Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Saturday, December 16, 2017

565. HEMAT

HEMAT ENERGI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penghematan energi  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Presiden Soeharto berpidato,”Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan yang kurang produktif, dan kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan dengan manfaat yang kita peroleh”.
      Al-Quran surat Yasin ,surah ke-36 ayat 80.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

      “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
      Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73.

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ

      “Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir”.
       Sayangnya, umat Islam pada umumnya hanya membaca ayat Al-Quran, tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian umat Islam membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Quran.
      Ayat  Al-Quran di atas berbicara tentang “pohon yang hijau” atau energi yang diperoleh melalui proses “fotosintetis”, yakni proses penggabungan secara bio-kimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari.
      Dalam istilah ilmiah “pohon hijau” disebut dengan “klorofil” atau “zat hijau daun”, tetapi istilah dalam Al-Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau.
     Dalam Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 80 menyatakan bahwa,”Allah yang menjadikan untukmu pohon hijau, maka serta-merta kamu dapat membakar darinya.
      Sedangkan dalam surah Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73, setelah menanyakan,”Siapakah yang menciptakan pohon hijau itu, apakah Allah atau manusia?”
     Kemudian ditegaskan oleh Allah bahwa pohon hijau atau energi itu dapat dijadikan sebagai peringatan serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
     Cara mensyukuri suatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah dengan adalah menggunakan nikmat tersebut dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan diciptakannya.
           Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Sumber daya alam yang disiapkan oleh Allah untuk manusia sangat melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, sehingga dapat dikatakan jumlahnya tidak terbatas, apabila manusia merasakan terdapat keterbatasan, hal itu karena kesalahan manusia yang bersikap aniaya dan kufur (mengingkari nikmat Allah).
     Termasuk sikap aniaya adalah memboroskan sumber alam dan  menyia-nyiakannya, serta mengambil jatah porsi makhluk lain, yang mengakibatkan tidak ada pemerataan.
   Sedangkan bersikap kufur adalah tidak mengolah sumber daya alam yang tersedia,  sehingga tidak dapat dimanfaatkan, karena salah satu arti “kufur” adalah “menutupi”, yaitu menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah.
     Pemborosan juga dilarang oleh agama Islam, karena Nabi bersabda, “Meskipun kamu berwudu di sungai yang airnya mengalir, janganlah kamu menggunakan air secara berlebihan”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

565. HEMAT

HEMAT ENERGI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penghematan energi  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Presiden Soeharto berpidato,”Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan yang kurang produktif, dan kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan dengan manfaat yang kita peroleh”.
      Al-Quran surat Yasin ,surah ke-36 ayat 80.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

      “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
      Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73.

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ

      “Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir”.
       Sayangnya, umat Islam pada umumnya hanya membaca ayat Al-Quran, tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian umat Islam membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Quran.
      Ayat  Al-Quran di atas berbicara tentang “pohon yang hijau” atau energi yang diperoleh melalui proses “fotosintetis”, yakni proses penggabungan secara bio-kimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari.
      Dalam istilah ilmiah “pohon hijau” disebut dengan “klorofil” atau “zat hijau daun”, tetapi istilah dalam Al-Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau.
     Dalam Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 80 menyatakan bahwa,”Allah yang menjadikan untukmu pohon hijau, maka serta-merta kamu dapat membakar darinya.
      Sedangkan dalam surah Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73, setelah menanyakan,”Siapakah yang menciptakan pohon hijau itu, apakah Allah atau manusia?”
     Kemudian ditegaskan oleh Allah bahwa pohon hijau atau energi itu dapat dijadikan sebagai peringatan serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
     Cara mensyukuri suatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah dengan adalah menggunakan nikmat tersebut dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan diciptakannya.
           Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Sumber daya alam yang disiapkan oleh Allah untuk manusia sangat melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, sehingga dapat dikatakan jumlahnya tidak terbatas, apabila manusia merasakan terdapat keterbatasan, hal itu karena kesalahan manusia yang bersikap aniaya dan kufur (mengingkari nikmat Allah).
     Termasuk sikap aniaya adalah memboroskan sumber alam dan  menyia-nyiakannya, serta mengambil jatah porsi makhluk lain, yang mengakibatkan tidak ada pemerataan.
   Sedangkan bersikap kufur adalah tidak mengolah sumber daya alam yang tersedia,  sehingga tidak dapat dimanfaatkan, karena salah satu arti “kufur” adalah “menutupi”, yaitu menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah.
     Pemborosan juga dilarang oleh agama Islam, karena Nabi bersabda, “Meskipun kamu berwudu di sungai yang airnya mengalir, janganlah kamu menggunakan air secara berlebihan”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

565. HEMAT

HEMAT ENERGI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penghematan energi  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Presiden Soeharto berpidato,”Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan yang kurang produktif, dan kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan dengan manfaat yang kita peroleh”.
      Al-Quran surat Yasin ,surah ke-36 ayat 80.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

      “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
      Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73.

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ

      “Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir”.
       Sayangnya, umat Islam pada umumnya hanya membaca ayat Al-Quran, tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian umat Islam membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Quran.
      Ayat  Al-Quran di atas berbicara tentang “pohon yang hijau” atau energi yang diperoleh melalui proses “fotosintetis”, yakni proses penggabungan secara bio-kimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari.
      Dalam istilah ilmiah “pohon hijau” disebut dengan “klorofil” atau “zat hijau daun”, tetapi istilah dalam Al-Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau.
     Dalam Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 80 menyatakan bahwa,”Allah yang menjadikan untukmu pohon hijau, maka serta-merta kamu dapat membakar darinya.
      Sedangkan dalam surah Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73, setelah menanyakan,”Siapakah yang menciptakan pohon hijau itu, apakah Allah atau manusia?”
     Kemudian ditegaskan oleh Allah bahwa pohon hijau atau energi itu dapat dijadikan sebagai peringatan serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
     Cara mensyukuri suatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah dengan adalah menggunakan nikmat tersebut dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan diciptakannya.
           Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Sumber daya alam yang disiapkan oleh Allah untuk manusia sangat melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, sehingga dapat dikatakan jumlahnya tidak terbatas, apabila manusia merasakan terdapat keterbatasan, hal itu karena kesalahan manusia yang bersikap aniaya dan kufur (mengingkari nikmat Allah).
     Termasuk sikap aniaya adalah memboroskan sumber alam dan  menyia-nyiakannya, serta mengambil jatah porsi makhluk lain, yang mengakibatkan tidak ada pemerataan.
   Sedangkan bersikap kufur adalah tidak mengolah sumber daya alam yang tersedia,  sehingga tidak dapat dimanfaatkan, karena salah satu arti “kufur” adalah “menutupi”, yaitu menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah.
     Pemborosan juga dilarang oleh agama Islam, karena Nabi bersabda, “Meskipun kamu berwudu di sungai yang airnya mengalir, janganlah kamu menggunakan air secara berlebihan”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

565. HEMAT

HEMAT ENERGI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penghematan energi  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Presiden Soeharto berpidato,”Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan yang kurang produktif, dan kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan dengan manfaat yang kita peroleh”.
      Al-Quran surat Yasin ,surah ke-36 ayat 80.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

      “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
      Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73.

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ

      “Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir”.
       Sayangnya, umat Islam pada umumnya hanya membaca ayat Al-Quran, tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian umat Islam membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Quran.
      Ayat  Al-Quran di atas berbicara tentang “pohon yang hijau” atau energi yang diperoleh melalui proses “fotosintetis”, yakni proses penggabungan secara bio-kimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari.
      Dalam istilah ilmiah “pohon hijau” disebut dengan “klorofil” atau “zat hijau daun”, tetapi istilah dalam Al-Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau.
     Dalam Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 80 menyatakan bahwa,”Allah yang menjadikan untukmu pohon hijau, maka serta-merta kamu dapat membakar darinya.
      Sedangkan dalam surah Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73, setelah menanyakan,”Siapakah yang menciptakan pohon hijau itu, apakah Allah atau manusia?”
     Kemudian ditegaskan oleh Allah bahwa pohon hijau atau energi itu dapat dijadikan sebagai peringatan serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
     Cara mensyukuri suatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah dengan adalah menggunakan nikmat tersebut dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan diciptakannya.
           Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Sumber daya alam yang disiapkan oleh Allah untuk manusia sangat melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, sehingga dapat dikatakan jumlahnya tidak terbatas, apabila manusia merasakan terdapat keterbatasan, hal itu karena kesalahan manusia yang bersikap aniaya dan kufur (mengingkari nikmat Allah).
     Termasuk sikap aniaya adalah memboroskan sumber alam dan  menyia-nyiakannya, serta mengambil jatah porsi makhluk lain, yang mengakibatkan tidak ada pemerataan.
   Sedangkan bersikap kufur adalah tidak mengolah sumber daya alam yang tersedia,  sehingga tidak dapat dimanfaatkan, karena salah satu arti “kufur” adalah “menutupi”, yaitu menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah.
     Pemborosan juga dilarang oleh agama Islam, karena Nabi bersabda, “Meskipun kamu berwudu di sungai yang airnya mengalir, janganlah kamu menggunakan air secara berlebihan”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

565. HEMAT

HEMAT ENERGI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penghematan energi  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Presiden Soeharto berpidato,”Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan yang kurang produktif, dan kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan dengan manfaat yang kita peroleh”.
      Al-Quran surat Yasin ,surah ke-36 ayat 80.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

      “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
      Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73.

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ

      “Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir”.
       Sayangnya, umat Islam pada umumnya hanya membaca ayat Al-Quran, tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian umat Islam membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Quran.
      Ayat  Al-Quran di atas berbicara tentang “pohon yang hijau” atau energi yang diperoleh melalui proses “fotosintetis”, yakni proses penggabungan secara bio-kimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari.
      Dalam istilah ilmiah “pohon hijau” disebut dengan “klorofil” atau “zat hijau daun”, tetapi istilah dalam Al-Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau.
     Dalam Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 80 menyatakan bahwa,”Allah yang menjadikan untukmu pohon hijau, maka serta-merta kamu dapat membakar darinya.
      Sedangkan dalam surah Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73, setelah menanyakan,”Siapakah yang menciptakan pohon hijau itu, apakah Allah atau manusia?”
     Kemudian ditegaskan oleh Allah bahwa pohon hijau atau energi itu dapat dijadikan sebagai peringatan serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
     Cara mensyukuri suatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah dengan adalah menggunakan nikmat tersebut dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan diciptakannya.
           Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Sumber daya alam yang disiapkan oleh Allah untuk manusia sangat melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, sehingga dapat dikatakan jumlahnya tidak terbatas, apabila manusia merasakan terdapat keterbatasan, hal itu karena kesalahan manusia yang bersikap aniaya dan kufur (mengingkari nikmat Allah).
     Termasuk sikap aniaya adalah memboroskan sumber alam dan  menyia-nyiakannya, serta mengambil jatah porsi makhluk lain, yang mengakibatkan tidak ada pemerataan.
   Sedangkan bersikap kufur adalah tidak mengolah sumber daya alam yang tersedia,  sehingga tidak dapat dimanfaatkan, karena salah satu arti “kufur” adalah “menutupi”, yaitu menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah.
     Pemborosan juga dilarang oleh agama Islam, karena Nabi bersabda, “Meskipun kamu berwudu di sungai yang airnya mengalir, janganlah kamu menggunakan air secara berlebihan”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

565. HEMAT

HEMAT ENERGI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penghematan energi  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Presiden Soeharto berpidato,”Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan yang kurang produktif, dan kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan dengan manfaat yang kita peroleh”.
      Al-Quran surat Yasin ,surah ke-36 ayat 80.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

      “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
      Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73.

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ

      “Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir”.
       Sayangnya, umat Islam pada umumnya hanya membaca ayat Al-Quran, tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian umat Islam membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Quran.
      Ayat  Al-Quran di atas berbicara tentang “pohon yang hijau” atau energi yang diperoleh melalui proses “fotosintetis”, yakni proses penggabungan secara bio-kimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari.
      Dalam istilah ilmiah “pohon hijau” disebut dengan “klorofil” atau “zat hijau daun”, tetapi istilah dalam Al-Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau.
     Dalam Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 80 menyatakan bahwa,”Allah yang menjadikan untukmu pohon hijau, maka serta-merta kamu dapat membakar darinya.
      Sedangkan dalam surah Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73, setelah menanyakan,”Siapakah yang menciptakan pohon hijau itu, apakah Allah atau manusia?”
     Kemudian ditegaskan oleh Allah bahwa pohon hijau atau energi itu dapat dijadikan sebagai peringatan serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
     Cara mensyukuri suatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah dengan adalah menggunakan nikmat tersebut dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan diciptakannya.
           Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Sumber daya alam yang disiapkan oleh Allah untuk manusia sangat melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, sehingga dapat dikatakan jumlahnya tidak terbatas, apabila manusia merasakan terdapat keterbatasan, hal itu karena kesalahan manusia yang bersikap aniaya dan kufur (mengingkari nikmat Allah).
     Termasuk sikap aniaya adalah memboroskan sumber alam dan  menyia-nyiakannya, serta mengambil jatah porsi makhluk lain, yang mengakibatkan tidak ada pemerataan.
   Sedangkan bersikap kufur adalah tidak mengolah sumber daya alam yang tersedia,  sehingga tidak dapat dimanfaatkan, karena salah satu arti “kufur” adalah “menutupi”, yaitu menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah.
     Pemborosan juga dilarang oleh agama Islam, karena Nabi bersabda, “Meskipun kamu berwudu di sungai yang airnya mengalir, janganlah kamu menggunakan air secara berlebihan”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

565. HEMAT

HEMAT ENERGI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penghematan energi  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Presiden Soeharto berpidato,”Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan yang kurang produktif, dan kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan dengan manfaat yang kita peroleh”.
      Al-Quran surat Yasin ,surah ke-36 ayat 80.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

      “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
      Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73.

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ

      “Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir”.
       Sayangnya, umat Islam pada umumnya hanya membaca ayat Al-Quran, tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian umat Islam membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Quran.
      Ayat  Al-Quran di atas berbicara tentang “pohon yang hijau” atau energi yang diperoleh melalui proses “fotosintetis”, yakni proses penggabungan secara bio-kimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari.
      Dalam istilah ilmiah “pohon hijau” disebut dengan “klorofil” atau “zat hijau daun”, tetapi istilah dalam Al-Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau.
     Dalam Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 80 menyatakan bahwa,”Allah yang menjadikan untukmu pohon hijau, maka serta-merta kamu dapat membakar darinya.
      Sedangkan dalam surah Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73, setelah menanyakan,”Siapakah yang menciptakan pohon hijau itu, apakah Allah atau manusia?”
     Kemudian ditegaskan oleh Allah bahwa pohon hijau atau energi itu dapat dijadikan sebagai peringatan serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
     Cara mensyukuri suatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah dengan adalah menggunakan nikmat tersebut dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan diciptakannya.
           Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Sumber daya alam yang disiapkan oleh Allah untuk manusia sangat melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, sehingga dapat dikatakan jumlahnya tidak terbatas, apabila manusia merasakan terdapat keterbatasan, hal itu karena kesalahan manusia yang bersikap aniaya dan kufur (mengingkari nikmat Allah).
     Termasuk sikap aniaya adalah memboroskan sumber alam dan  menyia-nyiakannya, serta mengambil jatah porsi makhluk lain, yang mengakibatkan tidak ada pemerataan.
   Sedangkan bersikap kufur adalah tidak mengolah sumber daya alam yang tersedia,  sehingga tidak dapat dimanfaatkan, karena salah satu arti “kufur” adalah “menutupi”, yaitu menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah.
     Pemborosan juga dilarang oleh agama Islam, karena Nabi bersabda, “Meskipun kamu berwudu di sungai yang airnya mengalir, janganlah kamu menggunakan air secara berlebihan”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

565. HEMAT

HEMAT ENERGI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penghematan energi  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Presiden Soeharto berpidato,”Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan yang kurang produktif, dan kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan dengan manfaat yang kita peroleh”.
      Al-Quran surat Yasin ,surah ke-36 ayat 80.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

      “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
      Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73.

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ

      “Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir”.
       Sayangnya, umat Islam pada umumnya hanya membaca ayat Al-Quran, tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian umat Islam membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Quran.
      Ayat  Al-Quran di atas berbicara tentang “pohon yang hijau” atau energi yang diperoleh melalui proses “fotosintetis”, yakni proses penggabungan secara bio-kimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari.
      Dalam istilah ilmiah “pohon hijau” disebut dengan “klorofil” atau “zat hijau daun”, tetapi istilah dalam Al-Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau.
     Dalam Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 80 menyatakan bahwa,”Allah yang menjadikan untukmu pohon hijau, maka serta-merta kamu dapat membakar darinya.
      Sedangkan dalam surah Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73, setelah menanyakan,”Siapakah yang menciptakan pohon hijau itu, apakah Allah atau manusia?”
     Kemudian ditegaskan oleh Allah bahwa pohon hijau atau energi itu dapat dijadikan sebagai peringatan serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
     Cara mensyukuri suatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah dengan adalah menggunakan nikmat tersebut dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan diciptakannya.
           Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Sumber daya alam yang disiapkan oleh Allah untuk manusia sangat melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, sehingga dapat dikatakan jumlahnya tidak terbatas, apabila manusia merasakan terdapat keterbatasan, hal itu karena kesalahan manusia yang bersikap aniaya dan kufur (mengingkari nikmat Allah).
     Termasuk sikap aniaya adalah memboroskan sumber alam dan  menyia-nyiakannya, serta mengambil jatah porsi makhluk lain, yang mengakibatkan tidak ada pemerataan.
   Sedangkan bersikap kufur adalah tidak mengolah sumber daya alam yang tersedia,  sehingga tidak dapat dimanfaatkan, karena salah satu arti “kufur” adalah “menutupi”, yaitu menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah.
     Pemborosan juga dilarang oleh agama Islam, karena Nabi bersabda, “Meskipun kamu berwudu di sungai yang airnya mengalir, janganlah kamu menggunakan air secara berlebihan”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

565. HEMAT

HEMAT ENERGI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penghematan energi  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Presiden Soeharto berpidato,”Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan yang kurang produktif, dan kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan dengan manfaat yang kita peroleh”.
      Al-Quran surat Yasin ,surah ke-36 ayat 80.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

      “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
      Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73.

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ

      “Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir”.
       Sayangnya, umat Islam pada umumnya hanya membaca ayat Al-Quran, tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian umat Islam membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Quran.
      Ayat  Al-Quran di atas berbicara tentang “pohon yang hijau” atau energi yang diperoleh melalui proses “fotosintetis”, yakni proses penggabungan secara bio-kimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari.
      Dalam istilah ilmiah “pohon hijau” disebut dengan “klorofil” atau “zat hijau daun”, tetapi istilah dalam Al-Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau.
     Dalam Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 80 menyatakan bahwa,”Allah yang menjadikan untukmu pohon hijau, maka serta-merta kamu dapat membakar darinya.
      Sedangkan dalam surah Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73, setelah menanyakan,”Siapakah yang menciptakan pohon hijau itu, apakah Allah atau manusia?”
     Kemudian ditegaskan oleh Allah bahwa pohon hijau atau energi itu dapat dijadikan sebagai peringatan serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
     Cara mensyukuri suatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah dengan adalah menggunakan nikmat tersebut dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan diciptakannya.
           Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Sumber daya alam yang disiapkan oleh Allah untuk manusia sangat melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, sehingga dapat dikatakan jumlahnya tidak terbatas, apabila manusia merasakan terdapat keterbatasan, hal itu karena kesalahan manusia yang bersikap aniaya dan kufur (mengingkari nikmat Allah).
     Termasuk sikap aniaya adalah memboroskan sumber alam dan  menyia-nyiakannya, serta mengambil jatah porsi makhluk lain, yang mengakibatkan tidak ada pemerataan.
   Sedangkan bersikap kufur adalah tidak mengolah sumber daya alam yang tersedia,  sehingga tidak dapat dimanfaatkan, karena salah satu arti “kufur” adalah “menutupi”, yaitu menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah.
     Pemborosan juga dilarang oleh agama Islam, karena Nabi bersabda, “Meskipun kamu berwudu di sungai yang airnya mengalir, janganlah kamu menggunakan air secara berlebihan”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

565. HEMAT

HEMAT ENERGI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penghematan energi  menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Presiden Soeharto berpidato,”Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan yang kurang produktif, dan kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan dengan manfaat yang kita peroleh”.
      Al-Quran surat Yasin ,surah ke-36 ayat 80.

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

      “Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”.
      Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73.

نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ

      “Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir”.
       Sayangnya, umat Islam pada umumnya hanya membaca ayat Al-Quran, tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian umat Islam membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Quran.
      Ayat  Al-Quran di atas berbicara tentang “pohon yang hijau” atau energi yang diperoleh melalui proses “fotosintetis”, yakni proses penggabungan secara bio-kimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari.
      Dalam istilah ilmiah “pohon hijau” disebut dengan “klorofil” atau “zat hijau daun”, tetapi istilah dalam Al-Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun, tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau.
     Dalam Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 80 menyatakan bahwa,”Allah yang menjadikan untukmu pohon hijau, maka serta-merta kamu dapat membakar darinya.
      Sedangkan dalam surah Al-Waqiah, surah ke-56 ayat 73, setelah menanyakan,”Siapakah yang menciptakan pohon hijau itu, apakah Allah atau manusia?”
     Kemudian ditegaskan oleh Allah bahwa pohon hijau atau energi itu dapat dijadikan sebagai peringatan serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
     Cara mensyukuri suatu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah dengan adalah menggunakan nikmat tersebut dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan diciptakannya.
           Al-Quran surat Al-Waqiah, surah ke-14 ayat 34.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

