Monday, November 2, 2020

6124. MANUSIA DIPERINTAH MAKAN

 


MANUSIA DIPERINTAH MAKAN

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

Makanan (tha'am) dalam bahasa Al-Quran adalah segala sesuatu yang dimakan atau dicicipi.

 

Sehingga minuman juga termasuk dalam pengertian “tha'am”.

 

Al-Quran surat Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 249 memakai kata “syariba” (minum) dan “yath'am” (makan) untuk objek yang berkaitan dengan air minum.

فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِٱلْجُنُودِ قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ مُبْتَلِيكُم بِنَهَرٍ فَمَن شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّى وَمَن لَّمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُۥ مِنِّىٓ إِلَّا مَنِ ٱغْتَرَفَ غُرْفَةًۢ بِيَدِهِۦ ۚ فَشَرِبُوا۟ مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُۥ هُوَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ قَالُوا۟ لَا طَاقَةَ لَنَا ٱلْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦ ۚ قَالَ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ ٱللَّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةًۢ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ


 

 

Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa ti#dak meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia pengikutku". Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar".




 

Kata “tha'am” dalam berbagai bentuknya terulang dalam Al-Quran 48 kali.

 

Yang bicara tentang berbagai aspek berkaitan makanan.

 

Belum lagi ayat yang memakai kosa kata lainnya.

 

Perhatian Al-Quran terhadap makanan sangat besar.

 

“Telah menjadi kebiasaan Allah dalam Al-Quran bahwa Dia menyebut diri-Nya sebagai Yang Maha Esa, dan membuktikan hal itu melalui uraian tentang ciptaan-Nya, kemudian memerintahkan untuk makan atau menyebutkan makanan”.

 

 

Al-Quran menjadikan “cukup pangan” dan terciptanya “stabilitas keamanan” sebagai dua unsur utama kewajaran beribadah kepada Allah.

 

 

Al-Quran  surah Quraisy (surah ke-106) ayat 3-4.

 

 

فَلْيَعْبُدُوا۟ رَبَّ هَٰذَا ٱلْبَيْتِ

ٱلَّذِىٓ أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَءَامَنَهُم مِّنْ خَوْفٍۭ


 

Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.



 

 

 

Al-Quran memakai kata “akala” dalam berbagai bentuk untuk menunjuk aktivitas “makan”.

 

Kata “akala” tidak dipakai hanya dalam arti “memasukkan sesuatu ketenggorokan”, tetapi bisa bermakna “segala aktivitas dan usaha”.

 Al-Quran An-Nisa (surah ke-4) ayat 4.

 

وَءَاتُوا۟ ٱلنِّسَآءَ صَدُقَٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۚ فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَىْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيٓـًٔا مَّرِيٓـًٔا


 

 

Berikan maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.




Maskawin (mahar) tidaklazim berupa makanan.

 

Tetapi ayat ini memakai kata “makan” untuk penggunaan maskawin (mahar).

 

 

Al-Quran surah Al-An’am (surah ke-6)  ayat 121.

 

 

وَلَا تَأْكُلُوا۟ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ ٱسْمُ ٱللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُۥ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰٓ أَوْلِيَآئِهِمْ لِيُجَٰدِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ


 

Dan janganlah kamu makan binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu suatu kefasikan. Sesungguhnya setan  membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentu menjadi orang-orang yang musyrik.




“Janganlah makan yang tidak disebut nama Allah”, maksudnya adalah larangan melakukan kegiatan apa pun yang tidak disertai nama Allah.

 

Karena kata “makan” bisa bermakna “segala bentuk kegiatan”.

 

Makan butuh kalori yang diperoleh dari makanan.

Al-Quran memakai kata panggilan yang mesra untuk mengajak makan.

 

Misalnya untuk semua manusia, “Ya ayyuhan nas”.

 

Kepada Rasul,”Ya ayyuhar Rasul.

 

Kepada orang mukmin, “Ya ayyuhal ladzina amanu”.

 

Selalu dirangkai kata “halal” atau “thayyibah” yang artinya“baik”.

 

Hal ini menunjukkan makanan terbaik yang memenuhi syarat “halal” dan “baik”.

 

Ditemukan 9 ayat yang memerintahkan umat Islam untuk makan.

 

1.               Yang 5 ayat dirangkaikan dengan “halal dan baik”.

 

2.               Yang 2 ayat dengan pesan mengingat Allah dan membagikan makanan kepada orang melarat.

 

3.               Yang 1 ayat dalam konteks makan sembelihan yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya.

 

4.               Dan 1 ayat dalam konteks berbuka puasa.

 

 

Daftar Pustaka

1.       Shihab, M. Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  

2.       Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. PenerbitMizan, 2009.

3.       Shihab, M. Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.       Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.       Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment