempat ada ucapan yang sesuai dan untuk setiap ucapan ada tempat yang sesuai), sehingga mungkin terdapat kebenaran yang perlu ditunda penyampaiannya untuk kemaslahatan bersama.
لكلّ مقام مقال ولكلّ مقال مقام
      “Setiap tempat ada ucapan yang sesuai, dan setiap ucapan ada tempatnya yang sesuai”
     Umar bin Khattab melihat Abu Hurairah berjalan tergesa-gesa dan kemudian menegurnya,” Wahai Abu Hurairah, kamu hendak pergi ke mana?” “Aku akan menuju ke pasar, untuk menyampaikan hal yang kudengar dari Rasul, bahwa, “Siapa yang mengucapkan kalimat ‘la ilaha illa Allah’, maka dia akan masuk surga”, jawab Abu Hurairah.
     Umar bin Khattab menarik tangan Abu Hurairah dan diajaknya untuk menemui Nabi untuk menguji kebenaran informasi tersebut, dan Nabi membenarkannya, tetapi  Umar bin Khattab mengusulkan agar berita itu tidak disampaikan kepada sembarang orang karena khawatir menimbulkan salah paham dan ternyata Nabi menyetujuinya.
      Para ulama menjelaskan bahwa pada umumnya manusia tampak kebodohanya,  karena tidak mampu dalam memilah dan memilih tempat, waktu, dan bahan informasi yang tepat guna.
     Manusia sering kali berlaku aniaya, termasuk orang-orang yang dianggap berilmu, yang tercermin dalam ucapan dan informasinya yang keliru, memutarbalikkan fakta, menimbulkan selera rendah, melucukan yang tidak lucu, dan menyesatkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

563. UJI

MENGUJI KEBENARAN BERITA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang menguji kebenaran suatu berita menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Informasi adalah kebutuhan manusia sejak manusia tercipta, karena adanya naluri dan sifat ingin tahu yang menghiasi makhluk manusia, sehingga Nabi Adam  tertipu oleh rayuan Iblis karena naluri keingintahuannya.

     Al-Quran surah Thaha, surah ke-20 ayat 120.

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ

      “Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata,”Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
     Informasi Iblis ini ternyata salah dan menyesatkan Nabi Adam, sehingga Al-Quran mengingatkan agar dalam menerima informasi setiap orang untuk menimbang dan menyelidiki dengan saksama informasi yang disampaikan, terutama oleh orang yang tidak terpercaya.
     Al-Quran surah Al-Hujurat, surah ke-49 ayat 6.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

      “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
     Al-Quran surah Al-Ahzab, surah ke-33 ayat 70 memerintahkan orang Islam agar menyatakan perkataan yang benar.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
     “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”.
     Kata “sadid” bukan hanya artinya “benar, tetapi kata “sadid” dalam berbagai bentuknya, pada akhirnya bermuara kepada makna “menghalangi” atau “membendung”, artinya menghalangi dan membendung yang tidak sesuai, sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
     Para ulama menekankan bahwa semua ucapan umat Islam apa pun bentuk dan isinya harus sesuai dengan kenyataan dan harus bermanfaat, serta sasarannya tidak menjerumuskan orang ke dalam kesulitan.
     Kemudian muncul istilah,”Li kulli maqam maqal wa likulli maqal maqam” (untuk setiap tempat ada ucapan yang sesuai dan untuk setiap ucapan ada tempat yang sesuai), sehingga mungkin terdapat kebenaran yang perlu ditunda penyampaiannya untuk kemaslahatan bersama.
لكلّ مقام مقال ولكلّ مقال مقام
      “Setiap tempat ada ucapan yang sesuai, dan setiap ucapan ada tempatnya yang sesuai”
     Umar bin Khattab melihat Abu Hurairah berjalan tergesa-gesa dan kemudian menegurnya,” Wahai Abu Hurairah, kamu hendak pergi ke mana?” “Aku akan menuju ke pasar, untuk menyampaikan hal yang kudengar dari Rasul, bahwa, “Siapa yang mengucapkan kalimat ‘la ilaha illa Allah’, maka dia akan masuk surga”, jawab Abu Hurairah.
     Umar bin Khattab menarik tangan Abu Hurairah dan diajaknya untuk menemui Nabi untuk menguji kebenaran informasi tersebut, dan Nabi membenarkannya, tetapi  Umar bin Khattab mengusulkan agar berita itu tidak disampaikan kepada sembarang orang karena khawatir menimbulkan salah paham dan ternyata Nabi menyetujuinya.
      Para ulama menjelaskan bahwa pada umumnya manusia tampak kebodohanya,  karena tidak mampu dalam memilah dan memilih tempat, waktu, dan bahan informasi yang tepat guna.
     Manusia sering kali berlaku aniaya, termasuk orang-orang yang dianggap berilmu, yang tercermin dalam ucapan dan informasinya yang keliru, memutarbalikkan fakta, menimbulkan selera rendah, melucukan yang tidak lucu, dan menyesatkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