      “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
      Sumber daya alam yang disiapkan oleh Allah untuk manusia sangat melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, sehingga dapat dikatakan jumlahnya tidak terbatas, apabila manusia merasakan terdapat keterbatasan, hal itu karena kesalahan manusia yang bersikap aniaya dan kufur (mengingkari nikmat Allah).
     Termasuk sikap aniaya adalah memboroskan sumber alam dan  menyia-nyiakannya, serta mengambil jatah porsi makhluk lain, yang mengakibatkan tidak ada pemerataan.
   Sedangkan bersikap kufur adalah tidak mengolah sumber daya alam yang tersedia,  sehingga tidak dapat dimanfaatkan, karena salah satu arti “kufur” adalah “menutupi”, yaitu menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah.
     Pemborosan juga dilarang oleh agama Islam, karena Nabi bersabda, “Meskipun kamu berwudu di sungai yang airnya mengalir, janganlah kamu menggunakan air secara berlebihan”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

564. AIDS

PENYEBAB PENYAKIT AIDS
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penyebab munculnya penyaki AIDS menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Sekarang ini banyak peristiwa yang dapat membuktikan kebenaran suatu istilah keagamaan yang tidak populer, yaitu “uqubat al-fithrah” (hukuman karena melanggar fitrah).
     Kata “fithrah” artinya “asal kejadian”, “jati diri”, atau “naluri manusia”, sedangkan “fitrah” manusia sangat beragam dan bertingkat-tingkat, salah satunya adalah fitrah manusia untuk beragama.
      Al-Quran surah Ar-Rum, surah ke-30 ayat 30.

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

      “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
    Agama Islam adalah agama fitrah, artinya tidak satu pun petunjuk dan pedoman dalam ajaran Islam yang bertentangan dengan asal kejadian, jati diri, dan naluri manusia yang normal.
     Sedangkan kalimat “uqubat al-fithrah” artinya bahwa setiap pelanggaran terhadap fitrah manusia atau ajaran agama, maka akan muncul sanksi, risiko, dan hukuman atas pelanggaran tersebut.
     Satu satunya adalah munculnya penyakit AIDS, yang diketahui pertama kali pada tahun 1979 di New York, Amerika Serikat, terdapat dalam tubuh seorang yang melakukan hubungan seksual yang tidak normal.
      Kemudian berturut-turut ditemukan banyak lagi penderita penyakit AIDS yang pada umumnya memiliki kebiasaan seksual yang tidak normal tersebut, karena hubungan seks adalah fitrah, normal, dan manusiawi.
      Menurut fitrah manusia, hubungan seksual harus dilakukan dengan lawan jenisnya, artinya seorang pria mencintai seorang wanita atau seorang wanita mencintai seorang pria, bukan pria dengan pria atau wanita dengan wanita.
     Sehingga agama Islam tidak melarang mengadakan hubungan seksual, bahkan menganjurkan perkawinan, tetapi karena fitrah wanita adalah monogami, maka agama Islam melarang “poliandri”, yaitu seorang wanita dilarang berhubungan dalam waktu yang bersamaan dengan banyak lelaki.
    Hal itu berbeda dengan fitrah seorang laki-laki yang memiliki kecenderungan untuk berpoligami, sehingga agama Islam tidak melarang laki-laki berpoligami hanya membatasinya dengan syarat  yang ketat.
    Agama Islam adalah agama sesuai dengan fitrah manusia, apabila dilanggar pasti muncul risiko dan sanksinya, karena penyebab utama munculnya penyakit AIDS adalah hubungan seksual yang bertentangan dengan fitrah, yaitu “homo-seksual” (hubungan sejenis) dan perzinaan (hubungan seks antara seorang wanita dengan banyak pria).
    Al-Quran menamakan hal ini sebagai “fahisyah” atau “keburukan yang melampaui batas”, sehingga muncul sanksi hukuman yang berat, karena terdapat sanksi agama dan ada juga sanksi hukuman lainnya, termasuk munculnya penyakit AIDS.
    Nabi bersabda,”Tidak merajalela “fahisyah” dalam masyarakat, sampai mereka berbuat secara terang-terangan, kecuali tersebar wabah penyakit yang belum pernah dikenal oleh generasi terdahulu”.
      Penyakit AIDS belum dikenal pada zaman masa lampau, yang sampai sekarang  belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya, dan yang lebih parah lagi adalah orang-orang yang tidak berdosa dapat terkena penyakit AIDS tersebut.
    Al-Quran memperingatkan cobaan dan sanksi hukuman yang tidak hanya menimpa orang-orang yang berlaku aniaya di antara manusia, dan bahwa Allah Maha keras siksa-Nya.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 25.

