ADA ULAMA MEMBENARKAN
TEORI DARWIN
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Umat
Islam wajib meyakini segala sesuatu yang ada dalam Al-Quran.
Jika
orang membenarkan teori ilmiah berdasar Al-Quran, maka dia mewajibkan umat
Islam untuk meyakini teori ilmiah itu.
Para ulama berbeda pendapat tentang “Teori
Evolusi Darwin” (1804-1872 M).
Sebagian
ulama membenarkan teori itu dan sebagian
lain menyalahkan teori itu.
Yang
mendukung dan menolak teori Darwin, semuanya berdasar ayat Al-Quran.
Cendekiawan
Islam yang lahir 500 tahun sebelum Charles Darwin, yaitu Abdurrahman Ibn Khaldun
(1332-1406 M) dalam kitabnya menulis.
“Alam
hewan meluas bermacam-macam golongannya dan berakhir proses kejadiannya pada zaman
manusia punya pikiran dan pandangan.
Manusia
meningkat dari alam kera yang hanya punya kecakapan dapat mengetahui tetapi
belum sampai tingkat menilik dan berpikir."
Yang
dimaksud kera oleh Abdurrahman bin Khaldun adalah sejenis makhluk, yang oleh penganut
evolusionisme, disebut “Anthropoides”.
Ketika Ibnu Khaldun dan cendekiawan lainnya
menemukan teori itu bukan merujuk kepada Al-Quran.
Tetapi
berdasar penyelidikan dan penelitian mereka sendiri.
Sebagian ulama yang membenarkan Teori Evolusi
Darwin memakai dalil Al-Quran surah Nuh (surah ke-71) ayat 13-14.
Yang
menyatakan Allah menciptakan manusia berdasar fase-fase.
Al-Quran
surah Nuh (surah ke-71) ayat 13-14.
مَا لَكُمْ
لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا
Mengapa
kamu tidak percaya kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan
kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.
Al-Quran
surah Al-Mukminun (surah ke-23) ayat 12-14.
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي
قَرَارٍ مَكِينٍ
ثُمَّ
خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ
اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat kokoh
(rahim).Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik.
Fase penciptaan manusia dalam Al-Quran surah
Nuh (surah ke-71) ayat 13-14 menurut ulama pendukung “Teori Evolusi Darwin” sesuai
dengan ayat itu.
Bukan
dipahami seperti dalam Al-Quran surah Al-Mukminun (surah ke-23) ayat 12-14.
Al-Quran
surah Ar-Ra’du (surah ke-13) ayat 17.
أَنْزَلَ
مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا
رَابِيًا ۚ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ
زَبَدٌ مِثْلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ۚ فَأَمَّا الزَّبَدُ
فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ
يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
Allah
menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah
menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa
(logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada
(pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikian Allah membuat perumpamaan (bagi)
yang benar dan batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak
ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka dia tetap di
bumi. Demikian Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.
Al-Quran
surah Ar-Ra’du (surah ke-13) ayat 17 menyatakan buih akan lenyap menjadi
sesuatu yang tidak bernilai.
“Yang
berguna bagi manusia tetap tinggal di permukaan bumi” dijadikan alasan oleh ulama
yang membenarkan teori “Struggle for life” yang menjadi salah satu landasan
teori Darwin.
Sebaiknya
umat Islam tidak cepat membenarkan dan menyalahkan suatu teori yang baru ditemukan
dan yang belum mapan.
Sebelum
“Teori ilmiah” itu menjadi “Bukti
kenyataan ilmiah” dengan memakai ayat Al-Quran.
Jika
“Teori ilmiah” yang dibenarkan itu ternyata salah, maka orang yang tidak senang
dengan umat Islam mendapat kesempatan untuk menyalahkan Al-Quran sambil
mencemooh umat Islam.
Al-Quran
surah Al-An’am (surah ke-6) ayat 108.
وَلَا
تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ
عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ
فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan
janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena
mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan.
Ayat Al-Quran melarang mencemoohkan orang non-Muslim.
Cercaan
kita akan menyebabkan mereka mencerca Allah.
Jangan
terlalu cepat membenarkan atau menyalahkan suatu teori ilmiah dengan ayat
Al-Quran.
Yang
memang pada dasarnya tidak membicarakan masalah itu secara mendetail.
Al-Quran
surah Al-Anbiya (surah ke-21) ayat 30.
أَوَلَمْ
يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan
apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga
beriman?”
Ayat
ini menerangkan langit dan bumi, tadinya suatu gumpalan.
Dan pada
suatu saat yang tidak diterangkan Al-Quran, gumpalan itu dipisah oleh Allah.
Hanya
ini yang dipahami dari ayat itu dan umat Islam wajib meyakininya.
Setiap
orang bebas menyatakan pendapatnya yang dianggap benar.
Tetapi
dia tidak berhak menguatkan pendapatnya dengan ayat Al-Quran dan memahaminya
lebih dari yang tersimpul di dalamnya.
Tiap
orang berhak membenarkan atau menyalahkan suatu teori ilmiah tertentu.
Tetapi
jika dia menyatakan pendapatnya sesuai akidah Al-Quran, maka dia harus bisa
menunjukkan dalil dalam Al-Quran dengan jelas dan meyakinkan.
Daftar
Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan
Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran.
Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an
Ver 3.2
5.
Tafsirq.com onl
0 comments:
Post a Comment