563. UJI

MENGUJI KEBENARAN BERITA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang menguji kebenaran suatu berita menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Informasi adalah kebutuhan manusia sejak manusia tercipta, karena adanya naluri dan sifat ingin tahu yang menghiasi makhluk manusia, sehingga Nabi Adam  tertipu oleh rayuan Iblis karena naluri keingintahuannya.

     Al-Quran surah Thaha, surah ke-20 ayat 120.

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ

      “Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata,”Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
     Informasi Iblis ini ternyata salah dan menyesatkan Nabi Adam, sehingga Al-Quran mengingatkan agar dalam menerima informasi setiap orang untuk menimbang dan menyelidiki dengan saksama informasi yang disampaikan, terutama oleh orang yang tidak terpercaya.
     Al-Quran surah Al-Hujurat, surah ke-49 ayat 6.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

      “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
     Al-Quran surah Al-Ahzab, surah ke-33 ayat 70 memerintahkan orang Islam agar menyatakan perkataan yang benar.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
     “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”.
     Kata “sadid” bukan hanya artinya “benar, tetapi kata “sadid” dalam berbagai bentuknya, pada akhirnya bermuara kepada makna “menghalangi” atau “membendung”, artinya menghalangi dan membendung yang tidak sesuai, sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
     Para ulama menekankan bahwa semua ucapan umat Islam apa pun bentuk dan isinya harus sesuai dengan kenyataan dan harus bermanfaat, serta sasarannya tidak menjerumuskan orang ke dalam kesulitan.
     Kemudian muncul istilah,”Li kulli maqam maqal wa likulli maqal maqam” (untuk setiap tempat ada ucapan yang sesuai dan untuk setiap ucapan ada tempat yang sesuai), sehingga mungkin terdapat kebenaran yang perlu ditunda penyampaiannya untuk kemaslahatan bersama.
لكلّ مقام مقال ولكلّ مقال مقام
      “Setiap tempat ada ucapan yang sesuai, dan setiap ucapan ada tempatnya yang sesuai”
     Umar bin Khattab melihat Abu Hurairah berjalan tergesa-gesa dan kemudian menegurnya,” Wahai Abu Hurairah, kamu hendak pergi ke mana?” “Aku akan menuju ke pasar, untuk menyampaikan hal yang kudengar dari Rasul, bahwa, “Siapa yang mengucapkan kalimat ‘la ilaha illa Allah’, maka dia akan masuk surga”, jawab Abu Hurairah.
     Umar bin Khattab menarik tangan Abu Hurairah dan diajaknya untuk menemui Nabi untuk menguji kebenaran informasi tersebut, dan Nabi membenarkannya, tetapi  Umar bin Khattab mengusulkan agar berita itu tidak disampaikan kepada sembarang orang karena khawatir menimbulkan salah paham dan ternyata Nabi menyetujuinya.
      Para ulama menjelaskan bahwa pada umumnya manusia tampak kebodohanya,  karena tidak mampu dalam memilah dan memilih tempat, waktu, dan bahan informasi yang tepat guna.
     Manusia sering kali berlaku aniaya, termasuk orang-orang yang dianggap berilmu, yang tercermin dalam ucapan dan informasinya yang keliru, memutarbalikkan fakta, menimbulkan selera rendah, melucukan yang tidak lucu, dan menyesatkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

563. UJI

MENGUJI KEBENARAN BERITA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang menguji kebenaran suatu berita menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Informasi adalah kebutuhan manusia sejak manusia tercipta, karena adanya naluri dan sifat ingin tahu yang menghiasi makhluk manusia, sehingga Nabi Adam  tertipu oleh rayuan Iblis karena naluri keingintahuannya.

     Al-Quran surah Thaha, surah ke-20 ayat 120.

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ

      “Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata,”Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
     Informasi Iblis ini ternyata salah dan menyesatkan Nabi Adam, sehingga Al-Quran mengingatkan agar dalam menerima informasi setiap orang untuk menimbang dan menyelidiki dengan saksama informasi yang disampaikan, terutama oleh orang yang tidak terpercaya.
     Al-Quran surah Al-Hujurat, surah ke-49 ayat 6.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

      “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
     Al-Quran surah Al-Ahzab, surah ke-33 ayat 70 memerintahkan orang Islam agar menyatakan perkataan yang benar.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
     “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”.
     Kata “sadid” bukan hanya artinya “benar, tetapi kata “sadid” dalam berbagai bentuknya, pada akhirnya bermuara kepada makna “menghalangi” atau “membendung”, artinya menghalangi dan membendung yang tidak sesuai, sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
     Para ulama menekankan bahwa semua ucapan umat Islam apa pun bentuk dan isinya harus sesuai dengan kenyataan dan harus bermanfaat, serta sasarannya tidak menjerumuskan orang ke dalam kesulitan.
     Kemudian muncul istilah,”Li kulli maqam maqal wa likulli maqal maqam” (untuk setiap tempat ada ucapan yang sesuai dan untuk setiap ucapan ada tempat yang sesuai), sehingga mungkin terdapat kebenaran yang perlu ditunda penyampaiannya untuk kemaslahatan bersama.
لكلّ مقام مقال ولكلّ مقال مقام
      “Setiap tempat ada ucapan yang sesuai, dan setiap ucapan ada tempatnya yang sesuai”
     Umar bin Khattab melihat Abu Hurairah berjalan tergesa-gesa dan kemudian menegurnya,” Wahai Abu Hurairah, kamu hendak pergi ke mana?” “Aku akan menuju ke pasar, untuk menyampaikan hal yang kudengar dari Rasul, bahwa, “Siapa yang mengucapkan kalimat ‘la ilaha illa Allah’, maka dia akan masuk surga”, jawab Abu Hurairah.
     Umar bin Khattab menarik tangan Abu Hurairah dan diajaknya untuk menemui Nabi untuk menguji kebenaran informasi tersebut, dan Nabi membenarkannya, tetapi  Umar bin Khattab mengusulkan agar berita itu tidak disampaikan kepada sembarang orang karena khawatir menimbulkan salah paham dan ternyata Nabi menyetujuinya.
      Para ulama menjelaskan bahwa pada umumnya manusia tampak kebodohanya,  karena tidak mampu dalam memilah dan memilih tempat, waktu, dan bahan informasi yang tepat guna.
     Manusia sering kali berlaku aniaya, termasuk orang-orang yang dianggap berilmu, yang tercermin dalam ucapan dan informasinya yang keliru, memutarbalikkan fakta, menimbulkan selera rendah, melucukan yang tidak lucu, dan menyesatkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

562. NERAKA

MASYARAKAT NERAKA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang masyarakat neraka  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kekejaman komunis dalam peristiwa G-30-S PKI selalu terbayang dalam ingatan kita, sehingga kita semakin yakin atas besarnya rahmat Allah yang dicurahkan kepada bangsa Indonesia.
      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, sedangkan agama dengan paham komunisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang, karena agama berlandaskan kepercayaan terhadap “kekuatan” yang berada di luar alam nyata, sedangkan paham komunisme berdasarkan falsafah materialisme.
      Paham materialisme menilai segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan dunia empiris adalah nihil, omomg kosong, dan bohong termasuk di dalamnya keyakinan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebagainya.
      Dari segi kemasyarakatan, paham komunisme berusaha mengatur kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh atas wawasan yang tidak rasional, mereka bermimpi mewujudkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa perbedaan dengan cara menggilas suatu kelas dalam masyarakatnya.
    Sedangkan agama Islam, meskipun mendasarkan ajaran kemasyarakatannya kepada persamaan dalam nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis, warna kulit, dan keturunan seseorang, tetapi agama Islam juga mengakui adanya perbedaan yang dikarenakan oleh kemampuan ilmiah dan kesungguhan seseorang dalam bekerja.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 9 menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
   
  “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 95 menyatakan bahwa tidak sama antara orang mukmin yang duduk dengan orang mukmin yang berjuang di jalan Allah.