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

      “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antaramu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”.
      Kewaspadaan terhadap penyakit AIDS harus selalu ditingkatkan, bukan sekadar dalam bentuk membagikan kondom, tetapi yang lebih penting adalah memberantas penyebabnya, yaitu dengan mengurangi dan menghilangkan semakin banyaknya rangsangan seksual yang sering dipamerkan di  ruang khalayak umum.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

564. AIDS

PENYEBAB PENYAKIT AIDS
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penyebab munculnya penyaki AIDS menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Sekarang ini banyak peristiwa yang dapat membuktikan kebenaran suatu istilah keagamaan yang tidak populer, yaitu “uqubat al-fithrah” (hukuman karena melanggar fitrah).
     Kata “fithrah” artinya “asal kejadian”, “jati diri”, atau “naluri manusia”, sedangkan “fitrah” manusia sangat beragam dan bertingkat-tingkat, salah satunya adalah fitrah manusia untuk beragama.
      Al-Quran surah Ar-Rum, surah ke-30 ayat 30.

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

      “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
    Agama Islam adalah agama fitrah, artinya tidak satu pun petunjuk dan pedoman dalam ajaran Islam yang bertentangan dengan asal kejadian, jati diri, dan naluri manusia yang normal.
     Sedangkan kalimat “uqubat al-fithrah” artinya bahwa setiap pelanggaran terhadap fitrah manusia atau ajaran agama, maka akan muncul sanksi, risiko, dan hukuman atas pelanggaran tersebut.
     Satu satunya adalah munculnya penyakit AIDS, yang diketahui pertama kali pada tahun 1979 di New York, Amerika Serikat, terdapat dalam tubuh seorang yang melakukan hubungan seksual yang tidak normal.
      Kemudian berturut-turut ditemukan banyak lagi penderita penyakit AIDS yang pada umumnya memiliki kebiasaan seksual yang tidak normal tersebut, karena hubungan seks adalah fitrah, normal, dan manusiawi.
      Menurut fitrah manusia, hubungan seksual harus dilakukan dengan lawan jenisnya, artinya seorang pria mencintai seorang wanita atau seorang wanita mencintai seorang pria, bukan pria dengan pria atau wanita dengan wanita.
     Sehingga agama Islam tidak melarang mengadakan hubungan seksual, bahkan menganjurkan perkawinan, tetapi karena fitrah wanita adalah monogami, maka agama Islam melarang “poliandri”, yaitu seorang wanita dilarang berhubungan dalam waktu yang bersamaan dengan banyak lelaki.
    Hal itu berbeda dengan fitrah seorang laki-laki yang memiliki kecenderungan untuk berpoligami, sehingga agama Islam tidak melarang laki-laki berpoligami hanya membatasinya dengan syarat  yang ketat.
    Agama Islam adalah agama sesuai dengan fitrah manusia, apabila dilanggar pasti muncul risiko dan sanksinya, karena penyebab utama munculnya penyakit AIDS adalah hubungan seksual yang bertentangan dengan fitrah, yaitu “homo-seksual” (hubungan sejenis) dan perzinaan (hubungan seks antara seorang wanita dengan banyak pria).
    Al-Quran menamakan hal ini sebagai “fahisyah” atau “keburukan yang melampaui batas”, sehingga muncul sanksi hukuman yang berat, karena terdapat sanksi agama dan ada juga sanksi hukuman lainnya, termasuk munculnya penyakit AIDS.
    Nabi bersabda,”Tidak merajalela “fahisyah” dalam masyarakat, sampai mereka berbuat secara terang-terangan, kecuali tersebar wabah penyakit yang belum pernah dikenal oleh generasi terdahulu”.
      Penyakit AIDS belum dikenal pada zaman masa lampau, yang sampai sekarang  belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya, dan yang lebih parah lagi adalah orang-orang yang tidak berdosa dapat terkena penyakit AIDS tersebut.
    Al-Quran memperingatkan cobaan dan sanksi hukuman yang tidak hanya menimpa orang-orang yang berlaku aniaya di antara manusia, dan bahwa Allah Maha keras siksa-Nya.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 25.