      “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”.
      Islam tidak mengutuk dan meruntuhkan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, karena dalam pandangan Al-Quran masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tumbuh berkembang bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.
      Al-Quran surah Al-Fath, surah ke-48 ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

      “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.  
     Menurut ajaran Islam, sejarah masyarakat manusia adalah mata rantai yang bersinambung, sehingga eksistensi perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia adalah suatu kesatuan yang harus dijaga, tanpa mengorbankan satu di antaranya untuk kepentingan yang lain.
      Hal ini berbeda dengan paham dan praktik komunisme yang hanya berusaha memenangkan satu kelompok kelas serta mengutuk dan mengorbankan kelas yang lain, bahkan mengutuk generasi terdahulu mereka.
     Al-Quran melukiskan masyarakat seperti itu adalah “masyarakat neraka”, karena ketika setiap suatu kelompok masuk ke dalam neraka, mereka mengutuk kawannya yang terdahulu.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 38.

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِنْ لَا تَعْلَمُونَ

      “Allah berfirman,”Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelummu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu,”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman,”Masing-masing mendapatkan (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”.
     itulah sebagian paham dan kenyataan dalam masyarakat komunis, bagaikan dunia neraka yang penuh dengan kutukan, dan tidak hanya sekali bangsa Indonesia nyaris dikuasai oleh kaum komunis, alhamdulillah bangsa Indonesia selamat atas  berkat rahmat dari Allah,
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-5 ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

562. NERAKA

MASYARAKAT NERAKA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang masyarakat neraka  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kekejaman komunis dalam peristiwa G-30-S PKI selalu terbayang dalam ingatan kita, sehingga kita semakin yakin atas besarnya rahmat Allah yang dicurahkan kepada bangsa Indonesia.
      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, sedangkan agama dengan paham komunisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang, karena agama berlandaskan kepercayaan terhadap “kekuatan” yang berada di luar alam nyata, sedangkan paham komunisme berdasarkan falsafah materialisme.
      Paham materialisme menilai segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan dunia empiris adalah nihil, omomg kosong, dan bohong termasuk di dalamnya keyakinan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebagainya.
      Dari segi kemasyarakatan, paham komunisme berusaha mengatur kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh atas wawasan yang tidak rasional, mereka bermimpi mewujudkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa perbedaan dengan cara menggilas suatu kelas dalam masyarakatnya.
    Sedangkan agama Islam, meskipun mendasarkan ajaran kemasyarakatannya kepada persamaan dalam nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis, warna kulit, dan keturunan seseorang, tetapi agama Islam juga mengakui adanya perbedaan yang dikarenakan oleh kemampuan ilmiah dan kesungguhan seseorang dalam bekerja.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 9 menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
   
  “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 95 menyatakan bahwa tidak sama antara orang mukmin yang duduk dengan orang mukmin yang berjuang di jalan Allah.

      “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”.
      Islam tidak mengutuk dan meruntuhkan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, karena dalam pandangan Al-Quran masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tumbuh berkembang bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.
      Al-Quran surah Al-Fath, surah ke-48 ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

      “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.  
     Menurut ajaran Islam, sejarah masyarakat manusia adalah mata rantai yang bersinambung, sehingga eksistensi perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia adalah suatu kesatuan yang harus dijaga, tanpa mengorbankan satu di antaranya untuk kepentingan yang lain.
      Hal ini berbeda dengan paham dan praktik komunisme yang hanya berusaha memenangkan satu kelompok kelas serta mengutuk dan mengorbankan kelas yang lain, bahkan mengutuk generasi terdahulu mereka.
     Al-Quran melukiskan masyarakat seperti itu adalah “masyarakat neraka”, karena ketika setiap suatu kelompok masuk ke dalam neraka, mereka mengutuk kawannya yang terdahulu.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 38.

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِنْ لَا تَعْلَمُونَ

      “Allah berfirman,”Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelummu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu,”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman,”Masing-masing mendapatkan (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”.
     itulah sebagian paham dan kenyataan dalam masyarakat komunis, bagaikan dunia neraka yang penuh dengan kutukan, dan tidak hanya sekali bangsa Indonesia nyaris dikuasai oleh kaum komunis, alhamdulillah bangsa Indonesia selamat atas  berkat rahmat dari Allah,
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-5 ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

562. NERAKA

MASYARAKAT NERAKA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang masyarakat neraka  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kekejaman komunis dalam peristiwa G-30-S PKI selalu terbayang dalam ingatan kita, sehingga kita semakin yakin atas besarnya rahmat Allah yang dicurahkan kepada bangsa Indonesia.
      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, sedangkan agama dengan paham komunisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang, karena agama berlandaskan kepercayaan terhadap “kekuatan” yang berada di luar alam nyata, sedangkan paham komunisme berdasarkan falsafah materialisme.
      Paham materialisme menilai segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan dunia empiris adalah nihil, omomg kosong, dan bohong termasuk di dalamnya keyakinan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebagainya.
      Dari segi kemasyarakatan, paham komunisme berusaha mengatur kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh atas wawasan yang tidak rasional, mereka bermimpi mewujudkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa perbedaan dengan cara menggilas suatu kelas dalam masyarakatnya.
    Sedangkan agama Islam, meskipun mendasarkan ajaran kemasyarakatannya kepada persamaan dalam nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis, warna kulit, dan keturunan seseorang, tetapi agama Islam juga mengakui adanya perbedaan yang dikarenakan oleh kemampuan ilmiah dan kesungguhan seseorang dalam bekerja.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 9 menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
   
  “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 95 menyatakan bahwa tidak sama antara orang mukmin yang duduk dengan orang mukmin yang berjuang di jalan Allah.

      “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”.
      Islam tidak mengutuk dan meruntuhkan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, karena dalam pandangan Al-Quran masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tumbuh berkembang bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.
      Al-Quran surah Al-Fath, surah ke-48 ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

      “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.  
     Menurut ajaran Islam, sejarah masyarakat manusia adalah mata rantai yang bersinambung, sehingga eksistensi perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia adalah suatu kesatuan yang harus dijaga, tanpa mengorbankan satu di antaranya untuk kepentingan yang lain.
      Hal ini berbeda dengan paham dan praktik komunisme yang hanya berusaha memenangkan satu kelompok kelas serta mengutuk dan mengorbankan kelas yang lain, bahkan mengutuk generasi terdahulu mereka.
     Al-Quran melukiskan masyarakat seperti itu adalah “masyarakat neraka”, karena ketika setiap suatu kelompok masuk ke dalam neraka, mereka mengutuk kawannya yang terdahulu.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 38.

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِنْ لَا تَعْلَمُونَ

      “Allah berfirman,”Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelummu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu,”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman,”Masing-masing mendapatkan (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”.
     itulah sebagian paham dan kenyataan dalam masyarakat komunis, bagaikan dunia neraka yang penuh dengan kutukan, dan tidak hanya sekali bangsa Indonesia nyaris dikuasai oleh kaum komunis, alhamdulillah bangsa Indonesia selamat atas  berkat rahmat dari Allah,
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-5 ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

562. NERAKA

MASYARAKAT NERAKA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang masyarakat neraka  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kekejaman komunis dalam peristiwa G-30-S PKI selalu terbayang dalam ingatan kita, sehingga kita semakin yakin atas besarnya rahmat Allah yang dicurahkan kepada bangsa Indonesia.
      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, sedangkan agama dengan paham komunisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang, karena agama berlandaskan kepercayaan terhadap “kekuatan” yang berada di luar alam nyata, sedangkan paham komunisme berdasarkan falsafah materialisme.
      Paham materialisme menilai segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan dunia empiris adalah nihil, omomg kosong, dan bohong termasuk di dalamnya keyakinan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebagainya.
      Dari segi kemasyarakatan, paham komunisme berusaha mengatur kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh atas wawasan yang tidak rasional, mereka bermimpi mewujudkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa perbedaan dengan cara menggilas suatu kelas dalam masyarakatnya.
    Sedangkan agama Islam, meskipun mendasarkan ajaran kemasyarakatannya kepada persamaan dalam nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis, warna kulit, dan keturunan seseorang, tetapi agama Islam juga mengakui adanya perbedaan yang dikarenakan oleh kemampuan ilmiah dan kesungguhan seseorang dalam bekerja.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 9 menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
   
  “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 95 menyatakan bahwa tidak sama antara orang mukmin yang duduk dengan orang mukmin yang berjuang di jalan Allah.