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

      “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antaramu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”.
      Kewaspadaan terhadap penyakit AIDS harus selalu ditingkatkan, bukan sekadar dalam bentuk membagikan kondom, tetapi yang lebih penting adalah memberantas penyebabnya, yaitu dengan mengurangi dan menghilangkan semakin banyaknya rangsangan seksual yang sering dipamerkan di  ruang khalayak umum.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

564. AIDS

PENYEBAB PENYAKIT AIDS
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang penyebab munculnya penyaki AIDS menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Sekarang ini banyak peristiwa yang dapat membuktikan kebenaran suatu istilah keagamaan yang tidak populer, yaitu “uqubat al-fithrah” (hukuman karena melanggar fitrah).
     Kata “fithrah” artinya “asal kejadian”, “jati diri”, atau “naluri manusia”, sedangkan “fitrah” manusia sangat beragam dan bertingkat-tingkat, salah satunya adalah fitrah manusia untuk beragama.
      Al-Quran surah Ar-Rum, surah ke-30 ayat 30.

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

      “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
    Agama Islam adalah agama fitrah, artinya tidak satu pun petunjuk dan pedoman dalam ajaran Islam yang bertentangan dengan asal kejadian, jati diri, dan naluri manusia yang normal.
     Sedangkan kalimat “uqubat al-fithrah” artinya bahwa setiap pelanggaran terhadap fitrah manusia atau ajaran agama, maka akan muncul sanksi, risiko, dan hukuman atas pelanggaran tersebut.
     Satu satunya adalah munculnya penyakit AIDS, yang diketahui pertama kali pada tahun 1979 di New York, Amerika Serikat, terdapat dalam tubuh seorang yang melakukan hubungan seksual yang tidak normal.
      Kemudian berturut-turut ditemukan banyak lagi penderita penyakit AIDS yang pada umumnya memiliki kebiasaan seksual yang tidak normal tersebut, karena hubungan seks adalah fitrah, normal, dan manusiawi.
      Menurut fitrah manusia, hubungan seksual harus dilakukan dengan lawan jenisnya, artinya seorang pria mencintai seorang wanita atau seorang wanita mencintai seorang pria, bukan pria dengan pria atau wanita dengan wanita.
     Sehingga agama Islam tidak melarang mengadakan hubungan seksual, bahkan menganjurkan perkawinan, tetapi karena fitrah wanita adalah monogami, maka agama Islam melarang “poliandri”, yaitu seorang wanita dilarang berhubungan dalam waktu yang bersamaan dengan banyak lelaki.
    Hal itu berbeda dengan fitrah seorang laki-laki yang memiliki kecenderungan untuk berpoligami, sehingga agama Islam tidak melarang laki-laki berpoligami hanya membatasinya dengan syarat  yang ketat.
    Agama Islam adalah agama sesuai dengan fitrah manusia, apabila dilanggar pasti muncul risiko dan sanksinya, karena penyebab utama munculnya penyakit AIDS adalah hubungan seksual yang bertentangan dengan fitrah, yaitu “homo-seksual” (hubungan sejenis) dan perzinaan (hubungan seks antara seorang wanita dengan banyak pria).
    Al-Quran menamakan hal ini sebagai “fahisyah” atau “keburukan yang melampaui batas”, sehingga muncul sanksi hukuman yang berat, karena terdapat sanksi agama dan ada juga sanksi hukuman lainnya, termasuk munculnya penyakit AIDS.
    Nabi bersabda,”Tidak merajalela “fahisyah” dalam masyarakat, sampai mereka berbuat secara terang-terangan, kecuali tersebar wabah penyakit yang belum pernah dikenal oleh generasi terdahulu”.
      Penyakit AIDS belum dikenal pada zaman masa lampau, yang sampai sekarang  belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya, dan yang lebih parah lagi adalah orang-orang yang tidak berdosa dapat terkena penyakit AIDS tersebut.
    Al-Quran memperingatkan cobaan dan sanksi hukuman yang tidak hanya menimpa orang-orang yang berlaku aniaya di antara manusia, dan bahwa Allah Maha keras siksa-Nya.
      Al-Quran surah Al-Anfal, surah ke-8 ayat 25.

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

      “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antaramu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”.
      Kewaspadaan terhadap penyakit AIDS harus selalu ditingkatkan, bukan sekadar dalam bentuk membagikan kondom, tetapi yang lebih penting adalah memberantas penyebabnya, yaitu dengan mengurangi dan menghilangkan semakin banyaknya rangsangan seksual yang sering dipamerkan di  ruang khalayak umum.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online