      “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”.
      Islam tidak mengutuk dan meruntuhkan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, karena dalam pandangan Al-Quran masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tumbuh berkembang bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.
      Al-Quran surah Al-Fath, surah ke-48 ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

      “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.  
     Menurut ajaran Islam, sejarah masyarakat manusia adalah mata rantai yang bersinambung, sehingga eksistensi perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia adalah suatu kesatuan yang harus dijaga, tanpa mengorbankan satu di antaranya untuk kepentingan yang lain.
      Hal ini berbeda dengan paham dan praktik komunisme yang hanya berusaha memenangkan satu kelompok kelas serta mengutuk dan mengorbankan kelas yang lain, bahkan mengutuk generasi terdahulu mereka.
     Al-Quran melukiskan masyarakat seperti itu adalah “masyarakat neraka”, karena ketika setiap suatu kelompok masuk ke dalam neraka, mereka mengutuk kawannya yang terdahulu.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 38.

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِنْ لَا تَعْلَمُونَ

      “Allah berfirman,”Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelummu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu,”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman,”Masing-masing mendapatkan (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”.
     itulah sebagian paham dan kenyataan dalam masyarakat komunis, bagaikan dunia neraka yang penuh dengan kutukan, dan tidak hanya sekali bangsa Indonesia nyaris dikuasai oleh kaum komunis, alhamdulillah bangsa Indonesia selamat atas  berkat rahmat dari Allah,
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-5 ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

562. NERAKA

MASYARAKAT NERAKA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang masyarakat neraka  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kekejaman komunis dalam peristiwa G-30-S PKI selalu terbayang dalam ingatan kita, sehingga kita semakin yakin atas besarnya rahmat Allah yang dicurahkan kepada bangsa Indonesia.
      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, sedangkan agama dengan paham komunisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang, karena agama berlandaskan kepercayaan terhadap “kekuatan” yang berada di luar alam nyata, sedangkan paham komunisme berdasarkan falsafah materialisme.
      Paham materialisme menilai segala sesuatu yang tidak dapat dibuktikan dengan dunia empiris adalah nihil, omomg kosong, dan bohong termasuk di dalamnya keyakinan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebagainya.
      Dari segi kemasyarakatan, paham komunisme berusaha mengatur kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh atas wawasan yang tidak rasional, mereka bermimpi mewujudkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa perbedaan dengan cara menggilas suatu kelas dalam masyarakatnya.
    Sedangkan agama Islam, meskipun mendasarkan ajaran kemasyarakatannya kepada persamaan dalam nilai kemanusiaan tanpa membedakan jenis, warna kulit, dan keturunan seseorang, tetapi agama Islam juga mengakui adanya perbedaan yang dikarenakan oleh kemampuan ilmiah dan kesungguhan seseorang dalam bekerja.
      Al-Quran surah Az-Zumar, surah ke-39 ayat 9 menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
   
  “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
      Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 95 menyatakan bahwa tidak sama antara orang mukmin yang duduk dengan orang mukmin yang berjuang di jalan Allah.

      “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”.
      Islam tidak mengutuk dan meruntuhkan hasil yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, karena dalam pandangan Al-Quran masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang tumbuh berkembang bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas pokoknya.
      Al-Quran surah Al-Fath, surah ke-48 ayat 29.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

      “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.  
     Menurut ajaran Islam, sejarah masyarakat manusia adalah mata rantai yang bersinambung, sehingga eksistensi perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia adalah suatu kesatuan yang harus dijaga, tanpa mengorbankan satu di antaranya untuk kepentingan yang lain.
      Hal ini berbeda dengan paham dan praktik komunisme yang hanya berusaha memenangkan satu kelompok kelas serta mengutuk dan mengorbankan kelas yang lain, bahkan mengutuk generasi terdahulu mereka.
     Al-Quran melukiskan masyarakat seperti itu adalah “masyarakat neraka”, karena ketika setiap suatu kelompok masuk ke dalam neraka, mereka mengutuk kawannya yang terdahulu.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 38.

قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ ۖ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا ۖ حَتَّىٰ إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ ۖ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَٰكِنْ لَا تَعْلَمُونَ

      “Allah berfirman,”Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelummu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu,”Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Allah berfirman,”Masing-masing mendapatkan (siksaan), yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”.
     itulah sebagian paham dan kenyataan dalam masyarakat komunis, bagaikan dunia neraka yang penuh dengan kutukan, dan tidak hanya sekali bangsa Indonesia nyaris dikuasai oleh kaum komunis, alhamdulillah bangsa Indonesia selamat atas  berkat rahmat dari Allah,
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-5 ayat 11.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

      “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online